Dugaan Sampai Mual

Seharian itu, pikiranku sama sekali tidak tenang. Aku tidak bisa lagi berpura-pura, dan mencontoh tokoh dalam drama yang bisa begitu badas dalam menghadapi ujian pelakor dalam rumah tangga. Aku lelah menenangkan diriku, aku sudah hampir gila, Tentu saja aku tidak ingin menjadi gila sungguhan.

Aku benar-benar menjalani keseharian dengan perasaan gelisah dan juga ketakutan. Sayangnya, suamiku bisa dengan santainya menghianatiku dan membangun kehidupan bersama dengan wanita lainnya. Parahnya lagi, aku yang menemani suamiku selama 3 tahun, berjuang dengan segala cara untuk bisa melahirkan anak bagi suamiku, dan cucu untuk ibu mertuaku. Nyatanya, Aku sama sekali tidak memiliki arti apapun.

Rumah yang dibelikan suamiku untuk Rena dan juga calon anaknya sudah cukup menjadi bukti, aku Mungkin memang istri sahnya suamiku, istri pertamanya juga, namun nyatanya Aku tidak pernah menjadi sah dan juga utama bagi suamiku.

Seperti yang suamiku ucapkan pagi tadi, dia benar-benar kembali ke rumah kontrakan pukul 2 dini hari.

“Assalamualaikum, sayang...” ucap suamiku saat baru beberapa langkah dia masuk menuju ke pintu untuk menghampiriku.

Aku benar-benar tidak bisa berpura-pura tersenyum, aku hanya menganggukkan saja kepalaku kepada suamiku dan menjawab salam darinya, “waalaikumsalam,” sahutku singkat.

Sebuah kecupan di dahi aku dapatkan dari suamiku seperti kebiasaan kami selama ini. Aku juga mencium punggung tangan suamiku, hanya saja aku mulai muak melakukan rutinitas yang sama kepada seorang pengkhianat.

“Hari ini lelah ya, sayang?” tanya suamiku, mungkin karena dia menyadari benar bahwa aku tidak tersenyum seperti biasanya. “Kalau kita pakai babysitter bagaimana menurutmu?” tanya suamiku.

Sial! Mendengar itu aku justru menjadi kesal, aku mulai tersenyum, tapi jelas bukan senyum bahagia. Ku tatap wajah suamiku dengan sorot yang berani. “Belum lama ini kau sudah membuang banyak sekali uang, tidak usah buang-buang uang lagi. Aku bisa mengurus Gozel sendiri, kok.”

Mendengar jawaban dariku barusan, suamiku yang sedang membuka jam tangannya sontak menatap wajahku. Aku sengaja memalingkan pandangan, berpura-pura memunguti barang bawaan suamiku. Ada beberapa sampel bahan kebetulan yang dibawa suamiku saat itu.

Aku benar-benar tidak memperhatikan bagaimana ekspresi wajah suamiku, namun saat suamiku memilih diam untuk jeda waktu yang cukup lama aku seperti sudah bisa mengartikan bahwa suamiku pasti tengah menerka apa maksud dari ucapanku barusan.

“Sayang, mau membicarakan sesuatu denganku, kah?” tanyanya.

Segera aku menggelengkan kepala. Suamiku baru saja sampai di rumah, jelas pembicaraan yang ingin aku katakan membutuhkan waktu yang sangat panjang, mungkin juga pasti akan menjadi percekcokan panas sehingga aku memutuskan untuk bicara agak siang sebelum Suamiku pergi ke toko.

“Sayang,” panggil suamiku saat aku mulai melangkah masuk ke ruang tengah.

“Kenapa?” Sahutku malas.

“Boleh minta tolong panaskan air untukku? Aku mau mandi, tapi takut flu karena ini kan dini hari,” ujarnya beralasan.

Aku terdiam sebentar, mulutku mulai tidak bisa mengontrol dengan baik hingga aku menjawab tanpa bisa aku tahan, “Aku kira Abang sudah mandi, ternyata belum ya?”

Suamiku mungkin keheranan, tapi aku juga masih malas melihat ke arahnya. Padahal aku juga tidak perlu merapihkan sampel bahan itu, tapi aku tetap melakukannya hanya agar tidak bertatapan langsung dengan suamiku.

“Sayang, kalau mau ada yang dibicarakan boleh kok bicara sekarang, ada apa sebenarnya?” tanya suamiku yang jelas menyadari adanya sesuatu dengan ku hingga aku yang biasanya seperti perempuan bodoh, selalu tersenyum hanyut karena cinta menjadi ketus.

“Tidak ada, kok. Kemarin, Abang pakai dalaman warna hitam, tapi pagi aku lihat sudah berubah jadi biru dongker. Kemarin sebelumnya, pakai dalaman warna abu, pulang pakai warna krim. Jadi, aku pikir Abang selalu mandi di mall.” ucapku bohong, namun kenyataan tentang dalaman itu memang benar adanya.

“Tidak ada yang seperti itu, sayang...” jawab suamiku, dia mencoba melangkahkan kakinya untuk mendekatiku namun, aku segera beranjak dari posisiku.

“Aku panaskan air untuk abang!” Begitulah ucapanku sebagai alasan.

Aku sungguh tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh suamiku begitu aku meninggalkan tempat kami berdua berbicara tadi, lalu apa juga yang dipikirkan oleh Suamiku aku sendiri juga tentu tidak tahu.

Biarlah, rasa sakit hati ini aku simpan saja sendiri.

Mungkin, mudah bagi semua orang akan mengucapkan kata perpisahan di saat seperti ini. Tapi, ini adalah sebuah pernikahan yang harus ku perjuangan walaupun aku sendiri merasa lelah.

Selesai memanaskan air, aku menyiapkan air mandi untuk suamiku, lalu aku masuk ke dalam kamar.

Aku tidak ingin bertanya dia sudah makan atau belum, tentulah pikiranku mengatakan kalau suamiku pasti sudah makan di tempat Rena.

Tidak ingin menunggu suamiku, aku sengaja langsung menyiapkan set pakaian tidur untuknya, lalu berpura-pura saja tidur karena aku terlalu malas untuk terus berbicara dengan suamiku.

Selesai mandi, suamiku langsung mengenakan set pakaian yang sudah aku siapkan. Dia meletakkan handuk di tempatnya padahal biasanya dia selalu sembarangan meletakkan handuk. Suamiku berbaring di sebelahku, sejenak tidak ada pergerakan apapun, hingga beberapa detik setelah itu suamiku memiringkan tubuhnya menghadap punggungku, lalu memeluk dari belakang.

“Sayang,” panggil suamiku berbisik di telinga ku. “Sudah lewat 40 hari kan? Aku sudah boleh minta?” tanya suami ku, masih berbisik di telingaku.

Persis seperti suamiku yang aku kenal, kalaupun aku berpura-pura tidur, dia pasti akan berusaha sebisanya untuk membuatku bangun.

Aku tidak bisa berpura-pura lebih lama, tangan suamiku menggelitik bagian yang sensitif dan tidak tahan sentuhan. Untungnya, aku tidak tertawa terbahak-bahak dan membuat Gozel bangun.

Suamiku benar-benar tidak perduli apakah aku menolak atau tidak, dia sibuk memburu apa yang dia inginkan.

Suamiku memejamkan matanya, menikmati apa yang sedang dia lakukan dan rasakan atas tubuhku. Sedangkan aku, entah mengapa aku merasa begitu hambar. Sama sekali tidak bahagia, aku kesal, aku marah, sampai-sampai aku mual membayangkan apa yang seharusnya tidak aku bayangkan saat itu.

“Apakah saat melakukan dengan Rena Suamiku sangat aktif dan menunjukkan ekspresi yang begitu menikmati seperti yang sedang dilakoni suamiku saat ini?” tanyaku di dalam hati. Aku ingin muntah, sungguh aku ingin muntah. Tapi, kalau aku muntah saat suamiku sedang melakukan itu, aku takut dia kesal dan lari untuk menemui Rena. Pada akhirnya, Rena akan menjadi pemenangnya.

Aku menahan saja perasaan tidak nyaman itu sampai suamiku selesai melakukannya.

Dia sangat kelelahan, tidur langsung sembari memeluk tubuhku erat-erat.

“Biasanya dia tidak mudah lelah, apakah beberapa saat lalu dia dan Rena juga melakukannya, dan sekarang sedang memaksakan diri?” batinku pilu.

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Arthes pintar sekali menutupi selingkuh dgn menunjukkan cinta dan kasih sayang full, ditambah dgn memberi nafka bathin biar istri ngk curiga

2024-06-09

0

Naviah

Naviah

makin kesini makin emosi bacanya, pengen bejek bejek tuh Arthes, udah punya Istri yang tulus eh malah selingkuh dan keluarga nya mendukung lagi 🤬

2024-03-07

3

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

makin emosi

2024-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Aku Dan Kebahagiaan
2 Aku yang Ingin Menyerah
3 Sangat Buruk?
4 Kekecewaan
5 Tekad Di Mulai
6 Rumah Sakit Jiwa
7 Rasa Sakit
8 Melewati Dengan Berpura-pura
9 Drama Gila
10 Rumah Impian
11 Dugaan Sampai Mual
12 Penjelasan yang Tidak Berarti
13 Leora yang Kuat
14 Aku yang Berbeda
15 Tidak Akan Pernah Bisa Adil
16 Rasa Ingin Tahu yang Menyakitkan
17 Sebuah Novel
18 Khawatir yang Tidak Perlu
19 Pulang ke Rumah Ayah dan Ibu
20 Kembalikan Leora dengan Baik
21 Sebuah Alasan
22 Sebuah Tuduhan
23 Sulit Dimengerti
24 Janin Rena
25 Tidak Ada Larangan Poligami
26 Poligami yang Sah!
27 Kesal Setengah Mati
28 Anak TK
29 Akan Ku Buktikan
30 Bekerja Keras
31 Bergelayut Manja
32 Tamu Tak Diundang
33 Sakit Hati, Sudah Biasa!
34 Kemudahan Dari Allah
35 Ayo, Bicara!
36 Insyaallah Aku Ikhlas
37 Melepas dengan Bismilah
38 Pesan Beruntun
39 Aku yang Terhalang Oleh Benci
40 Cinta yang Sudah Tidak Lagi Cukup
41 Sebuah Penjelasan Tidak Berarti
42 Permohonan Rena
43 Kedatangan Arshen
44 Rindu Gozel
45 Memohon dengan Harapan
46 Cita-Cita Seorang Leora
47 Sedikit Lebih Lega
48 Mimpi Buruk
49 Menjadi Lebih Kuat
50 Makan Salmon yang Banyak!
51 Wajah Ibu Mertuaku
52 Kehamilan, Kebahagiaan Sederhana
53 Surat Dari Pegadilan
54 Bujukan Rena
55 Wanita yang Trauma
56 Mengakhiri Hubungan dengan Ibu Mertua
57 Lega Tapi Menyakitkan
58 Tidak Akan Bisa!
59 Waktu Terus Berlalu
60 Perasaan Kacau (Author POV)
61 Sifat Yang Sesungguhnya (Author POV)
62 Terancam Bubar (Author POV)
63 Menyadari Kesalahan (Author POV)
64 Istri Paling Menderitanya (Author POV)
65 Mengembalikan Rena (Author POV)
66 Rena yang Putus Asa (Author POV)
67 Kesakitan Batin (Author POV)
68 Tindakan Nekat (Author POV)
69 Menyadari Sifat Rena (Author POV)
70 Bagaimana Dengan Leora? (Author POV)
71 Bertemu Leora (Author POV)
72 Maaf untuk Leora (Author POV)
73 Hari Spesial
74 Jijik Sekali!
75 Berbaikan Bukan Balikan
76 Kedatangan Arthes
77 Tentang Ambar
78 Penyesalan Tidak Berguna (Author POV)
79 Menjual Rumah Penuh Kenangan (author POV)
80 Balasan dan Pelajaran (author POV)
81 Tamat
82 promo novel terbaru, seru banget!!! kepoin yuk...
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Aku Dan Kebahagiaan
2
Aku yang Ingin Menyerah
3
Sangat Buruk?
4
Kekecewaan
5
Tekad Di Mulai
6
Rumah Sakit Jiwa
7
Rasa Sakit
8
Melewati Dengan Berpura-pura
9
Drama Gila
10
Rumah Impian
11
Dugaan Sampai Mual
12
Penjelasan yang Tidak Berarti
13
Leora yang Kuat
14
Aku yang Berbeda
15
Tidak Akan Pernah Bisa Adil
16
Rasa Ingin Tahu yang Menyakitkan
17
Sebuah Novel
18
Khawatir yang Tidak Perlu
19
Pulang ke Rumah Ayah dan Ibu
20
Kembalikan Leora dengan Baik
21
Sebuah Alasan
22
Sebuah Tuduhan
23
Sulit Dimengerti
24
Janin Rena
25
Tidak Ada Larangan Poligami
26
Poligami yang Sah!
27
Kesal Setengah Mati
28
Anak TK
29
Akan Ku Buktikan
30
Bekerja Keras
31
Bergelayut Manja
32
Tamu Tak Diundang
33
Sakit Hati, Sudah Biasa!
34
Kemudahan Dari Allah
35
Ayo, Bicara!
36
Insyaallah Aku Ikhlas
37
Melepas dengan Bismilah
38
Pesan Beruntun
39
Aku yang Terhalang Oleh Benci
40
Cinta yang Sudah Tidak Lagi Cukup
41
Sebuah Penjelasan Tidak Berarti
42
Permohonan Rena
43
Kedatangan Arshen
44
Rindu Gozel
45
Memohon dengan Harapan
46
Cita-Cita Seorang Leora
47
Sedikit Lebih Lega
48
Mimpi Buruk
49
Menjadi Lebih Kuat
50
Makan Salmon yang Banyak!
51
Wajah Ibu Mertuaku
52
Kehamilan, Kebahagiaan Sederhana
53
Surat Dari Pegadilan
54
Bujukan Rena
55
Wanita yang Trauma
56
Mengakhiri Hubungan dengan Ibu Mertua
57
Lega Tapi Menyakitkan
58
Tidak Akan Bisa!
59
Waktu Terus Berlalu
60
Perasaan Kacau (Author POV)
61
Sifat Yang Sesungguhnya (Author POV)
62
Terancam Bubar (Author POV)
63
Menyadari Kesalahan (Author POV)
64
Istri Paling Menderitanya (Author POV)
65
Mengembalikan Rena (Author POV)
66
Rena yang Putus Asa (Author POV)
67
Kesakitan Batin (Author POV)
68
Tindakan Nekat (Author POV)
69
Menyadari Sifat Rena (Author POV)
70
Bagaimana Dengan Leora? (Author POV)
71
Bertemu Leora (Author POV)
72
Maaf untuk Leora (Author POV)
73
Hari Spesial
74
Jijik Sekali!
75
Berbaikan Bukan Balikan
76
Kedatangan Arthes
77
Tentang Ambar
78
Penyesalan Tidak Berguna (Author POV)
79
Menjual Rumah Penuh Kenangan (author POV)
80
Balasan dan Pelajaran (author POV)
81
Tamat
82
promo novel terbaru, seru banget!!! kepoin yuk...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!