Kenapa Membiarkanku begitu lama

Sari duduk di kantin depan RS tempat pamannya menginap. Kenyataan yang baru ia ketahui benar-benar mengganggu pikirannya.

" Bang, bakso ya satu"

Sari memesan semangkuk bakso. Tak lama pesanan datang. Dituangnya beberapa sendok sambal dan saus ke dalam mangkuk.

Dengan begini setidaknya tidak akan tahu bahwa sebenarnya ia menangis karena kekecewan tapi karena kepedasan. Dengan lahap Sari mulai menyendokkan bakso pedas itu ke dalam mulutnya, dan benar saja, rasa pedas seketika membuat matanya memerah dan mengeluarkan buliran bening. Saat asyik-asyiknya menikmati bakso galaunya, tiba- tiba mangkuknya ditarik seseorang, spontan membuat sendok yang ia pegang berhenti di udara.

" Bukan begini cara mengekpresikan kesedihan Patrice"

Mendengar suara orang yang menghentikan kegiatannya, sontak Sari memutar tubuhnya.

Seorang lakil-laki, berpenampilan rapi, kalo dilihat dari name tag yang tertera di kemeja sebelah kiri kemejanya ia adalah salah satu dokter di rumah sakit seberang. Tapi panggilan itu mengingatkannya pada seseorang yang selama ini mintanya untuk menunggu. Apakah dia ......

" Kak Nino ?" Mata Sari terbelalak melihat siapa yang berdiri di hadapanya saat ini.

" Iya.... ini aku"

Refleks membuat Sari menghamburkan diri ke dalam pelukan laki-laki itu. Air matanya membanjiri ke dua matanya.

" Kenapa kakak tidak mencariku, tapi membiarkan aku menunggu begitu lama?" Protes Sari

" Maaf" Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Nino.

Mereka duduk berhadapan masih di dalam kantin itu.

" Kakak kemana saja selama ini? kenapa baru sekarang kakak menemuiku?" tanya Sari

" Setelah menyelesaikan pendidikan Lima tahun lalu, sebenarnya aku kembali ke kampung untuk mencarimu, tapi keluargamu bilang kamu ada di panti asuhan, aku mencoba mencari info tentang kamu di sana, ternyata kamu sudah pindah, maka dari itu aku memutuskan pindah kerja di rumah sakit ini sambil menunggumu, siapa tahu kamu kembali ke sini. Dan ternyata benar, sekarang kita bertemu di sini".

" Kakak bohong"

" Kok bohong si, nyatanya aku di sini kan sekarang. Kamu aja yang lama pulangnya"

" Gak niat aja kan nyarinya, masa nyari kok cuma nunggu di sini" lagi-lagi Sari protes.

" Sebenarnya kita pernah bertemu, tapi saat itu aku tidak yakin apakah itu kamu atau bukan"

" Di mana?"

" Di hotel tempat kamu bekerja, waktu aku sama ayah mampir beberapa hari yang lalu".

" Haaaahh.. jadi yang berdiri di belakang pemilik hotel waktu itu kakak?"

Nino mengangguk, membenarkan.

" Berarti kakak pemilik hotel itu dong?"

" Bukan, itu hotel punya kakek, dan kebetulan ayah tidak memiliki saudara lagi, karena adik ayah meninggal karena kecelakaan, jadi ayah yang harus mengurusnya, walaupun tidak secara langsung".

" Kenapa? bukanya enak ya punya hotel besar, mewah dan pelanggannya aja orang berduit."

" Tapi ayahku lebih suka mengabdi jadi dokter, biar bisa bantu orang sakit".

" Kayak kakak?"

" Bukan, aku yang kayak ayah, bukan ayah yang kayak aku".

" Apa bedanya?"

" Ya bedalah, yang muda yang ikut orang tua, bukan yang tua ngikut yang muda"

" Iyalah.... iya, percaya".

"Patrice, makasih ya"

Nino memandang Sari, dan kata-katanya mulai terdengar serius.

" Untuk apa?" tanya Sari bingung.

" Sudah mau menjaganya" merujuk pada kalung yang menggantung di leher Sari.

" Aku menjaganya karena ini kuanggap sebagai pengganti kakak. Setidaknya dengan ini, aku merasa memilki sesorang yang mau menganggap aku."

" Maksudnya?"

" Waktu itu mereka hanya menggap aku sebagai saudara angkat, sehingga kakak-kakakku tidak menyukaiku, sedangkan adik- adikku tidak begitu paham karena mereka masih kecil."

" Jadi itu yang membuatmu harus membuantu bibi berjualan, dan bukan kakak-kakakmu?"

Sari mengangguk.

" Setidaknya hanya itu ungkapan terima kasihku untuk orang yang sudah menampung dan merawatku".

" Sabar ya, mungkin itu jalan terbaik yang Tuhan berikan. Coba kalau kamu tidak berjualan waktu itu, mungkin kita tidak akan bertemu".

" Iya juga ya" kata Sari membenarkan.

" Ya sudah, yuk balik ke sana, sudah waktunya kakak harus kerja lagi".

Nino mengajak Sari kembali ke RS. Karena ia harus kembali bekerja.

" Pamanmu dirawat di sini?". Tanya Nino saat mereka sampai di depan kamar rawat.

" Bukan paman, tapi dia ayahku". Jawab Sari datar. Melihat espresi wajah Sari, Nino mengerti ada kekecewan di sana.

" Baiklah, aku tunggu ceritamu selanjutnya. Cepat masuk, kakak harus bekerja lagi. Apa kamu mau menunggu diruangan kakak?" tawar Nino.

" Makasih kak, aku tunggu di sini saja, bibi pulang, jadi aku takut paman membutuhkan sesuatu".

" Oh baiklah, kamu baik-baik, cari aku kalau butuh sesuatu".

Sari mengangguk dan membiarkan Nino berlalu, kemudian ia masuk ke kamar pamannya, eh ayahnya.

Jangan lupa kasih like nya ya.... author akan sangat berterima kasih.....

Terpopuler

Comments

Roroazzahra

Roroazzahra

kalau like itu selalu👍👍👍 tapi kalau komen jarang sekali😊

2021-02-18

1

DEVANO F. S

DEVANO F. S

👍👍

2021-02-04

0

Kurnia Asih

Kurnia Asih

sementara belum bisa komen, tapi masih setia menyimak 😁

2021-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!