Disinilah sekarang takdir membawa Patricia Nilam Sari berada. Merantau ke kota besar dengan bekal lulus sekolah kejuruan di bidang perhotelan, membuatnya berdiri di sebuah loby hotel terbesar di kota J. Ia bekerja sebagai recepsionis. Bertemu tamu terhormat bahkan artis ternama sudah jadi makanan seharil-hari. Dapat pujian dan hinaan juga hampir tiap hari. Tapi senyum, keramahtamahan seorang Sari bisa diandalkan untuk menghadapi para tamu. Di hotel, semboyan 'Tamu Adalah Raja' sangat berlaku.
Pernah suatu kejadian terjadi kesalahpahaman pengunjung hotel, datang sambil marah-marah tak jelas, hanya karena pintu kamar tidak sesuai pascode. seharusnya kamar 96, pengunjung itu salah lihat jadi 69, mau sampai tahun depan juga mana bisa masuk.
" Maaf ya mbak"
hanya itu kata yang terakhir diadapatkan setelah cacian.
"Iya ibu tidak apa-apa, silahkan nikmati istirahat anda".
Disaat sepi pengunjung, kebosanan melanda para pekerja dan tak hayal kadang pembicaraan ngawur pun jadi menu sehari-hari.
" Sar, kapan kita bisa kayak mereka, tidur di hotel mewah." kata Nazwa teman kerja Sari.
" Kamu kepingin Wa?, tinggal pilih aja kamar mana yang kamu mau. Bilang ma mas Dodit yang tiap hari bersihin kamar. Nanti pasti disiapin kamar sama tamu. Gratis..."
" Kamu kira aku cewek apaan!
" Ya kira aja kamu saking pengennya tidur di hotel mewah lho... itu bisa jadi alternative. Sekalian dapat tambahan"
" Ihhhh.... ogah ya..."
" ada alternative lain mau Wa?"
" apaan?"
" nikah aja ma pak Ridwan"
" Ish, apaan sich, gak lucu tau"
" He'em....."
Suara deheman menghentikan obrolan mereka, melihat siapa yang datang, sontak mereka langsung berdiri dan membungkuk.
" Selamat siang pak"
hampir berbarengan Sari dan Nazwa menyapa atasannya yang tiba-tiba muncul. Beliau adalah pak Ridwan, direktur hotel tempat mereka bekerja. Diusia yang ke 45, masih betah melajang. Entah siapa yang ditunggunya, makanya disaat tertentu selalu jadi objek pembicaraan antara karyawan. Emang, tampang pas-pasan, tapi kan uangnya. Kata cewek sekarang tampang gak penting yang penting dompetnya tebal.
" Nazwa nanti akan ada tamu penting datang, beliau adalah pemilik asli hotel ini, tolong dipersiapkan segala sesuatunya, jangan sampai ada yg kurang. Saya tidak mau karena kinerja kalian, saya dianggap tidak becus. Dan kamu Sari, masih ada kamar VVIP yang belum direservasi, sebaiknya jangan di isi dulu, karena beliau akan menginap disini."
" Baik pak" lagi-lagi mereka menjawab secara bersamaan.
Sepeninggalan Pak Ridwan keduanya menarok nafas lega. Berharap saja Bosnya itu tidak mendengarkan percakapan mereka.
" Sar, ku kira pak Ridwan itu pemilik hotel ini, ternyata dia juga cuma karyawan kayak kita, bedanya dia direktur, sedang kita cuma recepsionis "
" Ada lagi bedanya Wa,"
" Apaan?
" Gajinya "
" Aish, ngomong ma kamu mah gak da faedahnya Sar"
" Tapi emang benerkan?, udahan yuk buruan siapin ntar keburu Big Bos dateng... kira-kira seperti apa ya,.. hemmm "
" Udah jangan banyak menghayal, Yuk...."
Pukul 11 siang tamu yang dimaksud sudah datang, dan semua karyawan berjejer rapi di loby sebagai bentuk penyambutan pemilik hotel.
Dua orang laki-laki datang tanpa ada pengawal, berpakaian batik, terlihat rapi berjalan memasuki hotel..
" Selamat siang pak, selamat datang"
Pak Ridwan menyapa kedua laki- laki yang dengan ramahnya menjawab sapaan direktur kami, bahkan dengan kami semua ia tersenyum, sungguh Big bos yang perfect.
Namun tidak dengan seseorang yang berdiri di belakangnya, yang nampak tertegun menatap salah satu dari sekian karyawan yang bejejer. Benarkah dia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Mak sulis
Heemm.,menarik..kata2 dan bahasa ringan..kayak natural..enak bacanya..
2021-08-22
1
nipiqu
2 bab pertama menarik.. lanjut
2021-08-05
0
Chybie Abi MoetZiy
menarik...... 💞💞
2021-03-30
0