Prasti Buka Rahasia

Episode 7

Brully masih duduk bersilah di hadapan dukun. Dia seperti prajurit dungu di hadapan jenderal. Dia sangat percaya pada setiap kata yang keluar dari mulut dukun ini. Titah dukun ini bertingkat-tingkat.

Dari datang pertama hingga ketiga bunyi titahnya berkelanjutan. Kedatangan keempat ini entah apa pula bunyi titahnya.

Ketika datang pertama kali, dukun bertitah:

“Bila anak yang lahir laki-laki langsung habisi segera”.

Datang kedua kali, bertambah menjadi “setelah anak dihabisi berikutnya habisi ibunya. Lalu, ketika Brully datang setelah Prasti melahirkan dan didampingi seorang lelaki, titahnya bertambah lagi “setelah anak dihabisi, berikutnya habisi lelaki itu dan terakhir habisi ibunya”

Kini, di kedatangan yang keempat ini Brully sedang menunggu titah berikutnya.

“Sekarang bagimana Mbah. Usianya sudah 6 bulan” tanya Brully penuh kecemasan.

“Tunggu sebentar” jawab dukun dengan suara berat.

Sang dukun mengambil potongan sabut kelapa dan membakar kemenyan di atasnya. Dilanjutkan mengikat kepala dengan kain hitam yang sudah terlihat kumal.

Ketika asap telah membubung, mata sang dukun terbelalak-belalak seperti ular hendak beranak. Tak lama, muncul suara serupa orang tercekik ketelan putik durian. Berikutnya muncul suara mirip suara sapi tua yang sedang meregang nyawa. Sungguh asing, menakutkan juga lucu.

“Aaadaaa aa..paa, Mbaaahh dipangiiil, Cuuu”

“Ingin minta pertolongan, Mbah”

“Aaaa..paa ituuu”

“Bagaimana cara menemukan anak saya dan orang yang mencurinya”

“ohhh,tungguuuu”

Tubuh dukun yang sudah dihuni Jin keparat mengambil pisau kecil dan mencelupkannya ke tampan berisi air.

“Ohhhhh. Anaaakkmu ituuu tak jauuuh dari tempat tinggallmuuuu.Araaah timuuur darii rumahmu. Dii..pee..lii..haa..raa seorang ibu.uu-ibuuu”

“Orang yang mencuri siapa, Mbah?

“Ju..ga.aa tak jauh dari rumah.mu..u.., temanmu ju..ga.a. Kulitnya hitam, rambutnya jaranng”

‘Makasih, Mbah”

“Ketika kamu sudah bertemu anakmu. Habisi dia, habisi orang yang mendampingi wanita itu, habisiii ibunya dan habisi wanita yang memeliharanyaaa...

Titah keempat sudah keluar, naik pula tingkatnya: Setelah menghabisi anak, habisi Reynal, kemudian habisi Prasti dan terakhir habisi wanita yang memelihara anak itu.

Setelah memberi informasi singkat, Jin keparat langsung pergi dan tubuh kembali dipakai sang dukun berjanggut pirang. Brully meninggalkan seikat uang yang dibungkus dengan celana bekas pakai anak perawan, tiga lapis.

Entahlah, apakah yang datang itu benar-benar jin penguasa gunung Bromo, atau dukun berjanggut pirang itu yang sedang bersandiwara.

***

Di Jakarta, selesai bertemu lelaki berambut panjang di Pulogadung kemarin, hari ini Reynal menemui Prasti, sesuai janji yang telah disepakati. Belum diketahui secara pasti apa yang dirancang Reynal dengan lelaki berambut panjang itu. Apakah ingin menghabisi Brully atau ada pilihan lain. Belum ada kepastian.

Reynal tidak berangkat dengan mobil kemarin, tapi lain pula warnanya. Kalau kemarin mobil warna hitam, kali ini mobil warna silver. Begitu pula penampilan. Kemarin berdasi dan berkaca mata, kali mirip orang pergi olahraga. Baju parasut, memakai sepatu olahraga di kepala lekat topi putih dan pakai masker.

Tak lama berselang, sekira sepuluh menit, Reynal sampai di hotel tempat Prasti dinapkan dua hari. Rupanya Prasti telah menunggu di sudut lobi hotel, entah mengapa dia duduk ditempat yang susah dilihat.

Kalau bukan Prasti yang datang menghampiri Reynal, tentu Reynal susah menemukannya. Dia bergegas menemui Reynal dan tergesa naik mobil. Reynal agak heran.

“Oke, hari ini kita cari tempat kamu kos ya” Kata Reynal saat keduanya sudah dalam mobil

Tapi Prasti malah bermohon dengan nada yang gugup. Dia ingin Reynal membawanya ke sebuah tempat yang aman untuk bicara. Reynal sangat heran dengan ekpresi Prasti juga pada permintaannya untuk diajak ke sebuah tempat tersembunyi. Reynal memerhatikan terus wajah Prasti, tampak ada sesuatu yang amat dirisaukan.

Reynal menuruti kemauan Prasti dan menelpon sebuah restoran untuk memesan tempat. Sedikit berbeda dengan kemarin yang berada di puncak bukit, kali ini di kaki bukit.

Setelah satu jam perjalanan mereka dampai di lokasi. Reynal kembali memesan tempat yang jauh dari pengunjung lain.Bentuk saungnya hampir sama dengan restoran terdahulu.

“Pras, kamu belum makan kan, makan dulu sebelum bicara” pinta Reynal

Muka Prasti sembab. Mereka makan tanpa bicara, situasi agak tegang. Setelah selesai makan siang, Reynal permisi untuk tunaikan solat ashar. Saat kembali ke tempat semula, Reynal melihat Prasti duduk termenung bersandar ke dinding bambu. Tidak ada kebohongan dari ekspresi wajahnya sebagai petunjuk bahwa Prasti tidak sedang bersandiwara. Reynal meminta Prasti berbicara.

Tapi Prasti terus menangis, air matanya mengalir perlahan. Dia menunduk sambil terisak. Tampak sekali kalau yang akan disampaikan itu sebuah masalah yang sangat berat. Reynal kembali mempersilahkan Prasti untuk bicara.

Prasti masih terisak saat mulai berbicara. Dia bermohon untuk diselamatkan dari ancaman seseorang. Prasti mengaku bahwa nyawanya sedang terancam. Bila Reynal tidak bersedia menyelamatkannya maka beberapa hari ke depan dia akan mati.

Tangisan Prasti kian mendayu. Mukanya memerah dan basah. Sebab semalam dia diteror dan akan dibunuh seseorang. Reynal tidak menanya siapa yang meneror Prasti karena Reynal sudah bisa menebak orangnya. Tapi yang ditanya Reynal apa yang diinginkan tukang teror itu.

Dalam berurai air mata Prasti terus berbicara dan mengabarkan bahwa orang itu ingin anak yang dilahirkan diserahkan padanya. Sementara Prasti tak punya uang untuk menebus dan tidak pula tahu dimana keberadaan anak itu. Prasti menurunkan kepalanya ke lantai dan terus terisak, tampak pungungnya bergerak-gerak menahan isakan tangis.

Reynal terdiam. Dalam diam Reynal berbisik dalam hati. Memberikan anak pada Prasti sama saja menyerahkan tiga nyawa sekaligus. Anak mati, Prasti mati, dia akan mati.

Prasti terus terisak tangisannya kian menghiba

“Baaang, Abang mungkin belum tahu siapa aku sesungguhnya.... sebab masih banyak yang kututupi tentang diriku sama Abang.... Karena kita baru kenal..Bang. Tak mungkin aku menceritakan semuanya tentang aku pada orang yang baru kenal.... Suatu hari aku akan ceritakan semuanya sama Abang. Hidupku miris Bang..... Aku kotor Bang.......Tapi tolong selamatkan aku Bang.... Aku masih ingin hidup Bang.....”. Tangisan Prasti kian tak terkendali.

“Saat ini.., hanya abang orang terdekatku.., aku memang punya banyak teman... tapitak kan ada satupun yang akan bantu aku Bang. Jujur Bang, dosaku telah banyak. Sekali lagi aku masih ingin hidup, Baaang”. Prasti mulai parau.

“Aku yakin abang orang baik. Ngga ada lelaki yang nolak diajak tidur bersama... hanya abang satu satunya yang kutemui..... Laki-laki rakus semua.... Hanya abang yang iklas membantu”

“Bang, kalau abang memang iklas membantuku, tolong bantu aku mengambil anakku kembali Bang” Prasti meraih bahu Reynal dan menggerak-gerakannya untuk bermohon.

Reynal masih diam.

Dalam hatinya ia berpikir. Bahwa, mengembalikan anak bukanlah cara membantunya untuk bisa tetap hidup. Tapi justru memberi jalan pada Brully agar dia terbunuh. Tapi Prasti tetap memohon agar anak itu bisa diserahkan pada peneror. Prasti terseduh sedan sambil menggoyang goyang bahu Reynal.

“Oke, beginilah. Sementara aku berusaha mengembalikan anak, kamu aku carikan tempat yang aman. Aku jamin kamu aman. Teleponmu aku ganti dengan yang baru agar kamu tak bisa dihubungi”

“Tak berani aku Baaaang, aku tak berani sebelum anak itu diserahkan padanya....Pasti aku akan dibunuh Bang”

“Aman, aku bilang aman”

“Jangan baaang, jangan. Tolong izinkan aku tetap bersama Abang sampai anak itu kembali, Bang” Prasti kian kuat menggoyang bahu Reynal

“Tak mungkin Pras, kita tak mungkin bersama. Pokoknya tempat itu aman, aman Pras, aaammaaan”

“Ngga bang. Bawa aku kemana abang pergi”

“Sekarang coba diam, berhenti dulu menangis. Coba diam, duduk dengan tenang. Sekarang aku tanya, orang yang menoror kamu, Brully, kan?”

“Ahhhhh...Iiii ya, Abang kok tahu”

Prasti heran mengapa Reynal tahu bahwa yang meneror adalah lelaki bernama Brully. Dia tak habis pikir mengapa Reynal mengenalnya

“Makanya tenang saja. Kamu akan tetap aman dimanapun kamu tinggal. Justru tidak aman bila bersama saya”

Prasti mendesak ap alasan Reynal yang mengatakan dia tetap aman dimanapun tinggal dan justru terancam bila bersama Reynal.Tapi Reynal terus berkilah sebab dia tidak ingin Prasti mengetahui hal ini. Sebenaranya jelas saja, bila Prasti bersamanya, maka orang-orang Brully akan punya gambaran siapa orang yang sering bersama Prasti.

Sementara, dalam pemikiran Reynal, Prasti itu dalam kondisi aman. Sebab tak mungkin Brully menghabisi Prasti sebelum anak itu bertemu. Itu hanya teror mental agar Prasti berusaha mencari anak yang dilahirkannya itu. Justru, Prasti adalah orang yang akan dihabisi terakhir kali. Ini yang kemarin dibahas Reynal dengan lelaki berambut panjang. Bahwa jangan sampai ada yang tau hubungan Reynal dan Prasti. Namun, dalam pilihan itu.

Seandainya Brully sempat tahu, maka pilihan Reynal hanya satu, Brully harus dihabisi segera. Tapi Reynal merahasiakan semua ini dari Prasti.

Wajah Prasti masih tetap digelayuti rasa takut dan tetap ingin bersama Reynal. Dia ingin berada di mana Reynal berada. Lagi-lagi Reynal menolak keinginan Prasti tanpa memberikan alasan yang jelas.

“Kalau abang menolak, sama artinya abang membiarkan aku mati, Bang!” nada Prasti sedikit tinggi

“Pras!, dengar ya, dengar!!. Justru dengan bersamaku kamu akan mati!!”

“Tidak.bang!. Daripada aku mati sendirian di luar sana, lebih baik aku mati bersama Abang!!.Pokoknya, aku tak mau pergi!!. Ini bukan soal uang Bang, ini soal nyawaku!!” suara Prasti tinggi

“Pras!! Prasti!!!, mengertilah, aku sedang menyelamatkan nyawamu, mengerti!!” Reynal juga dengan nada tinggi.

“Ngga Bang!!, ngga!!, aku harus pergi bersama abang. Kalau abang tak berminat dengan tubuhku ini, setidaknya abang beminat menyelamatkanku. Aku mohooonnn Bang!!!!!!, mohooonn!!!!!”

“Pras!!, Prass!!!, sekali lagi. ini demi keselamatanmu!!!” Nada Reynal kian tinggi

“Tidak Bang!, Tidaaak!!, pokonya tidaaaak!!!!” Justru nada Prasti jauh lebih tinggi.

Keduanya terdiam. Reynal menunduk, Prasti juga tertunduk. Beberapa saat kemudian Reynal menegakan kepala , dia menghela nafas panjang dan perlahan membuangnya. Reynal menyerah, dan terpaksa mengikuti keinginan Prasti. Reynal memutuskan untuk membawa Prasti ke Bandung dan menginap bersamanya. Reynal dan Prasti bergerak menuju Bandung sore ini. Sementara, tanpa Reynal tahu, saat keluar dari hotel tadi, anggota Brully memotret beberapa kali kebersamaan Reynal dengan Prasti.

Kawan,

Akankah Reynal dan Prasti aman-aman saja saat berada dalam satu kamar? Aku tak yakin.

Lalu, apakah sosok Reynal akan diketahui Brully. Bila iya, bagaimana cara Reynal menghabisi Brully terlebih dahulu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!