Pelakor Berkerudung
(Halo Para Pembaca Kesayangan? Sebelumnya terima kasih banyak karena masih menyempatkan diri untuk membaca cerita yang kepenulisannya masih belum sempurna dan masih banyak salah serta typo. Mohon maaf sebelumnya jika novel yang aku buat ini bersangkutan dengan salah satu agama di Indonesia, menyinggung beberapa pihak. Sungguh, cerita ini aku buat karena permintaan dari salah satu pembaca setiaku yang sudah meluangkan waktunya untuk berbagi kisah hidupnya. Sebut saja namanya, kak M. Awalnya aku sempat menolak untuk membuat novel yang memiliki hubungan dengan agama, tetapi karena bujukan beliau, serta curhatan beliau yang membuat hatiku juga ikut sedih, akhirnya Aku memberanikan diri menulis sebuah novel yang tidak pernah terpikirkan sama sekali olehku. Selama 4 bulan terakhir ini, kami intens bertukar pesan dan juga mengobrol melalui panggilan suara, akhirnya aku menjadi tertarik untuk meluangkan kisah beliau dalam bentuk tulisan. Namun, ada sebagian part yang menjadi karangan ku sendiri. Juga, akhir dari kisah novel ini tidak mendasar atau sesuai dengan apa yang terjadi pada Kak M, namun akhir kisah dari novel ini akan sesuai dengan seperti yang diinginkan oleh Kak M. Dengan harapan, kak M dapat melewati kesulitannya, dan berakhir seperti yang beliau inginkan.)
(Kisahku Di Mulai)
"Ah, sakit!" Pekik ku sakit.
Hari ini, adalah hari ulang tahun pernikahanku yang ketiga tahun. Awalnya, aku dan juga suamiku sudah memiliki banyak sekali rencana untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan kami yang ketiga ini. Namun, saat baru selesai menghubungi resepsionis dari sebuah restoran yang biasa kami gunakan untuk makan malam berdua, dan memesan meja, tiba-tiba aku merasakan sakit pada perutku, sakit itu sungguh sangat luar biasa.
Yah, sakit pada perutku itu adalah karena, kontraksi kehamilan ku!
2 tahun lebih aku menunggu kehamilan ini. Sejak 6 bulan menikah namun tak kunjung hamil, Aku benar-benar melakukan segala cara untuk bisa segera hamil dengan meminum bermacam-macam obat herbal. Tidak hanya itu saja, demi mendapatkan kehamilan Aku menjalani pola hidup sehat, makan teratur, bahkan katanya mengkonsumsi kurma muda juga aku lakukan setiap harinya.
Benar, aku pernah hampir menyerah Setelah 1 tahun tidak juga hamil. Namun, tekanan dari ibu mertuaku yang begitu menginginkan cucu membuatku kembali bersemangat untuk lagi mencobanya. Aku bersama dengan suamiku mendatangi Dokter untuk memeriksakan kesehatan kami berdua, dan kami bisa tersenyum lebar saat Dokter mengatakan tidak ada masalah di rahimku begitu juga dengan suamiku. Kami berdua sehat, hanya Tuhan saja yang belum mengizinkan kami berdua untuk memiliki anak.
Setelah hari itu, aku tetap menjalani kehidupanku dengan pola sehat seperti yang dianjurkan Dokter Jika menginginkan kehamilan segera datang padaku. Yah, walaupun sesekali aku harus merasakan pedasnya mulut ibu mertua, tetapi suamiku yang sangat menyayangiku itu benar-benar membuatku merasa tidak masalah mendengarkan apa yang diucapkan oleh ibu mertuaku, karena yang paling penting bagiku adalah, aku dan juga suamiku akan terus mencintai satu sama lain hingga maut memisahkan.
Yas! Pada akhirnya setelah 2 tahun lebih aku menunggu, Tuhan memberikan kehamilan padaku, dan itu benar-benar membuatku merasa sangat bahagia, begitu juga dengan suamiku.
Namun, ada sedikit rasa mengganjal di hatiku karena saat aku memberitahu ibu mertuaku bahwa aku sudah hamil, dia sama sekali tidak menunjukkan dengan jelas ekspresi wajah bahagia dan cenderung diam saja seolah-olah dia tidak peduli sama sekali. Aneh, tapi aku tetap mencoba untuk bersikap biasa saja dan fokus dengan kehamilanku yang katanya, aku tidak boleh merasakan stress kalau tidak ingin bayiku juga merasakan hal itu.
Hingga pada kehamilan 3 bulan pertama, ibu mertuaku datang ke rumah kontrakan yang aku tinggali bersama dengan suamiku. Ibu mertuaku tinggal seorang diri di rumahnya, karena Ayah mertuaku sudah meninggal 2 tahun sebelum kami menikah.
Tadinya, Aku ingin memeluk ibu mertuaku seperti aku menyambut kedatangan Ibu kandungku sendiri. Namun, melihat ibu mertuaku yang selalu saja memasang ekspresi wajahnya yang masam, belum lagi ucapannya yang begitu aku ingat sampai dengan detik ini, rasanya aku seperti tersadar bahwa ada jarak yang tidak bisa aku lewati untuk bisa menggapai hati ibu mertuaku.
"Baru hamil 3 bulan saja, tubuhmu sudah sebengkak itu," ujar Ibu mertuaku saat itu.
Aku mencoba biasa saja dan sebaik mungkin aku membentuk senyuman meski bibirku enggan sekali tertarik untuk melakukannya. Lagi, mertuaku memberikan celetukan yang sangat sulit untuk aku lupakan pada tiap kata yang keluar dari bibirnya.
"Cobalah untuk banyak bergerak dan melakukan aktivitas, Kau terlalu banyak makan dan juga tidur. Apa kau tidak berpikir, kalau badan kegemukan itu akan membuatmu sulit beraktivitas? Bahkan, itu bisa membuat badanmu mudah berkeringat dan bau!" Ujarnya lagi.
Aku kembali memaksakan senyumku. Saat itu aku mencoba untuk menganggukkan kepalaku karena jelas saja aku tidak bisa membantah apa yang diucapkan oleh Ibu mertuaku. Aku benar-benar cukup tahu diri, selama ini aku benar-benar hanya tinggal di rumah dan mengurus suamiku saja karena suamiku ku sendirilah yang melarangku untuk ikut membantunya bekerja.
Ah, Aku sampai lupa memperkenalkan diriku!
Namaku, Leora Hanafi. Saat ini usiaku 22 tahun. Yah, aku masih sangat muda karena memang aku menikah dengan suamiku setelah aku satu tahun lulus dari sekolah menengah atas, tempatnya saat usiaku 19 tahun.
Suamiku sendiri, namanya adalah, Artes. Usianya cukup jauh berbeda denganku yaitu, 31 tahun.
Pekerjaan suamiku adalah berjualan pakaian di sebuah pusat belanja. Iya, dia memiliki 12 toko pakaian di 3 pusat belanja.
Awal mula kami bertemu adalah saat aku melamar kerja di tempat suamiku. Satu tahun aku bekerja sebagai pegawai toko baju milik suamiku, saat itu aku benar-benar tidak memiliki pemikiran untuk menjalin hubungan dengan suamiku karena aku tahu benar banyak sekali gadis yang mencoba untuk mendekati suamiku.
Tetapi, entah mengapa tiba-tiba saja suamiku mencoba untuk mendekatiku lalu begitu saja seperti air mengalir akhirnya kami dekat hingga hanya butuh waktu 3 bulan saja suamiku mantap untuk menikahiku.
Tiga tahun kami menjalani kehidupan rumah tangga. Aku tidak bohong bahwa aku selalu dibuat bahagia olehnya, namun aku sama sekali tidak menyangka bahwa perasaan bahagiaku itu membuatku begitu buta hingga tak bisa merasakan apapun.
Hari ini, tepat di hari ulang tahun pernikahan kami yang ketiga aku merasakan kontraksi yang sangat menyakitkan di mana hanya tinggal menunggu detik demi detik saja bayiku akan lahir.
"Sayang, bisa tolong ambilkan minum untukku?" Panggilku dengan tatapan memohon kepada suamiku yang belum lama ini meninggalkanku di dekat brankar rumah sakit, sedangkan dia sibuk melakukan panggilan telepon di ujung ruangan dengan nada bicaranya yang begitu pelan hingga aku sendiri tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh suamiku.
Suamiku dengan cepat menganggukkan kepalanya. Bergegas dia mengatakan sesuatu kepada orang yang ada di seberang telepon, sehingga sebelum dia berjalan menuju ke arahku dia sudah mengakhiri panggilan telepon.
Tentu saja aku tidak merasa curiga, karena biasanya suamiku selalu saja sibuk menelepon apalagi kalau soal bahan pakaian yang dibutuhkan oleh toko jika sedang banyak pesanan.
"Sayang, airnya habis. Tunggu disini, Aku akan segera kembali," ucapnya padaku sembari meletakkan ponselnya begitu saja.
Eh, aneh! Batinku. Suamiku biasanya akan membawa ponselnya ke mana pun dia pergi.
Karena aku takut nanti suamiku lupa dengan ponselnya, aku berniat menyimpan ponsel itu di tempat yang benar tetapi, layar yang menyala saat ada notifikasi pesan dari salah satu aplikasi untuk bertukar pesan, ataupun melakukan panggilan video terbaca olehku. Aku benar-benar lupa dengan rasa sakit dari kontraksi akan melahirkan. Seluruh tubuhku bergetar hebat. Air mataku deras berjatuhan tak terkontrol lagi, sedang bibir ku hanya bisa gemetar tak mampu mengeluarkan suara apapun lagi padahal, sejak tadi bibir ku terus bergumam merintih kesakitan.
"Aku mual sekali, Bang. Abang besok datang kesini, jangan lupa bawa makanan yang sudah dibuat oleh Ibu untukku, ya? I love you....."
Seperti itulah pesan yang aku baca dari ponsel suamiku. Namanya Rena, tetapi seingatku tidak ada sanak saudara suamiku yang bernama Rena, dan tidak ada adik perempuan suamiku. Suamiku anak kedua dan kakaknya adalah seorang laki-laki yang juga sudah berkeluarga. Lantas, kenapa dia juga mengatakan kalimat cinta untuk suamiku?
Dengan tanganku yang gemetaran aku mengembalikan ponsel suamiku ke tempatnya tanpa membuka kunci layar untuk melihat lebih detail lagi pesan dari wanita yang bernama Rena itu. Aku tahu, jika aku melakukannya, aku sendiri yang akan merasakan sakit lebih dari pada ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Yani
Mampur ah....
2024-06-25
1
Soraya
mampir thor
2024-03-21
2
Naviah
baru Hadir thor, ya ampun cerita perbawangan nih😱🤭 semangat thor buat ceritanya
2024-03-07
0