Saat ini Sari hanya duduk diam dibangku panjang yang sedari tadi ia tempati, kini ada Nino di sampingnya. Sari masih asyik dengan kebingungan yang ada dipikirannya, sedangkan Nino juga bingung saat Sari tidak merespon apa yang ia katakan.
" Patrice,..."
Panggilan Nino menyadarkan kembali Sari, bahwa saat ini ia tidak sendiri.
" Eh..., iya kak, maaf"
" Kamu melamun? ada apa?"
' Apa sebaiknya aku cerita sama kak Nino ya' batin Sari
" Patrice ada apa?" Nino kembali bertanya saat Sari masih berkutat dengan kediamanannya.
" Ceritakan padaku apa ada masalah?" Pintanya kemudian.
Namun Sari masih bingung, sehingga hanya gelengan kepala yang ia wakilkan sebagai jawaban. Nino menyadari, perpisahan yang cukup lama, ternyata membuat Sari banyak berubah, walaupun tidak semua.
" Apa kamu sekarang mulai tidak percaya padaku, sehingga tidak mau menceritakan masalahmu?"
Nino mulai kehilangan kesabarannya.
" Bukan begitu kak, aku hanya bingung" Kata Sari.
Nino menggeser posisi duduknya mendekati Sari, di miringkannya posisi badannya agar menghadap Sari, kemudian ia memegang kedua bahu Sari.
" Katakan padaku Patrice, anggap aku ini kakakmu."
Sorot mata Nino penuh harap membuat Sari merasa semakin bingung, apakah dia harus menceritakan tentang masalahnya. Namun tidak ada pilihan lain, akhirnya ia menceritakan apa yang menjadi beban pikirannya.
" Biarkan aku yang mengurusnya, besok kita temui bang Gofar".
" Tapi kak, uang segitu sangat banyak bagiku, aku tidak bisa janji untuk bisa secepatnya mengembalikannya padamu".
" Patrice lihat aku". pinta Nino.
" Kamu anggap apa aku selama ini?" tambahnya. Sari hanya tertunduk, tidak berani menatap Nino yang masih menatapnya lekat.
" Kamu tidak perlu mengembalikan uang itu, karena bagiku kamu lebih berarti dari banyaknya jumlah harta yang ada di dunia ini."
Sari semakin tidak mengerti arah pembicaraan Nino, sehingga ia dengan perlahan menaikan posisi tatapan matanya ke arah Nino, ditatapnya mata yang saat ini menatapnya.
" Apa maksudmu kak?" Tanya Sari heran.
Nino menyadari kesalahannya dalam berbicara, namun ia menyadari bahwa mungkin ada baiknya ia kini memberitahukan apa yang sebenarnya.
" Kak...." Sari mengguncang salah satu lengan baju Nino, menuntut penjelasan.
" Kamu tahu kenapa aku memberimu liontin itu saat kita berpisah dulu?" tanya Nino, hanya gelengan kepala sebagai jawaban Sari, karena ia masih bingung.
" Berikan padaku" Pinta Nino,
" Aku hanya ingin memberitahukan padamu, aku tidak meminta kau mengembalikannya"
Nino tahu bahwa Sari semakin bingung. Namun tak ayal Sari melepas kalung berbandul liontin itu dan memberikannya pada Nino. Nino memerimanya dan kemudian membuka liontin itu. Dipandanginya kedua foto yang tersimpan di sana, kemudian ditunjukanya pada Sari.
" Lihatlah!" Nino mengulurkan kembali liontin yang sudah terbuka isinya itu.
Sari memandangi foto kedua orang yang ada di dalam liontin itu, persis dengan foto kedua orang tua angkatnya yang masih ia simpan.
" Itu adalah foto paman dan bibiku, mereka meninggal karena kecelaakan saat akan pulang dari rumah kami. kejadian itu 22 tahun yang lalu, saat kejadian, pamanku meninggal di tempat kejadian, sedangkan bibi kritis, namun bayinya yang masih berusia 1 tahun selamat, bahkan tanpa luka sedikitpun. Bibi sempat dirawat di rumah sakit dan sempat sadar juga, dalam keadaan itu ia memanggilku dan memberanikan kalung liontin ini, dengan pesan untuk diberikan pada anak itu, dan setelah itu ia menghembuskan nagas terakhirnya."
Nino terdiam, hatinya terasa pilu saat mengingat kejadian itu. Namun ia harus tetap menjelaskan pada Sari yang sebenarnya.
" Setelah bibi meninggal, kedua orang tuaku berniat mengasuh anak itu, namun kedatangan orang tuamu yang meminta hak asuh kembali, membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga dengan terpaksa kami menyerahkanmu kembali pada orangtuamu. Aku tidak menyangka kalau selama ini mereka tega menganggap dirimu sebagai anak angkat. Dari situ saat ayah membangun rumah sakit di sana, aku mulai mencari tahu tentang dirimu."
" Jadi, pertemuan kita waktu pertama kali memang sudah kakak rencanakan?" tanya Sari.
" Bukan rencana, itu memang sengaja." jawab Nino.
" Maafkan kakak, jika baru kali ini bisa memberitahumu, mungkin ini memang saat yang tepat".
Sari masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang Nino ceritakan barusan. Beribu pertanyaan masih bersarang di kapalanya. Namun ia masih belum bisa meminta penjelasan secara detail, selain mencerna apa yang baru saja ia dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Natalia Sanjani
di episod ini kok aku bingung 😒 lanjut lah ben mudeng....😃
2021-01-13
1