Esok harinya, aku dan Gozel sudah diperbolehkan pulang ke rumah.
Kedua orang tuaku terlihat bersemangat sekali, mereka melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Bahkan, suamiku juga jadi tidak terlalu repot.
Gozel berada di dalam gendongan Ibuku, barang-barang bawaan dibawakan oleh Ayahku. Suamiku, tugasnya hanya membantuku untuk berjalan saja.
Padahal sih, aku sudah bisa bisa berjalan dengan baik, tapi tidak untuk berlari tentunya.
“Nak, kalau tidak keberatan selama beberapa hari ini Ayah dan Ibu tinggal di kontrakan mu ya?” Pinta Ibuku saat kami semua sudah duduk di mobil, menuju ke rumah kontrakan.
Aku tersenyum, rasanya bingung sendiri melihat Ibuku yang selalu saja merasa tidak enak.
“Tentu saja boleh. Iya kan, sayang?” tanyaku meminta pendapat kepada suamiku.
Bagaimanapun, rumah kontrakan yang membayar kan dia, batinku.
Suamiku tersenyum, lalu mengangguk setuju.
“Terimakasih banyak ya, Arthes?” Ucap Ibuku senang. “Setelah melahirkan itu kan badan remuk semua jadi, Ibu ingin merawat anak Ibu, dan membantu merawat Gozel.”
Suamiku semakin melebarkan senyumnya, anehnya itu justru membuatku tidak tenang.
Apakah Arthes jadi berpikir, dia akan memiliki lebih banyak waktu untuk bersama dengan Rena itu?
Ah, aku tidak bisa menghilangkan nama Rena dari pikiranku sekarang, entah mau sampai kapan.
Ku gelengkan kepalaku, aku tidak ingin terus berpikir yang tidak-tidak. Aku lelah, aku butuh istirahat yang cukup banyak karena beberapa hari ke depan tantangan untuk menjadi Ibu akan terus meningkat levelnya.
Ting!
Pesan masuk ke ponsel suamiku, aku yang tadinya ingin tenang jadi kembali gelisah. Aku terus membatin dengan sejuta pertanyaan, kenapa suamiku tidak melihat pesan itu? Apakah karena dia sedang mengendarai mobil?
Sial, aku terlalu penasaran!
Apakah itu Rena?
Sungguh, aku lelah menduga-duga seperti ini, tapi aku sangat tidak bisa tenang, dan perasaan ingin tahu itu terlalu menggebu-gebu.
Aku terus melihat ponsel suamiku, tapi aku tidak berani melakukan apapun. Selama ini, aku tidak pernah melihat ponsel suamiku, juga tidak pernah membuka dompet suamiku. Ibuku bilang, itu pantangan bagi istri!
Entahlah, rasanya aku ingin membantah hal itu!
Sesampainya di rumah kontrakan, kami semua beristirahat langsung. Aku bersama dengan Gozel di kamar, sedangkan kedua orang tuaku bersama suamiku di ruang tamu.
Cukup lama aku di dalam kamar berdua saja dengan Gozel, tapi suamiku tidak kunjung masuk. Aku penasaran, aku putuskan untuk keluar sebentar dari kamar.
“Loh,” Ujarku saat tak mendapatkan suamiku bersama dengan orang tuaku. “Si Abang kemana, Yah, Bu?” tanyaku penasaran.
“Sedang menerima telepon, Nak. Katanya dari orang penting jadi dia ke depan sebentar. Maklum, dia tidak ingin suaranya nanti mengganggumu,” jawab Ibuku.
Hanya senyum terpaksa yang bisa aku tunjukkan kepada Ibuku. Hatiku terus mengatakan bahwa suamiku sedang berbohong.
“Ya sudah, Ibu dan Ayah lebih baik istirahat saja dulu. Kamar depan sudah di rapihkan sejak beberapa hari lalu, kok. Jadi, Ayah dan Ibu bisa langsung istirahat saja,” Harapku karena wajah lelah kedua orang tuaku nampak jelas.
Ayahku mengangguk, dia memang lelah ditambah semalam dia memang begadang menunggu Gozel.
“Ibu mau lihat Gozel dulu, lagi pula Ibu belum ngantuk, nak.” Ibuku menolak, jadi aku menjadikan itu kesempatan untukku.
“Oh, ya sudah, Bu. Sekalian titip Gozel ya? Aku mau ke kamar mandi dulu,” bohongku.
Ibuku mengangguk dengan cepat, dia segera masuk ke dalam kamarku, menunggu Gozel di sana.
Ku langkahkan kakiku sedikit cepat, aku ingin dengar pembicara suamiku sampai-sampai dia keluar dari rumah.
Aku memelankan langkah kakiku, sebisa mungkin tidak membuat suara. Aku mengambil posisi sedekat mungkin tapi juga bersembunyi agar suamiku tidak menyadarinya.
“Kau pergi dulu saja ke rumah sakit dengan Ibuku, oke? Leora baru saja melahirkan mana mungkin aku meninggalkannya?” ucap suamiku.
Siapa yang sakit?
Dia terus memegangi pelipisnya, sepertinya orang yang berbicara dengannya cukup penting sampai suamiku berekspresi serius seperti itu.
“Rena, aku mohon mengertilah keadaanku juga. Di saat seperti ini aku tentu harus berada di sisi istriku,” ucap lagi suamiku.
Mendengar ucapan suamiku, menyebut nama Rena seluruh tubuhku gemetar. Aku takut, sungguh aku sangat takut kalau dugaanku benar.
Bagiamana jika benar suamiku berselingkuh? Pesan yang menyatakan tentang Rena mengalami mual, bagiamana jika mual itu gejala hamil?
Tanpa bisa aku tahan, air mataku jatuh.
Mati-matian aku berusaha untuk hamil dan melahirkan. Tapi, setelah melahirkan aku justru harus menghadapi hal yang sangat mengejutkan seperti ini.
Aku rasa aku tidak akan sanggup, tapi bagaimana dengan anakku? Anak kami berdua yang baru lahir itu? Dia terlalu kecil untuk semua ini.
“Ibu juga sudah cukup, kan? Hasil pemeriksaan kehamilanmu kau kabarkan saja padaku, ya?” Suamiku berucap dengan nada bicara memohon.
Kehamilan?
Mendengar itu tubuhku menjadi semakin lemas, untungnya aku berdiri di balik tiang tembok sehingga aku tidak menjatuhkan tubuhku begitu saja.
Jadi, suamiku benar-benar selingkuh? Sampai hamil juga, dan Ibu mertua juga berperan? Artinya, bukan perselingkuhan biasa melainkan, suamiku menikah lagi tanpa sepengetahuan ku?
Ibu mertua? Mungkinkah dia biang keroknya?
Ku pegang dadaku, aku sudah tidak kuat untuk mendengarkan pembicaraan suamiku.
Sesak, berdenyut, dan nyeri saat mendengar satu persatu kalimat yang keluar dari mulut suamiku.
Sebenarnya salah apa aku sampai diperlakukan seperti ini? Tanyaku frustasi di dalam benak.
Kubawa pergi air mataku menjauh, bersamaan dengan kekecewaan dan kemarahan yang tenggelam oleh air mataku.
Hatiku hancur, cintaku seperti terkikis dengan cepat.
Pria yang selama ini memperlakukan ku layaknya ratu, ternyata pria yang mampu mendua tanpa berkedip.
Tak mungkin menemui Ibuku di saat seperti itu, ku langkahkan kakiku yang berat itu menuju ke kamar mandi. Aku duduk di atas closed, menutup mulutku rapat karena tidak ingin ada yang mendengar suara tangisku.
Air mataku, tentu aku biarkan saja berjatuhan, aku jelas tidak bisa menahannya.
“Jika pria seperti mu juga berselingkuh, lantas pria seperti apa lagi yang bisa dipercaya?” Tanyaku sedikit terisak.
Dulu, Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan pria yang wajahnya biasa saja karena nyatanya pria dengan wajah biasa saja justru banyak tingkah. Lantas, Tuhan menghadirkan Arthes yang begitu sempurna dan kemungkinan untuk berselingkuh tak terlihat sama sekali saat itu.
Ah, dia juga tampak sekali!
Aku lupa, sungguh lupa kalau nyatanya banyak Wanita menginginkannya.
Aku keluar dari kamar mandi, sebentar menatap wajahku. Detail aku memperhatikannya, tubuhku yang gemuk setelah melahirkan membuat mataku terganggu.
“Apa hamil membuatku menjadi jelek? Apakah tubuhku yang gemuk saat hamil membuat selera suamiku menghilang? Kalau tahu begini, lebih baik aku tidak hamil saja!” Kesal ku tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yani
Sakit banget mana habis melahirkan mendengar sendiri suami menikah lagi
2024-06-25
0
Endang Supriati
suami gila, baru punya ansl satu udh nikah lagi.alasan terpaksa malah cepat hamil.
2024-05-03
1
Jeni Safitri
Wah pasti tidak di izinkan di belikan rumah sama mama mertuanya makanya ngontrak terus
2024-04-09
2