Malam itu, Aku benar-benar tidak bisa tidur sementara suamiku bahkan sudah semakin mendengkur halus. Aku mulai berpikir, bagaimana aku akan melanjutkan kehidupanku jika tidak ada Suamiku di sisiku.
Ku gelengkan saja kepalaku, Aku sungguh berharap tidak terus memikirkan masalah ini untuk sementara waktu karena aku yakin benar berat badanku pasti semakin berkurang dari hari ke hari. Selain aku tidak memiliki selera untuk makan, aku juga selalu menghabiskan waktuku untuk larut dalam kesedihan.
Ku ambil ponsel milikku, berharap bisa menghilangkan penat aku mulai membuka satu aplikasi bacaan yang sedang jadi tren saat ini. Aku coba mencari beberapa judul novel yang saat itu sedang ramai dibaca oleh pengguna aplikasi tersebut. Aku menemukan satu judul novel yang sepertinya cukup menarik, Touch me! terlihat seperti bacaan yang menjurus ke arah 21+. Tadinya aku ingin melewatkan saja, tapi akhirnya aku penasaran lalu aku mulai membaca bab pertamanya.
“Pft!” Aku menahan tawaku karena ternyata judul dan juga isinya sangat jauh berbeda.
Lucu sekali, baru bab pertama aku sudah terus tertawa sendiri. Tanpa sadar, aku mulai kembali membaca bab selanjutnya, dan ternyata aku benar-benar ketagihan karena aku bisa tertawa bahkan sampai mengeluarkan air mata saking lucunya.
Tidak peduli waktu, aku jadi semakin tidak bisa berhenti membaca novel online itu. Terus saja aku baca sampai musim pertama selesai.
“Di dunia nyata, sepertinya orang yang menulis novel ini pasti sangat suka bercanda, dan hidupnya juga bahagia tidak seperti aku,” gumamku pilu.
Yah, aku memang benar-benar merasa terhibur oleh bacaan novel online itu. Tapi, begitu aku selesai membaca dan kembali mengingat masa hidupku, tak bisa dipungkiri bahwa aku memang tidak bisa menghilangkan kesedihan itu dari hidupku.
Pada akhirnya, meski aku sama sekali tidak merasa mengantuk, ku paksakan saja mataku terpejam begitu aku selesai merangkak dan mengambil posisi untuk tidur di atas ranjang.
Entahlah, aku sendiri tidak tahu jam berapa Aku mulai tertidur. intinya, saat sedang adzan subuh aku masih bisa mendengar adzan itu dengan baik tapi aku yang saat itu masih merasa malas, dan merasa marah kepada Tuhan yang sudah memberikan kurasa sakit yang luar biasa itu, aku jadi malas sekali untuk bangun dan shalat.
“Sayang,” panggil suamiku pelan, tidak tahu sudah berapa kali dia terus memanggilku, dan aku baru saja terbangun saat suamiku mulai menggoyangkan lengan dan perlahan dia menepuk wajahku.
Mendapati ku sudah mulai terbangun dari tidur, suamiku kembali berkata, “Sudah jam 8, sayang.” Ucap suamiku mencoba untuk memberitahu. “Tumben sekali kau bangunnya siang? Biasanya, sebelum shalat Subuh sudah bangun dan tidak mungkin tidur lagi,” ujar suamiku yang merasa keheranan.
Aku malas menyahut ucapan suamiku, perlahan aku mengambil posisi untuk bangkit dari ranjang tidur.
Gozel sudah berganti pakaian, pastilah suamiku yang sudah memandikan Gozel. Yah, meskipun gagal menjadi suami yang baik, setidaknya dia juga harus menjadi ayah yang baik.
“Mau ikut Abang sekarang, atau mau menyusul siang nanti? Maksudnya, siang nanti abang pulang untuk jemput kalian berdua. Kita kan mau pergi belanja,” ucap suamiku mencoba untuk membuatku ingat dengan pembicaraan kami sebelumnya.
Ku hembuskan nafasku dengan berat, sebenarnya aku masih sangat malas untuk banyak berbicara dengan suamiku, tapi saat ini masih banyak hal yang harus ku pertimbangkan dan aku tidak bisa mengambil tindakan dalam situasi yang gegabah ini.
“Siang nanti saja,” Ujarku.
Suamiku menatap ke arahku, dia mencoba untuk menunjukkan senyumnya namun secepat itu aku membuang tatapanku untuk aku alihkan kepada putriku.
Suamiku jelas kecewa, aku bisa melihat ekspresi wajahnya saat aku melirik ke arah cermin yang bisa memantulkan bayangan suamiku.
“Ya sudah kalau begitu, Abang berangkat dulu. Ada bahan yang mau Abang beli, selesai belanja bahan abang pulang lagi, ya...” ucapnya.
Aku menganggukkan saja kepadaku, sementara suamiku berjalan ke arahku lalu mencium kepalaku sembari mengusap dengan lembut. Setelah itu, kepada Gozel, mencium kedua pipinya, dan juga kuningnya setelah itu baru dia berpamitan dengan Gozel.
Begitu suamiku meninggalkan rumah kontrakan, aku sebenarnya ingin kembali melanjutkan tidurku tapi sudah kucoba sekitar 30 menit berbaring aku sama sekali tidak merasa ngantuk, tambah lagi Gozel juga Mulai menangis karena tidak betah berada di boks bayi.
Aku bangkit untuk mengangkat tubuh putriku, selalu meletakkannya perlahan di atas ayunan listrik yang kecepatannya bisa diatur. Gozel sudah kembali tenang, tapi saat itulah pikiranku mulai melarang buana tak bisa tenang sedikitpun.
Coba kupikirkan lagi aku harus bagaimana, apakah aku benar-benar harus mengatakan kepada Ibuku dan juga Ayahku tentang perselingkuhan suamiku? Tapi, Aku tidak siap melihat sorot mata mereka yang pasti akan terlihat kecewa.
“Ya Allah, kenapa ya hidupku kok jadi begini...” keluhku yang sudah menjadi kebiasaanku saat ini.
Mataku kembali melihat ke arah ponsel, dahiku mengerut sembari berpikir dengan pikiran yang tiba-tiba saja terlintas di kepalaku. Ku ambil ponselku, aku melihat novel online yang aku baca semalaman itu, lalu aku putuskan untuk melihat profile dari penulis novel online tersebut.
Aku memberanikan diri untuk memberikan komentar di salah satu bab novel online tersebut, “Halo, kak? Punya akun media sosial, tidak? Kalau ada, boleh aku tambah pertemanan?” begitulah komentar yang aku berikan untuk si penulis novel online.
Beberapa saat aku menunggu, nyatanya aku memang tidak mendapatkan balasan apapun. Aku sudah malas saat itu, tapi ternyata aku mendapatkan balasan dari penulis novel online tersebut.
“Hai, kakak? Terimakasih sudah meninggalkan komentar, silahkan cari akun....” itulah balasan yang aku terima.
Entahlah, saat itu kepalaku seperti kosong sedang jari ku berjalan benar-benar di luar kendaliku. Aku mulai mencari nama akun media sosial milik penulis novel online tersebut, lalu aku mengajaknya untuk berteman dan langsung diterima tak membutuhkan waktu lama.
Aku menyapanya dengan memberikan gambar lambaian tangan, lalu penulis novel online itu membalasnya dengan lambaian juga yang ditambah dengan emoticon hati.
Pada akhirnya, aku iseng saja bertanya kepada penulis novel online itu, “Kak, hidupmu pasti bahagia sekali sampai bisa menciptakan novel online yang sangat lucu sampai-sampai membuatku tertawa, bahkan aku sampai mengeluarkan air mata, loh...” pujiku, sesuai dengan apa yang memang aku rasakan dan alami.
Penulis novel itu memberikan emoticon tertawa terbahak-bahak, dia juga membalas, “Kadang aku tertawa di saat sedang bahagia, kadang aku juga menangis sejadi-jadinya saat aku sedang merasa sedih. Kehidupan kan memang selalu begitu, yang paling penting adalah tidak menunjukkan kesedihan di depan orang yang membenci kita. Maka itu, terlihat bahagia dan perbanyaklah tertawa supaya orang-orang yang membenci kita muak dan lelah hingga tidak memiliki alasan lagi untuk memperdulikan kita.”
Air mataku jatuh melihat pesan balasan dari penulis novel online itu. Padahal, cuma kata-kata saja tapi hatiku seperti berdenyut dan tersindir.
Dengan tanganku yang gemetaran, aku mulai menulis pesan yang benar-benar agak kurang ajar. “Kak, bisa tolong ajari supaya bisa tertawa lepas dan lupa dengan kesedihan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Endang Supriati
org tua nya liora juga aneh ushbtahu siliora lagi stress ditinggal pulang.
2024-05-15
1
Soraya
atas dasar apa suaminya selingkuh sampe nikah lg
2024-03-21
1
Yuli a
jgn2 yg bikin novel si rena 🤭
2024-03-16
1