Cewek Setengah Bule Dan Detektif Impoten
Episode 1.
Seperti kemarin, siang ini Jakarta masih dijerang panas kerontang. Namun, hiruk-pikuk metropolitan terus berlangsung si bawah terik mentari yang menikam kepala. Pekik kernet bis kota tumpang tindih dengan suara para pengamen jalanan. Dan, tingkah bertingkah pula dengan deru kendaraan yang merayapi aspal mengkilap yang bertapis minyak.
Sementara, di sebuah halte, seorang wanita hamil berwajah Eropa duduk meringis. Wajahnya terlihat lelah. Bukan hanya perut membuncit yang membebani dirinya. Tapi menyiratkan bahwa ada tumpakan masalah yang sedang bergelayut di kepalanya.
Dari samping kiri halte, seorang lelaki tegap, badan kekar berisi, datang menghampiri wanita itu. Sangat percaya diri, sang lelaki duduk di sampingnya. Lelaki tegap langsung bertanya siapa suaminya. Tapi, wanita cantik berwajah Eropa itu tak peduli. Dia tetap meringis hingga garis keningnya terlihat bersusun.
Sang lelaki tak menyerah walau pertanyaannya tidak digubris. Dia tetap percaya bahwa wanita hamil yang berada di sampingnya butuh bantuan.
“Dek, kamu sedang hamil berat, suamimu mana?”
“Bang! Aku bilang ya, hamil itu kan bukan karena ada suami, tapi karena hubungan badan yang berhasil” jawab wanita hamil berat itu.
Jawaban wanita hamil sungguh menyentak logika sang lelaki. Secara logika memang benar, bahwa wanita tak butuh suami untuk hamil, tapi hanya butuh lelaki yang menanam benih pada rahimnya.
Dalam terpanah, sang lelaki mencoba bertanya lagi siapa lelaki yang harus bertanggungjawab terhadap kehamilan ini. Tapi,lagi-lagi jawaban sang wanita mengejutkan.
“Itu yang aku tak tahu. Kalau tahu pasti aku cari dia. Dia dapat enaknya, aku dapat sengsaranya!”
Inilah jawaban yang mengagetkan itu. Sejurus kemudian, wanita hamil tua menoleh pada lelaki tegap dan memandang bola matanya sedalam-dalamnya. Mereka beradu tatap. Inilah momen pertama mereka saling mengetahui wajah lawan bicara.
“Tolong bantu aku nyariin orang yang bisa membeli anak ini”.
Lagi-lagi kalimat yang muncul dari wanita hamil mengagetkan sang lelaki. Kali ini makin terkejut karena ternyata wanita itu ingin menjual anak yang ada dalam kandungan.
“Buat apa ngidupi anak yang tak tahu bapaknya ini” tambah wanita itu
Mata wanita hamil kembali menatap sang lelaki. Kemudian meminta kembali sang lelaki untuk membantu mencarikan orang yang bisa membeli anaknya yang akan dilahirkan.
Dari tampilan fisik, lelaki itu yakin beberapa hari lagi wanita ini mungkin akan melahirkan. Tanpa pikir panjang, dia menerima tantangan untuk menyelamatkan bayi dalam perut wanita itu.
Lelaki itu berjalan menuju hotel di belakang halte. Tak lama, dia kembali dengan membawa sebuah tas ransel dan berjaket hitam dengan topi melekat di kepala.
Lelaki ini mengajak wanita itu pergi ke sebuah klinik bersalin. Sementara wanita hamil bertanya-tanya dalam dalam hati apakah orang yang akan membeli anaknya sudah ada.
Setelah beberapa langka, wanita ini berhenti. Dia mempertanyakan keseriusan lelaki berbadan tegap. Apakah pembeli anak dalam kandungan dia sudah ada.
Sang lelaki hanya tersenyum untuk menyakinkan bahwa dia sudah punya orang yang akan membeli anak yang nanti akan dilahirkan. Wanita itu menyerah, saat lelaki tegap membimbingya naik taksi. Tapi ekspresi di raut wanita hamil berat ini sangat keliru. Ada bahagia, juga dicampuri ekspresi cemas. Berkali-kali dia curi pandang memerhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Lelaki tegap, tetap tersenyum tanpa menoleh.
“Rumah Bersalin Kasih Ibu”
Taksi berhenti pas di depan gedung berwarna putih yang di puncaknya bertuliskan rumah bersalin itu. Setelah membayar taksi, sang lelaki membimbing wanita ini dengan sangat hati-hati masuk pintu rumah bersalin. Persis seorang suami yang sedang mengantar istri yang hendak melahirkan.
Sang lelaki langsung menuju meja pendaftaran. Dia disambut dengan ramah petugas klinik bersalin. Dan si wanita hamil duduk di kursi panjang yang tersedia.
“Nama istrinya siapa, Pak?
Sang lelaki langsung batuk-batuk mendengar pertanyaan petugas pendaftaran.Sebab dia belum tahu nama wanita yang tadi dia temukan di halte itu
Sang lelaki berjalan menuju wanita hamil. Kemudian berpura-pura membuka resleting tas untuk mengambil masker. Setengah berbisik, sang lelaki bertanya pada nama pada wanita hamil. Rupanya dia bernama Prasti.
Sang lelaki membalikkan badan untuk kembali ke meja pendaftaran. Dia berkilah bahwa dia kurang sehat sebab semalam kerja lembur. Sang lelaki minta maaf sambil menutup mulut dengan masker yang belum terpasang.
Setelah memberitahu nama wanita hamil, berikutnya petugas menanyakan umur calon fasien dan anak yang dikandung itu anak ke berapa.
Kali ini sang lelaki pura-pura bersin mendengar pertanyaan petugas. Sambil berbalik arah kembali menuju wanita hamil. Masih seperti yang tadi, sang lelaki kembali membuka resleting tas dan kembali pula bertanya setengah berbisik pada wanita hamil. Dia bertanya umur, alamat dan dan anak ke berapa.
“Ohw, 23 Bang, alamat Tanjung Priuk, anak pertama”
Sang lelaki kembali ke meja pendaftaran. Sambi menutup mulut bermasker sang lelaki mengabarkan bahwa calon fasien berusia 23 tahun dan tinggal di Tanjung Priuk. Juga, mengabarkan bahwa calon fasien mengandung anak pertama.
“Nama suaminya?” tanya petugas
“Oh, Reynal, Reynal Bu. Rey-nya pakai Y bukan I”
“Baik, Pak Reynal. Silahkan tunggu, sebentar lagi akan kami panggil istri bapak untuk masuk ruang pemeriksaan
Lelaki yang mengaku bernama Reynal berbalik dengan santai dan duduk di samping Prasti melepaskan nafas yang tertahan. Wanita hamil menoleh padanya kemudian menanyakan namanya
“Panggil saja Reynal”
“Ibu Prasti...”
Tiba-tiba petugas rumah bersalin memanggil nama wanita hamil itu. Dia langsung menyahut dan dengan meringis dui berdiri untuk berjalan menuju ruang pemeriksaan.
Petugas datang menghampiri dan ikut membimbing Prasti menuju ruang pemeriksaan. Prasti terlihat meringis menahan sesuatu.
Petugas minta Reynal membantu Prasti naik tempat pemeriksaan. Tak lama berselang, dokter kandungan dengan senyum datang untuk memeriksa dan ibu petugas membuka celana dalam Prasti agar dokter mudah bekerja.
Tiba tiba petugas pendamping persalinan berkata setelah memerhatikan bercak darah di celana Prasti:
“Dok, sepertinya mau melahirkan Dok”
“Oh. Iya” Dokter tersenyum pada Reynal calon bapak jadi-jadian.
Petugas meminta peralatan bayi pada Reynal. Tapi Reynal kebingungan karena belum ada satu helai peralatan melahirkan yang ia siapkan. Petugas menyarankan Reynal membeli peralatan bayi yang tersedia di toko yang ada di depan klinik.
Reynal bergegas berjalan menuju toko. Tapi, tiba-tiba Prasti memanggilnya sambil meringis kesakitan.Reynal tergesa menuju Prasti yang sudah berbaring di dipan melahirkan. Prasti menarik bahu Reynal dan berbisik
“Orang yang mau beli anak ini, mana?”
“Ah, tenang aja, sebentar lagi dia ke sini” jawab Reynal sambil bergegas menuju toko peralatan bayi.
Tak lama, Reynal sang bapak bohongan telah kembali dari toko dan membawa lengkap peralatan penyambutan bayi. Petugas dengan kursi roda membawa Prasti ke ruang persalinan dan Reynal mengiringi. Petugas berharap Reynal untuk membantu selama proses persalinan.
Prasti tak lagi banyak bicara, justru lebih banyak merintih menahan sakit. Sepertinya kelahiran bayi sudah dekat. Petugas meminta Reynal menjaga paha Prasti untuk tetap terbuka”
Waduh, Reynal canggung, gugup luar biasa. Ia harus menjaga dan berdiri di hadapan seorang wanita bukan istri dalam keadaan terkanggang. Ah, tangan Reynal kemudian perlahan memegang kedua lutut Prasti agar pahanya tetap terbuka.
Reynal masih menjaga adab. Kepalanya tidak mengarah pada selangkangan Prasti, tapi menengadah ke langit-langit ruangan serupa seorang suami bermunajat pada penguasa langit untuk berdoa.
“Pak, jangan canggung gitu sama istri, yang serius megangnya” Petugas menegur Reynal.
Proses kelahiran dimulai.
Apakah bayi ini lahir selamat. Bila selamat, siapakah orang yang telah bersedia membeli bayi ini? Apakah Prasti benar-benar tidak punya suami? Dan, apakah Reynal masih perjaka? Ahh..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rozi Mandaliko
makadih reader, tunggu 3 episode baru hari ini
2024-02-13
1
riez onetwo
Jleb banget emosinya!
2024-02-13
0