Pesta berlangsung ramai. Sebuah pesta hajat pada umumnya di kampung. Selain di ramaikan oleh para tamu undangan yang mulai berbondong-bondong berdatangan, pesta itu juga di ramaikan oleh sebuah organ tunggal plus biduannya yang bernyanyi dan berjoget di atas panggung.
Pandangan Rubi naik turun seiring dengan pergerakan mengulang-ulang duduk berdiri yang dilakukan oleh Rexa di atas kursi pelaminan.
"Apa pantat mu bisulan?"
Ledekan Rubi sontak membuat Rexa menatapnya kesal." Enak aja," sangkalnya ketus.
"Kirain bisulan."
"Pantat ku pegal dan kesemutan dari pagi duduk terus."
Keluhan Rexa hanya di 'oh' in saja oleh Rubi. Namun dalam hatinya, dia menertawakannya.
Selang beberapa menit, Rexa kembali melakukan pergerakan yang sama, yaitu duduk berdiri duduk berdiri berulang kali, dan sesekali meregangkan ototnya ke kanan dan ke kiri.
"Apa kamu nggak bisa duduk diam?"
Rubi mulai kesal. Masalahnya, tingkah laku suami kontraknya itu telah menjadi pusat perhatian hampir semua mata. Oleh sebab itu, Rubi protes berharap pria itu berhenti bertingkah memalukan. Akan tetapi, Rexa dengan santai hanya menjawabnya dengan kata 'enggak' membuat Rubi semakin kesal saja pada pria itu.
Saat pria itu hendak berdiri, Rubi mengunci tangannya membuat pria itu tak bisa bergerak berdiri.
"Lepasin tanganku!" Rexa protes.
"Diam," sahut Rubi singkat.
"Tapi pantatku pegal banget."
"Tahan aja. Emang kamu nggak malu apa jadi bahan tontonan orang-orang?"
"Lah, emang dari pagi kita sudah jadi tontonan orang, kenapa harus ma....." Ucapan Rexa terpotong saat Rubi mencubit lengan nya ketika dua orang tamu naik ke pelaminan untuk bersalaman dan menyelipkan amplop di sebuah kotak. Cubitan Rubi yang agak keras itu membuat Rexa memekik ditahan, dan terpaksa dia ikut berdiri untuk menyalami kedua orang itu.
"Wah, sepasangan pengantin yang serasi dan cocok banget. Cantik dan ganteng. Selamat ya! Semoga menjadi keluarga yang samawa," ucap salah satu tamu itu.
"Amin, terima kasih ya!" sahut Rubi dengan senyuman yang dipaksakan. Sedangkan Rexa hanya diam tanpa berekspresi, namun tangannya menyambut salim tangan kedua tamu tersebut.
Setelah tak ada tamu yang naik ke pelaminan, Rubi dan Rexa duduk kembali. Begitu seterusnya hingga tak terasa waktu sudah menjelang sore.
"Berapa lama lagi acaranya? Kenapa lama banget," gerutu Rexa yang sudah mulai kewalahan menerima tamu yang tak kunjung surut-surut.
Rubi tersenyum miring." Bisa malam, bisa sampai pagi."
"What!" Pekik Rexa, tapi beruntung pekikan nya hanya Rubi saja yang mendengarnya. Karena di pesta hajatan itu di dominasi oleh suara musik organ tunggal. Jadi setiap orang yang berbicara pun harus dengan suara keras.
"Masa kamu nggak tau kalau hajat di kampung itu 24 jam?"
"Apa kamu pikir aku ini orang kampung?"
Mendapat pertanyaan itu, kening Rubi mengernyit.
"Emang kamu orang mana?"
"Orang kota lah," jawab Rexa dengan gaya sombongnya yang membuat Rubi memajukan bibir bawahnya.
"Kotakan sawah kalik," timpal Rubi lirih disertai dengan senyuman mengejek. Rubi tak percaya atas pengakuan pria yang kini sedang menatapnya kesal. Bagaimana mau percaya, saat pertama kali bertemu dengan pria itu, penampilan pria itu jauh dari kata orang kota.
Menjelang malam, Rexa meluruskan tubuhnya di atas ranjang tidur Rubi yang kecil dengan posisi tengkurap dan mata memejam setelah acara hajatan usai pukul sembilan malam tadi.
Rubi yang baru masuk ke dalam kamarnya dan melihat suami kontraknya ada diatas ranjang tidurnya geleng-geleng kepala. Masalahnya, pria itu masih mengenakan baju pengantin dan sepatu yang lengkap.
Rubi berjalan ke arah lemari kecil tanpa mengganggu tidur pria itu. Kemudian, dia mengambil handuk dan sprei bersih. Setelah itu, handuk dia letakkan di atas ranjang tidur sedangkan sprei dibawa keluar kamar.
Tok
Tok
"Tung, Tatung!" Rubi mengetuk pintu dan memanggil si pemilik kamar. Setelah berulang kali melakukan hal yang sama, akhirnya pintu itu terbuka.
"Ada apa sih, mba? ganggu aja," protes seorang pria remaja sambil mengucek matanya.
"Kamu tidur di kamar belakang sana!"
"Apa!" pekik pria remaja yang bernama Tatung dengan mata melotot. Bagaimana tak terkejut, nyawanya saja belum terkumpul tiba-tiba sang kakak memintanya untuk tidur di kamar belakang dekat gudang.
"Iya, mulai malam ini kamu tidurnya di kamar sana dan kamar ini akan diisi sama suami mba."
"Nggak, nggak bisa," tolak Tatung menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Mau nurut nggak?" Tegas Rubi menajamkan tatapannya. Salah satu jurus andalannya ketika sang adik tak mau diatur.
"Tapi ini kan kamar ku, mba. Kenapa nggak suruh suami mba aja yang tidur disana? Lagian udah jadi suami istri tidur nya kok pisah."
"Ya sudah kalau kamu nggak mau pindah. Mulai besok mba nggak mau kasih kamu uang jajan lagi."
Tatung mendengus kesal." Ya ya ya. Selalu mengancam," gerutunya sambil berlalu dari hadapan Rubi.
Rubi menghela nafas panjang saat teringat sindiran Tatung tadi.
"Andai pernikahan ini bukan pernikahan kontrak dan dia beneran suami mba, mba nggak akan nyuruh kamu tidur di belakang, Tung. Maafin mba ya!"
Rubi memasuki kamar Tatung. Kamar bernuansa maskulin itu terlihat acak-acakan. Dia segera membereskan nya agar bisa langsung di tempati oleh suami kontraknya itu.
Setelah selesai mengganti sprei dan sarung bantal, Rubi bernafas lega. Kemudian bergegas memasuki dapur untuk merebus air.
Rexa masih tidur dengan pulas nya dan dengan posisi yang belum berubah. Sejujurnya ada rasa tak enak hati, tapi mengingat mereka tak bisa satu kamar, Rubi terpaksa membangunkan pria itu.
Berulang kali Rubi menggoyang kasar tangannya, namun pria itu sama sekali tak merasa terusik.
"Woii banguuunnn!"
Rexa seketika terperanjat dan spontan duduk, lalu culingak culinguk seperti orang linglung saat Rubi meneriaki telinganya.
"Oh, jadi cara membangunkan kamu itu harus dengan cara diteriaki toh!" sindir Rubi.
"Ya ampun. Kenapa kamu ganggu aku tidur! Kamu tau nggak kalau aku itu lelah, capek dan ngantuk."
"Ya, tapi nggak dikamar aku juga kali tidurnya."
"Kalau nggak disini terus aku tidurnya dimana?"
"Kamar sebelah." Menunjuk ke arah tembok. Dan dibalik tembok itu adalah kamar Tatung ( adik bungsu Rubi ) yang akan diisi oleh Rexa.
Rexa mendengus lalu bangkit. Saat Rexa beranjak, Rubi mencegahnya. Rexa kembali berbalik badan.
"Ada apa lagi?" kesalnya.
"Kamu bersihin badan kamu dulu sana. Apa kamu bisa tidur nyenyak dalam keadaan badan lengket dan bau dari pagi belum mandi."
Rexa mengendus kedua ketiaknya. Bau asem itu yang tercium oleh hidungnya. kemudian "Oke".
"Tunggu dulu!" cegah Rubi saat Rexa beranjak. Dia pun kembali berbalik.
"Mau apa lagi sih?"
"Aku sudah menyediakan air hangat di bak. Kamu jangan mandi, cukup bersihin sedikit aja pakai air hangat yang di bak itu, biar nggak terserang penyakit reumatik dini," ucap Rubi menasehati Rexa sambil memberikan handuk dan peralatan mandi baru pada pria itu.
Rexa tak langsung beranjak ke kamar mandi, melainkan hanya diam menatap Rubi. Dia berpikir wanita yang baru tadi malam dikenalnya, dan kini telah menjadi istri kontraknya ternyata baik dan perhatian juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
Rubi baik jg perhatian...
2024-05-31
0
🔴Rhiez~Nyai Hebring🖤²²¹º
ya Allah.. ada juga nama Tatung thor.. kirain temen aq aja yg punya nama gitu🤭aslinya Rizal.. tapi panggilan di keluarga nya ya c Tatung itu 🤣🤣🤣
2024-03-06
2
💥💚 Sany ❤💕
Ternyata perhatian juga ne 😊😊😊. Moga ja dari hal kecil jadi bikin tambah lengket n gak jadi cerai
2024-02-18
2