Wah

Episode 4

Sambil menyeruput minuman, Prasti kembali memerhatikan penampilan Reynal. Prasti bingung karena kemarin penampilan Reynal tidak seperti ini. Sebenarnya sejak menaiki mobil, Prasti sudah berkali-kali memerhatikan Reynal bertanya-tanya dalam hati.

“Aku bingung. Aku kita tadi bukan Abang” kata Prasti.

Reynal berkilah, dia menjawab bahwa dia terburu dan langsung saja dari kantor menemui Prasti. Dalam heran, Prasti kemudian bertanya pekerjaan Reynal. Dan, dengan santai Reynal menjawab bahwa dia bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Prasti tidak percaya Reynal karyawan asuransi. Soalnya, teman Prasti yang kerja di asuransi gajinya kecil. Dapat nasabah kadang cuma satu dalam tiga bulan. Sementara Reynal lelaki berduit banyak.

Reynal tersenyum, kemudian mengatakan bahwa dia bukan pegawai lapangan yang mencari nasabah, tapi bagian kantornya. Prasti tetap kurang percaya pada jawaban Reynal itu.

Reynal memutar duduk mengarah perbukitan hijau. Tempat ini begitu tinggi dan leluasa memandang panorama alam. Lalu menanyakan nama panjang Prasti.

“Langguni Prasti Webster”

Reynal penasaran dengan ‘Webster” yang ada di ujung nama Pasti dan langsung bertanya pada Prasti. Ternyata “Webster’ adalah marga bapaknya yang berasal dari Liverpool, Inggris. Reynal kemudian bertanya pula tentang saudara Prasti. Dengan ringan, Prasti mengaku bahwa dia anak tunggal.

“Mamamu sekarang di mana?” tanya Reynal

Prasti mengaku kalau ibunya sudah mati.Reynal terdiam dan berpikir. Yang dipikirkan Reynal bukan pengakuan Prasti soal ibunya yang sudah mati. Tapi informasi tentang Prasti yang galak pada lelaki itu. Reynal sudah tahu bahwa Prasti dipecat dari restoran tempat bekerja karena menyiram pengunjung laki-laki. Mengapa tak terlihat sama sekali kegalakan itu ketika berada di depannya. Prasti malah sangat ramah.

Reynal terus menggali informasi tentang Prasti dengan menanya kampung ibunya. Ibu Prasti orang Indonesia, tepatnya Kalimantan. Tapi, Prasti belum pernah pulang ke sana

Dari wajah Reynal tak melihat ciri-ciri kalau Prasti ada berdarah Indonesia. Sebab postur dan wajah Prasti tak ada unsur Indonesia-nya. Tinggi, rambut pirang, kulit putih dan hidung mancung. Orang memang menyangka Prasti tak ada berdarah Indonesia. Sebab seluruh bagian tubuhnya tampak Eropa.

Reynal lalu menunjuk arah bukit, ada burung elang sedang melayang-layang di udara.. Elang itu terbang Pras terbang rendah.

“Pras, orang kampungku bilang. Tak mungkin elang terbang rendah, kalau tidak ada yang sedang dia intai”

“Ada ayam kali ya Bang, yang dia lihat di bawah” jawab Prasti.

Reynal angguk-angguk, Prasti ternyata tak paham makna pepatah itu.

Memang tak mungkin elang terbang rendah, kalau tidak ada yang sedang dia intai. Reynal sedang menjalankan misinya.

Apakah misi Reynal sesungguhnya?

Naldi sesungguh orang lucu, konyol dan banyak ulah. Disenangi banyak teman. Apapun kekonyolannya, tak ada teman yang marah padanya. Begitulah sosok asli Naldi ini.

Tapi saat ini dia mencoba keluar dari dirinya yang asli dalam menjalankan misi sebagai Reynal.

Sambil memakan menu yang terhidang, Reynal pura-pura bertanya mengapa Prasti tidak masuk kerja.

“Udah brenti” jawab Prasti singkat.

Prasti mengaku dipecat oleh bos tempat dia bekerja karena sudah tiga kali menyiram pengunjung laki-laki dengan air kobokan.

“Wahh, ternyata kamu galak ya”

“Tergantung”

Prasti bercerita bahwa dia tak suka diperhatikan lama-lama oleh laki-laki. Kemudian tak senang bila dikatakan cantik. Menurutnya laki-laki yang memperhatikannya lama-lama berarti yang diperhatikan lelaki adalah fisiknya. Dia tak suka kalau orang menjadi suka padanya hanya karena fisik semata.

Prasti juga mengaku bahwa dia sudah bosan dibilang cantik. Sebab sejak kecil, kata itu telah terlalu sering dia dengar. Hampir setiap bertemu dengan orang yang baru dikenal mengatakan bahwa dia cantik.

“Apakah hargaku hanya pada fisik dan paras saja??”

Prasti rindu orang mengatakan “Pras, kamu tu cerdas deh.

Prasti juga rindu, dengan kata-kata ini:“Kamu tuh baik dech Pras”, “Aduuuh Pras kamu lucu dech”. Tapi hinga kini belum ada lelaki yang mengatakan kalimat itu padanya. Hari ke hari yang didengarnya selalu memuji fisik dan wajahnya saja.

Prasti kadang kesal pada dirinya dan pada lelaki. Makanya ketika ada lelaki yang memandang mandangnya lama-lama, dia marah. Sebab, Prasti berkesimpulan bahwa yang diperhatikan lelaki adalah tubuh dan parasku”

Reynal angguk-angguk mengamati setiap kata yang keluar dari mulut Prasti. Tak lama berselang, suara azan berkumandang dan Reynal permisi untuk tunaikan salat asar.

Tanpa menoleh kiri kanan, Reynal menuju kamar kecil yang tersedia di sana untuk beruduk. Setelah menyinsingkan lengan baju sebelum beruduk, Reynal mematikan alat perekam yang tersembunyi di balik ikat pinggangnya. Ya, terbukti; Tak mungkin elang terbang rendah, kalau tak ada yang sedang dia intai.

Solat Asar begitu kusyuk dia tunaikan dan tak lupa berdoa. Sebelum berdiri, Reynal tak lupa untuk kembali menghidupkan rekaman. Kemudian melangkah tenang menuju tempat tadi duduk bersama Prasti. Reynal menemukan Prasti sedang tersenyum senyum mengarah bukit hijau, dia sangat menikmati suasana tempat ini.

“Oh, udah selesai ya solatnya. Abang orang taat rupanya”

“Bukan masalah taat, tapi kita hidup tentu ada pedoman hidup. Itulah agama yang di dalamnya ada ibadah”

Reynal dengan santai bertanya tentang agama yang dianut Prasti dan Prasti terlihat gugup dengan pertanyaan itu. Sebab dalam Kartu Tanda Penduduk, agamanya Islam, tapi sejak kecil belum pernah solat. Lalu Reynal dengan spontan meminta Prasti menunjukan KTP dan dengan senang hati Prasti mengambil KTP dari tasnya.

“Eh, elang tadi mana, Pras? Kok ilang”

Prasti memutar badan ke belakang melihat kembali ke arah lokasi elang tadi terlihat. Dan, Reynal memoto KTP Prasti dengan cepat.

“Oh iya, sepertinya udah berhasil nangkap ayam tuh” kata Reynal.

Prasti kembali membalikkan badan menghadap Reynal dan mengambil KTP.

Prasti terlihat sangat menikmati pemandangan alam yang tersaji di tempat ini. Indah, sejuk dan nyaman. Prasti berharap lain kali Reynal mengajaknya lagi ke tempat ini.

Reynal berpura-pura bertanya tentang suami Prasti. Tapi Prasti langsung meradang dengan pertanyan Reynal. Dia tetap mengaku bahwa dia belum pernah menikah. Dia mengaku sejak kecil belum pernah pacaran dan tak pernah mau disentuh laki-laki.

“Lah, buktinya kamu hamil kemarin, berati pernah disentuh tu, bukan hanya disentuh malah, bahkan sampai dicoblos”

Prasti dengan cepat membantah bahwa dia hamil karena diperkosa saat dia dalam keadaan mabuk. Beberapa lelaki mengajaknya ke sebuah tempat lalu disodorkan minuman keras.

“Berarti tahu dong siapa lelakinya”

Prasti memberi penjelasan bahwa malam itu aku duduk di tongkrongan. Lalu, ketika bangun pagi Prasti menemui pakaiannya sudah berantakkan semua.

"Malu Bang, pas bangun itu pakai celana dalam doang, celana panjang ada di samping, kancing baju kebuka. Malulah Bang pokoknya. Ada banyak darah. Itu yang darah perawan kali ya Bang?”

Reynal tersenyum, dia tak percaya dengan pengakuan Prasti. Menurut Reynal, Prasti sedang bersandiwara. Reynal yakin bahwa Prasti hamil bukan karena diperkosa.

“Trus”

“Sebulan kemudian mual-mual. Bulan-bulan berikut perut membuncit. Gitu aja” .

Reynal terdiam sejenak, semakin Prasti mengatakan sesuatu semakin Reynal tak percaya bahwa Prasti berkata jujur. Lagi-lagi, menurut Reynal Prasti sedang berbohong.

Informasi ini tentu sangat penting Reynal. Kalau soal dia tidak mau dibilang cantik, tak mau ditatap lama-lama, Reynal sudah mendengar sejak tiga tahun lalu. Reynal melamun dan Prasti menegurnya dan Reynal lagi-lagi berkilah bahwa dia sedang memikirkan betapa susahnya memelihara kehamilan dan susahnya mencari biaya hidup.

Tapi Prasti sering dibantu ibu-ibu tempat aku kos. Mereka pula yang bayar kos-nya dan membawa Prasti mengontrol kehamilan.

Waktu telah beranjak sore. Reynal mengajak Prasti pulang.

Tapi dengan cepat Prasti menolak untuk pulang. Dia belum puas berada bersama Reynal. Tapi Reynal terus mengajaknya untuk mengakhiri pertemuan.

“Aku malas pulang Bang. Pingin sama Abang. Aku tidur sama bang aja lah malam ini”

Reynal menolak dengan halus bahwa tidak dibenarkan orang yang idak muhrim tidur bersama. Tapi Prasti tetap membujuk Reynal.

“Belum pernah seumur-umur aku ingin tidur dengan laki-laki. Tapi sama abang aku mau. Aku yakin Abang ngga ngapa-ngapain.Tapi kalau Abang ingin melakukan sesuatu, aku nggak nolak kok”

“Waduh” Reynal kaget

Prasti mengaku bahwa dia selalu menolak ketika diajak tidur oleh laki-laki. Dengan berbagai bujukan para lelaki agar Prasti mau. Dijamin biaya dikasih biaya hidup, dibelikan rumah, dibelikan mobil tapi Prasti tetap menolak. Bhakan dia mengaku semua lelaki yang mengajakanya itu dia marahi dengan kata-kata kasar.

Tapi Reynal tersenyum saja mendengar pengakuan Prasti. Ya, semakin Prasti berbicara, Reynal makin yakin bahwa Prasti sedang bersandiwara.

“Tak usahlah, nanti kamu hamil lagi” tolak Reynal

Prasti menawarkan agar Reynal membeli pengaman di apotik sebelum menginap. Reynal tetap menolak karena tak mau tidur dengan wanita yang bukan istri.

“Gampang aja, jadikan aku istri abang”

Reynal tertawa hingga giginya tampak. Namun Prasti tetap tak mau pulang. Apapun alasan, dia harus tidur bersama Reynal malam ini.

Kawan, apa yang terjadi beberapa jam kemudian? Apakah Reynal tidur bersama Prasti malam ini?

Lelaki Flamboyan, apakah dia berhasil mencari Reynal karena alamatnya sudah diketahui?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!