Mobil Nino berhenti di depan gerbang rumah bang Gofar, namun Sari lebih dulu turun, ingin memastikan apakah ada orang di dalam rumah itu, karena terlihat sepi. Namun, saat hendak menutup pintu mobil, sebuah sepeda motor melaju dari arah belakang dan hampir saja menabrak dirinya, untung saja dia bisa menghindar, jadi dia selamat. Namun, pengendara motor sudah langsung melaju pergi dengan cepat dari sana. Nino melihat kejadian itu langsung turun menghampiri Sari yang masih terlihat shock, bersandar dipintu mobil.
" Kamu tidak apa-apa Patrice ? Apa ada yang terluka? di sebelah mana? ayo kita kerumah sakit....!" Nino sangat panik, namun Sari masih diam.
Nino memeriksa keadaan Sari secara detail, memastikan bahwa benar-benar tidak ada luka. Kemudian dia mengambil botol air mineral di dalam mobil dan memberikannya pada Sari.
" Minumlah dulu Patrice....!"
Sari menerima botol minuman itu kemudian meminumnya. Baru ia merasa sedikit tenang.
" sudah kak, aku tidak apa-apa, hanya kaget aja" Sari mulai merasa lebih baik.
" Apa kita pulang saja?" tawar Nino.
" Kita baru sampai, kenapa mengajak pulang lagi? apa kakak tidak benar-benar ingin membantuku?" Sari mulai agak kesal.
' kanapa jadi salah paham begini? batin Nino.
" Bukan begitu Patrice, apakah kamu sungguh baik-baik saja?" tanyanya sekali lagi.
" Aku baik kak, lihat aku tidak apa-apa, motor tadi tidak mengenaiku sama sekali. Aku hanya kaget." Sari berusaha menyakinkan bahwa dia benar-benar baik.
Nino tidak ingin terjadi kesalahpahaman, dan tanpa berpikir panjang menarik pergelangan tangan Sari untuk masuk ke halaman rumah bang Gofar.
" Apakah ada orangnya kak?" Sari merasa ragu, setelah beberapa kali memencet bel, namun belum ada tanda-tanda ada yang membuka pintu.
" Kita tunggu saja dulu"
Hampir 15 menit mereka menunggu di teras rumah bang Gofar. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dulu, dan kembali sore nanti. Namun saat akan kembali ke mobil, tiba-tiba ada mobil Lain yang masuk.
diperhatikannya siapa yang turun, ternyata itu bang Gofar sekeluarga. Nino dan Sari merasa lega, dan menghampiri bang Gofar yang sudah keluar dari dalam mobilnya.
" Sari,...." Bang Gofarpun menghampiri mereka dan menjabat tangan.
" Mari masuk dulu" Bu Alfa, istri bang Gofar mempersilahkan mereka masuk, setelah membukakan pintu.
Mereka duduk di ruang tamu dengan disuguhi
benerapa cemilan dan teh. Sari merasa sedikit tidak enak, ternyata keluarga itu sangat ramah, berbeda dengan gambaran yang ia bayangkan tentang seorang rentenir.
" Ada apa Sari, bukannya kamu masih bekerja kata keluargamu?" Tanya bang Gofar.
" Begini bang, kedatangan saya kemari ingin mengucapkan terima kasih, dan ini saya ingin mengembalikan uang yang dipinjam bibi saya bulan lalu bang. maaf kalau tidak salah jumlahnya 50jt"
Raut wajah bang Gofar seketika berubah menjadi bingung, karena dia merasa tidak meminjamkan uang dalam jumlah itu. Dilihatanya amplop coklat yang diletakkan sari di atas meja.
" Sari, bibimu memang pernah meminjam uang pada saya, tapi tidak sebanyak ini, hanya 15 juta, dan itupun bisa dicicil, tidak harus buru- buru." terangnya.
Nino dan Sari terkesiap, bingung mendengar penuturan bang Gofar. Lalu apa maksudnya ini.
Setelah menyelesaikan urusannya di rumah bang Gofar, mereka kembali.
Sari lebih banyak diam. Ada kekecewan, marah, sedih, yang tersirat diwajahnya.
Nino melihat itu hanya bisa simpatik, tanpa berani mengajaknya bicara. Ia hanya fokus menyetir dan berharap bisa membuat Sari lebih tenang.
Saat mobil sudah berhentipun Sari masih belum juga menyadarinya.
" Apa kamu mau terus di sini?" Nino membuyarkan lamunannya.
" Sudah sampaikah ?" Di edarkannya pandangan di depannya.
Hamparan laut dengan ombak yang tidak begitu kencang, sesekali menyapu hamparan pasir di tepi. Suasana yang tenang, sejuk. membuat pikiran Sari yang tadinya penuh kekalutan, dengan sendirinya kini menjadi sedikit tenang.
Mereka duduk di bebatuan besar dekat pepohonan menghadap luasnya laut yang bergerak mengelayut. Semilir angin meniup, menambah kenyamanan siapapun yang berada di sana, termasuk Nino dan Sari.
Cukup lama mereka terdiam, tanpa ada kata yang keluar dari bibir masing-masing. Sari masih asyik dengan pikirain tentang perlakuan keluarganya, sedangkan Nino berpikir tentang Sari yang dari tadi hanya diam.
' apakah dia tidak lapar, haus, bahkan ini sudah hampir sore. terbuat dari apa perut anak ini?, aku saja lapar dan haus.' batinnya.
Dan tanpa sepengetahuan Sari, ia beranjak dari situ untuk mencari sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sumi Yang
Kak tanya..apa bisa beli vote?
2021-01-27
1
Sumi Yang
lanjottyy
2021-01-27
0
Rose Yura🌹
hadirr
2020-09-14
1