Operasi Tengah Malam

Brully tetap berencana melakukan operasi penangkapan Prasti di rumah Mahasakti 12. Dia tetap tak gentar, walau Reynal memberi kabar menakutkan bahwa rumah itu sangat sensitif untuk didekati.

Brully telah menganggarkan banyak biaya untuk rencana operasi kali ini. Bahkan rela memesan penjinak bom ilegal demi mengamalkan operasi nantinya.

Demi lancarnya operasi, Brully kembali berangkat menemui penasehat spritual di kaki Gunung Bromo, untuk minta petuah.

Hari ini, jam 10 nanti, Brully akan berangkat. Ini kunjungan ke enam kalinya pada sang dukun kepa-rat tersebut.

Demi itu pula, kemarin, Brully kembali meminta jasa Cimpin Flamboyan untuk mencarikan tiga helai celana bekas pakai anak perawan.

Sudah tak sedikit pula dana yang digelontorkan Brully demi mendapatkan celana bekas pakai anak perawan itu. Walau tidak sebanyak dana yang dihabiskan untuk operasi penangkapan Prasti, tapi rupiah yang dikucurkan untuk persyaratan konyol dan tak ilmiah ini, cukup besar.

Sebab memang, untuk mendapatkannya susah. Dan hanya orang-orang yang memiliki unsur kegilaan yang mampu mendapatkannya. Orangnya tentu sekelas Cimpin Flamboyan.

Kali ini, Cimpin cs terpaksa berbohong. Dia tidak mencuri celana dalam anak perawan yang ada di jemuran, tapi hanya membeli celana baru di toko pakaian dalam.

Agar Brully tetap percaya, Cimpin membeli beberapa ekor anak ikan dan kemudian mengoleskan sekedarnya pada bagian bawah celana dalam tersebut. Gunanya, untuk memberi sedikit aroma amis-amisnya.

Untuk menghilangkan kesan celana baru, terlebih dahulu celana itu dicuci Cimpin dan ditarik-tarik agar sedikit melar.

Brully berhasill dikelabui kali ini, sehingga celana dalam yang dibawa Brully menghadap dukun adalah celana dalam beraroma anak ikan, bukan celana dalam bekas pakai anak perawan.

Brully masih berangkat sendiri, bermodal celana dalam abal-abal itu, Brully sampai tengah malam di kaki gunung. Sang dukun, penasehat spritual sesat itu, sudah duduk bersilah di singgasananya.

“Mbah, mau melakukan penangkapan di sebuah rumah Mbah, ibu yang melahirkan anak itu sedang di sana. Kabarnya rumah itu berbahaya Mbah. Benar ngga Mbah??”.

“Tunggu”

Seperti biasa, dukun angkak-angkak itu kembali mengambil kemenyan dengan ujung jari, kemudian menaburkan pada bara api yang memerah di atas kulit kelapa kering yang sudah tersedia di depannya.

Sang dukun merapatkan kedua telapak tangan dan menempelkan ke dadanya sendiri. Beberapa saat kemudian, dia berkelebat. Bunyi suara langsung berubah parau mirip suara penderita batuk rejan. Sepertinya, jin yang datang malam ini lebih sakti dari sebelumnya.

“Ada apa kau datang, anak muda??!!!”

“Mbah, mohon petunjuk Mbah”

“Petunjuk apa??!!”

“Saya mau melakukan penangkapan di sebuah rumah, kabarnya rumah itu berbahaya. Apakah benar Mbah??”

Berbeda dengan jin terdahulu, jin yang ini terlihat lebih tegas dan lebih berkelas. Dia tiba-tiba mengacungkan keris ke arah puncak gunung Bromo, kemudian berbisik-bisik, terdengar sayup-sayup sampai di liang telinga Brully.

Tak lama setelah itu, jin itu seperti tersiram se-ember air kulkas. Menggigil hebat. Seluruh tubuhnya bergetar. Sejurus kemudian, menusukkan keris ke tanah dengan tenaga berlebih. Keris tertancap lurus membelakangi langit. Lalu berkata:

“Pergerakkan rahasia itu harus dilakukan Jam 12, tengah malam. Tunggu ketika bunyi jangkrik telah bersiul nyaring. Memang rumah itu berbahaya, banyak bahan peledak, dan satu kamarnya adalah ruang senjata. Tapi tak apa-apa, selagi syarat yang kau bawa cukup, bisa kita atasi. Tapi salah satu anggota tim penangkap nantinya harus memakai kolor di luar celana ”

Begitu kalimat-kalimat antik yang keluar dari dukun berbibir tebal sebelah tersebut.

“Makasih Mbah”

Sebelum meninggalkan lokasi, seperti biasa, Brully menyerahkan uang yang dibungkus celana dalam pada dukun. Kali ini aroma agak khas, aroma anak ikan. Dukun angguk-angguk girang.

Brully, kembali malam itu juga menuju Jakarta. Dia memegang pituah itu dengan penuh keyakinan. Walau pituah itu datang dari mulut dukun tai ayam.

***

Hari ini, dua hari sekembali dari gunung Bromo. Brully sudah siap untuk melakukan operasi tengah malam. Seluruh persiapan telah matang dan siaga tempur dalam operasi ini.

Seluruh anggota pasukan, staf khusus juga pelaksana eksekusi, semua memakai pakaian ala ninja.

Semua siaga menungu perintah bergerak begitu bunyi suara jangkrik bersiul nyaring terdengar.

Cimpin Sok Flamboyan mirip katak kurang gizi setelah memakai kostum itu. Apalagi, dia pula yang ditetapkan Brully untuk memakai kolor di luar celana. Sehingga penampilannya mirip superman terkena sambaran petir.

Jalan Cimpin miring ke kiri karena harus membawa tabung pemadam kebakaran yang cukup berat. Rasanya, Cimpin tak perlu ledakan bom untuk tewas. Cukup satu jam saja dibiarkan menyandang tabung itu, dia akan mampus sendiri dihimpit tabung.

Seluruh alat komunikasi telah stand by. Siulan suara jangkrit terdengar, pergerakan dimulai, pasukan dibagi empat. Depan, belakang, samping kiri dan kanan. Dengan satu komando, seluruh pasukan serentak memasuki pagar.

Pasukan depan, sebagai tim penjinak bom bergerak menuju pintu depan. Aman, maka dilanjutkan membuka pintu utama secara paksa. Pasukan belakang, kiri dan kanan tetap berjaga di seluruh pintu dan jendela. Mengawasi supaya tak ada target yang mencoba meloloskan diri.

Tim penjinak bom berhasil membobol pintu depan, dikuti mengayunkan langkah dengan sangat hati-hati memasuki rumah. Alat penjinak didorong untuk memastikan tidak ada benda berbahaya di depan yang bisa meledak.

Mereka berhasil sampai di ruang tamu. Terus bergerak hati-hati pula ke ruang tengah. Di sana terlihat empat kamar yang semuanya dalam keadaan setengah terbuka. Tim penjinak mengabarkan kepada tim yang berada di luar bahwa mereka tak lama lagi akan mendobrak pintu dan meminta berjaga jangan sampai ada taget yang lolos.

Tim penjinak mencurigai kamar paling ujung sebagai tempat bahan peledak dan di sebelahnya adalah kamar persembunyian Prasti. Mereka sangat hati-hati karena ini adalah kamar sensitif.

Alat penjinak bom diarahkan menjulur ke pintu kamar, lebih maju beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Setelah beberapa detik, tak ada tanda-tanda benda berbahaya yang terdeteksi.

Dalam satu komando, empat orang tim penjinak mendobrak pintu kamar sebelahnya. Kamar yang mereka yakini sebagai tempat Prasti bersembunyi. Satu kali dobrakan pintu terlepas dengan engselnya sekaligus. Pintu terbuka sempurna, senjata langsung mengarah ke banyak arah di ruangan kamar. Sayang, kamar dalam kondisi kosong.

Tim bergeser ke kamar yang sebelah kiri, kemudian mendobrak pula pintunya, ternyata masih kosong. Terus ke kanan, ini kamar terakhir. Mereka makin meningkatkan kewaspadaan. Semua mereka yakin inilah saatnya menangkap Prasti.

Semua pasukan di luar diminta siaga penuh. Cimpin yang berada di pasukan samping kanan telah siap sedia dengan tabung pemadam. Begitu juga pasukan lain, matanya tak berkedip mengawasi setiap pintu dan jendela.

Dalam tiga hitungan, tim yang berada di depan kamar serentak mendobrak pintu dan secepat itu pula mengarahkan moncong senjata ke segala arah. Sialan, kamar juga didapati dalam keadaan kosong. Yang ditemukan hanya kawanan nyamuk yang begitu banyak mengiang-ngiang di telinga.

Tentu saja rumah ini kosong. Karena Prasti yang dicari sedang melarikan diri. Tim Reynal juga sedang menjemputnya untuk pulang.

Esok hari, Brully kembali ke kaki gunung Bromo mengabarkan berita duka ini kepada penasehat spritual. Jawaban dukun hanya satu kalimat.

‘Syarat yang kau bawa tidak asli, bau ikan”.

***

Sebulan setelah operasi yang gagal total itu, Brully kian cemas. Pabrik kain miliknya mulai mengalami penurunan omset. Pelanggan dari negara tetangga yang memesan biasanya barang, volumenya kini menurun. Brully mengaitkan hal ini dengan anak yang dilahirkan Prasti yang belum kunjung bisa dihabisi. Dia sangat percaya titah dukun.

“Apabila anak itu masih sempat hidup setengah jam setelah lahir, maka Brully akan mengalami kesialan. Kalau dia sempat hidup sampai besar kamu akan dihabisi ”

Bagi Brully, kondisi penurunan omset ini merupakan bagian dari kebenaran titah itu. Entah dari mana asalnya Brully sangat percaya dukun itu. Dan entah siapa pula yang mengarahkan Brully untuk kembali pergi ke kaki Gunung Bromo bertemu sang dukun. Padahal informasinya yang didapat dari dukun keparat itu kaleng-kaleng semua

***

Di tempat yang belum kita tahu alamatnya, Reynal sedang berbicara empat mata dengan Prasti yang baru berhasil ditemukan, setelah sebulan pula hilang. Tim Joy dan dua temannya yang mengamankan Prasti di bandara dulu itu, menemukan Prasti di Bali.

Prasti punya cara agar sulit ditangkap dengan berbaur bersama bule di pantai Kuta. Berpakaian seperti para bule dan berjalan kemana-mana ikut rombongan bule juga.

Alat pendeteksi keberadaan Prasti ada gangguan, sebab sinyal tidak menentu. Malam pelarian masih terpantau di Jakarta, esok pagi di Semarang, besok lagi di Surabaya. Tapi esoknya lagi hilang.

Duapuluh hari kemudian, titik koordinat keberadaan Prasti terpantau di sebuah penginapan kelas menengah di Bali. Tim langsung bergerak. Namun yang didapati, kamar dalam keadaan tidak berpenghuni. Hanya jaket hitam yang ditemukan. Sehingga tim yang dipimpin Joy bertato mengintai hingga Prasti kembali ke penginapan.

Jam 11 malam Prasti diamankan. Prasti tetap histeris hingga badannya sampai ke Jakarta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!