Prasti Ketakutan

Prasti dan Naldi kini berada di lobi hotel. Mereka memutuskan keluar hotel lebih cepat dari jadwal. Tak bisa dipastikan apakah mereka mandi keramas atau tidak pagi tadi. Sehingga kita tidak mendapat gambaran apa yang terjadi setelah kamera dilarikan keluar ruangan. Apakah terjadi adu pinalti atau tidak, kita tak tahu. Atau pinalti ada, tapi tak pernah gol.

Rasanya tak mungkin campur keringat tidak terjadi semalam. Sebab, sangat mustahil ketika sepasang anak manusia sudah berada dalam satu kamar, lalu tidak melakukan pergulatan raga. Apalagi, saat saat terakhir, ketika Reynal memutuskan membuka mata karena telah lelah menahan mata terpejam terlalu lama, Prasti dilihatnya tidak lagi menggunakan baju. Hanya tersisa penutup dada saja.

Siapa saja lelakinya, tidak akan bisa munafik untuk tidak tergoda dan terbuai dalam situasi yang penuh dengan sensasi dan membuai syahwat ini. Pilihan satu-satunya adalah terjun ke medan laga. Melepaskan seluruh peluru tebaik pada sasaran tembak.

Hanya satu yang memungkinkan perpaduan tubuh tidak terjadi di atas kasur empuk itu. Yakni, bila salah satu dari mereka tak sanggup melakukan aktivitas adu syahwat karena ada gangguan di alat vitalnya. Entahlah. Tapi, nanti juga akan ketahuan apa yang semalam terjadi.

Di Jakarta

Big Bos Brully menghirup kopi tanda kemenangan pagi ini. Bukti wajah lelaki yang bersama Prasti di depan hotel, yang diyakini bernama Reynal, telah di dapat. Map merah yang diserahkan Cimpin Flamboyan Cs berisi bukti otentik wajah itu, kini sudah di depannya. Cimpin Cs, sudah tak berada di sini.

Mereka sudah mendapat reward besar atas kerja luar biasa ini. Mereka telah pesta pora di luar sana. Untuk melangsungkan hayalan mereka masing-masing.

Tak lama, setelah ini, Brully akan melakukan pengejaran besar-besaran. Sebenarnya kemarin, Brully ingin langsung menurunkan pasukan untuk menangkap. Tapi pengalaman terdahulu, Cimpin Cs selalu salah orang. Dan, Brully kemarin juga agak khawatir, jangan-jangan informasi yang diterimanya tidak benar. Tak ingin gegabah, sehingga untuk tahap awal yang paling penting adalah mendapatkan dulu wajah orangnya.

Lalu,

Mengapa Brully bisa tahu kalau Prasti ada di hotel dan akan dijemput seseorang? Disinilah peran Prasti. Tapi, jangan terburu menyalahkan Prasti, semua ini dia lakukan karena nyawanya terancam. Brully adalah orang yang paling ditakuti Prasti di jagat bumi. Kalau bukan karena takut, maka dari awal Prasti pasti sudah meminta pertanggungjawaban anak yang dia kandung padanya.

Tapi Brully orang kejam. Sekali lagi, Bagi Prasti, Brully orang yang paling ditakuti di jagat bumi. Jangankan untuk kembali bertemu orangnya, mendengar namanya saja nyali Prasti langsung kempes.

Ketika Prasti dinyatakan hamil sebulan setelah pulang dari ujung pulau Sulawesi, Brully telah mengeluarkan ultimatum padan Prasti:

“Jangan sekali-kali kamu menyebut siapa bapak dari anak yang dikandung ini, kalau masih ingin hidup”

Ini ultimatum pedas yang keluar dari mulut Brully yang memutus segala urat berani Prasti.

Semenjak ultimatum itu keluar, tak ada jalan lain, selain Prasti harus berjuang sendiri mengurus kehamilan itu. Walau tanpa Prasti tahu, Brully sering mengirimkan belanja untuknya melalui sandiwara para anggota.

Kemarin, tanpa diduga Brully menghubungi Prasti. Padahal Prasti sudah merelakan Brully untuk tidak bertanggungjawab terhadap benih yang ia tanam di perut Prasti. Begitu tahu yang menelpon adalah Brully, seketika itu juga Prasti menggigil ketakutan. Dihubungi Brully, Prasti serasa dihubungi malaikat maut. Begitulah gambaran ketakutan Prasti pada Brully.

Permintaan Brully sederhana

“Prasti, tolong tunjukkan siapa orang yang mendampingmu saat melahirkan”

Prasti gugup setengah pingsan, badannya serasa dialiri arus listrik tegangan tinggi, gemetar hebat.

“Iiiya Om. Na.. na..manya Reynal” jawab Prasti penuh kegamangan.

“Kalau namanya saya sudah tahu, tapi siapa orangnya!!. Beritahu segera, bila kamu tidak ingin mati hari ini ”

“Ke..kee.. kebetulan dia mau jemput aku jam 12” Inilah jawaban yang diberikan Prasti kemarin.

Prasti dalam posisi setengah hidup setelah diteror Brully. Dilain pihak, Prasti merasa bersalah besar pada Reynal karena telah menyebut namanya. Sehingga perasaan Prasti tak nyaman menunggu Reynal datang.

Itulah sebabnya Prasti bersembunyi di sudut lobi hotel dan langsung berlari begitu Reynal datang menjemput. Kemudian dengan tergesa meminta Reynal untuk segera pergi, agar Reynal tak dihabisi Brully. Prasti tidak jahat pada Reynal, tapi tak ada cara lain untuk mengamankan nyawanya selain menyebut nama Reynal.

Di Bandung,

Sekarang Prasti dan Reynal masih di lobi hotel. Wajah Prasti tidak terlalu cerah, mukanya terlihat sembab. Reynal mengetahui ada sesuatu yang tengah dipikirkan Prasti, tapi dia tak tidak mau menanyakan langsung pada Prasti. Reynal hanya menunggu bila Prasti ingin bertanya sesuatu padanya.

Tak beberapa lama lagi mereka akan berangkat meninggalkan hotel. Sebelum naik mobil Reynal berkata sesuatu.

“Oke, Pras. Sekarang kamu saya belikan tiket untuk ke Padang”

“Ngapain saya ke Padang, Bang? Prasti kaget

Teynal menjelaskan bahwa di Padang adalah tempat yang aman dari ancaman. Prasti masih ragu tapi mau mengikuti saran Reynal. Sebab Prasti bingung di Sumatera Barat itu dia tinggal bersama siapa

Ternyata Reynal sudah menyiapkan orang untuk mengurus Prasti di sana. Bahkan seluruh biaya hidup selama di sana juga sudah dianggarkan.

Ketika Reynal hendak berdiri untuk menuju mobil ke parkiran, Prasti menahan Reynal.

“Tunggu, Bang”

“Ada Apa, Pras”

Prasti tak menjawab, lalu beberapa saat kemudian dia menunduk, terlhat mukanya sembab, Prasti menangis terisak-isak.

“Jangan sedih, di Padang itu. Nanti kamu akan dibawa ke di sebuah kabupaten di sana. Disitu aman”

“Bukan masalah ke Padang, Bang?

‘Trus???”

“Aku telah salah, Bang??” Prasti makin menangis

“Apapun kesalahan Allah itu maha pengampun, Pras, mulailah bertobat”

“Bukan itu, Bang!!”

“Lalu apa??”

“Aku, telah membocorkan nama Abang pada Om Brully”

“Oh, soal nama tak perlu ragu, pada siapapun boleh kamu bilang”

“Tapi bukan sekedar nama, Bang!!”

“Maksudmu??”

“Kemarin ada yang memoto kita saat keluar hotel di Jakarta. Setelah Om Brully mengancam akan membu-nuhku bila tidak memberitahu siapa orang yang mendampingi aku melahirkan. Itulah sebabnya aku meminta agar kita segera pergi” Prasti menunduk penuh penyesalan

“Tapi Bang, ini bukan karena aku jahat, bukan karena aku ingin Abang mati. Tapi aku takut dibu-nuh, Bang. Maafkan aku, Bang” Prasti sujud di depan Reynal.

Pemandangan ini sempat jadi perhatian beberapa orang yang lewat di lobi.

‘Ya, sudah, tak apa-apa. Yang penting kamu siang ini menuju Padang”

“Tapi Bang, Abang tak marah kan? Prasui masih menangis.

“Ngga”

***

Di Jakarta, Brully tengah berbahagia. Bersama lima staf khususnya, bukan dengan Cimpin Sok Flamboyan Cs, tapi dengan tenaga yang lebih terampil. Mereka minum bersama di ruangan khusus. Maksud Brully mengumpulkan mereka adalah merancang cara jitu menangkap tersangka. Kemudian dengan strategi khusus memaksa tersangka mengaku dan menunjukan dimana anak disembunyikan.

Mereka juga membicarakan bagaimana cara aman menghabisi anak. Juga, bagaimana dan dimana Reynal, Prasti dan ibu yang memelihara anak, dihabisi.

Tentu bukan mudah melakukan ini agar berjalan lancar. Butuh perhitungan dan stategi jitu untuk menghilangkan jejak. Sebab Brully paham, bila akasi ini diketahui polisi maka dia terancam hukuman mati karena telah melakukan pembu-nuhan berencana pada empat nyawa

Di Bandung, Reynal dan Prasti sduag berada dalam mobil. Bagaimana cara mengamankan Prasti di Sumatera Barat sudah matang. Tapi belum memikirkan dirinya agar terhindar dari ancaman Brully. Padahal, fotonya sudah di meja Brully. Reynal terkesan santai saja soal foto itu.

“Oke, Pras. Kita menuju Bandara Cenkareng, kita harus sampai jam 4, pesawatmu kebetulan jam 5”

Prasti kembali memohon agar Reynal tak marah padanya.. Sebab Prasti masih ragu apakah Reynal telah memaafkannya.

Mereka meninggalkan Bandung menuju Bandara Cengkareng di Tangerang. Penampilan Reynal berubah lagi. Sekarang pakai baju kemeja, berdasi dan berkaca mata. Prasti, dalam mobil tidak begitu ceria, sebab Prasti masih penuh rasa sesal dan masih digelayuti rasa takut. Ancaman Brully masih kuat di pikirannya.

Mata Prasti tiap sebentar mengarah kaca spion, takut ada anggota Brully atau Brully yang sedang mengikuti. Dia selalu curiga pada mobil yang ada di depan dan belakang.

Nafasnya sesak ketika ada mobil yang mendahului mobil Reynal. Serasa mobil itu akan mencegat mereka berdua. Sementara Reynal terlihat tenang.

“Bang, itu di belakang ada mobil yang dari tadi membuntuti kita” Kata Prasti cemas saat memerhatikan kaca spion.

Reynal mencoba menaikan kecepatan, mobil itupun mempercepat lajunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!