Deal

"Mau kabur kemana kamu?"

Rubi seketika membeliakkan matanya. Belum sempat kabur pria itu sudah lebih dulu sadarkan diri. Kemudian, dia langsung menghempas kasar tangan pria itu.

"Jangan pegang-pegang bukan muhrim. Lagian siapa juga yang mau kabur," kilahnya, lalu menyilangkan kedua tangannya di atas perutnya dengan wajah merengut dan dengan posisi miring.

Pria itu tersenyum smirk.

"Jelas-jelas mau kabur masih aja ngeles. Apa kamu pikir aku bodoh?"

"Terse....."

"Sebentar, sebentar. Ini ada apa sih sebenarnya? kabur! ngeles! maksudnya, Rub? Apa sebenarnya kalian sudah saling mengenal?"

Yuniar yang sejak tadi hanya diam dan bengong menyaksikan dua orang yang sedang berdebat itu pun tiba-tiba menyela ucapan Rubi.

"Tidak kenal," sahut Rubi dan pria itu serempak membuat yuniar menatap dua orang itu secara bergantian dengan satu alisnya terangkat.

Tring

Suara telpon di atas meja kerja Yuniar seketika mengalihkan perhatian tiga orang itu termasuk si empunya meja tersebut. Yuniar menghela nafas." Tunggu, aku belum selesai bicara sama kalian," ucapnya sembari beranjak mendekati meja kerjanya.

Saat Yuniar sedang mengangkat telpon, pria itu mengubah posisinya. Kini dalam posisi duduk, dia menyoroti tubuh wanita dengan tinggi 170cm dan berkulit sawo matang. Sosok wanita bertenaga super yang sudah menendang miliknya sekaligus menggendongnya yang berbobot 70 kg. Seumur hidupnya baru kali ini dia bertemu dengan sosok wanita yang unik, aneh dan kuatnya mengalahkan tenaga seorang binaragawan.

Tentu pria itu masih mengingat semuanya. Bagaimana wanita itu menendang miliknya, dan bagaimana cara wanita itu membawanya ke klinik. Selain itu, dia juga mendengar semua ucapan, gerutuan dan gumaman wanita itu mulai dari tempat kejadian, di sepanjang jalan sambil mengendap-endap takut terlihat orang, hingga sampai di klinik. Karena sebenarnya dia hanya pura-pura pingsan saja tadi.

Rubi yang menyadari dirinya sedang disoroti oleh pria itu pun langsung melototi nya." Apa liat-liat?"

Pria itu memicingkan matanya dan tersenyum miring." Pede banget. Siapa juga yang liatin kamu. Kayak muka kamu enak dipandang aja. Mending kamu cuci muka dulu sana mataku silau lihatnya."

Tatapan Rubi seketika berubah jengah. Dan kemudian, dia langsung meraba wajahnya. Hal pertama yang dia rasakan saat meraba kulit wajahnya adalah lengket. Rasa lengket terjadi karena bedak tercampur air keringat, maka terjadilah dempul yang terlihat mengkilap seperti kilang minyak apalagi jika tersorot oleh lampu.

Rubi tak menggubris ledekan pria itu melainkan menghentakkan kakinya lalu beranjak pergi.

"Woyyy!!"

Teriakan pria itu membuat Rubi mengurungkan niatnya yang hendak membuka pintu.

"Jangan coba-coba kabur kalau nggak mau ku laporkan sama polisi," ancam pria itu.

Rubi mendengus, lalu berbalik badan." Kamu berani mengancam ku?"

"Kenapa nggak berani melaporkan orang yang sudah bersalah tapi nggak mau tanggung jawab."

"Aku harus tanggung jawab gimana sih! kamu aja keliatan baik-baik aja tuh!"

"Siapa bilang? Lihat nih!" menunjuk pada keningnya yang terdapat benjolan kecil." Dan lihat ini." Menunjuk pada bagian pusakanya yang terbungkus rapih oleh celana panjangnya.

Rubi berdecak." Ya elah benjol gitu doang mana bisa di jadikan bukti, bentar lagi juga benjolnya ilang."

"Tapi ini bisa dijadikan barang bukti yang kuat atas dugaan penganiayaan kamu sama aku." Menunjuk pada bagian pusakanya. Dan tatapan Rubi mengikuti arah telunjuk pria itu.

"Dih, lebay. Emang kenapa dengan anu mu itu? kayak nya baik-baik aja deh."

"Siapa bilang? Apa mau ku perlihatkan sekarang? Biar kamu tau gimana lukanya?" Pria itu memegang kancing celana seakan bersiap membukanya. Melihat hal itu, Rubi segera menggelengkan kepalanya.

"Nggak perlu. Enak banget kamu mau mamerin barang kecil mu itu sama aku."

Pria itu melotot kesal." Issh kamu....."

"Ya udahlah. To the point aja. Kamu mau aku tanggung jawab bagaimana?" Potong Rubi yang sudah mulai lelah dan menyerah.

Pria itu terdiam sambil berpikir. Dan tak lama dia menjawab." Kamu harus merawat aku sampai aku sembuh."

"Apa !!!" pekik Rubi membuat Yuniar menoleh ke arahnya lalu menutup telponnya.

"Kenapa? apa kamu nggak mau?"

"Enggak bisa, nggak bisa." Geleng-geleng kepala sambil tangannya meraba gagang pintu. Dan setelah terbuka lalu kabur.

Rubi mengatur nafasnya yang ngos-ngosan sambil menatap rumahnya yang masih ramai oleh orang-orang setelah kabur dari klinik.

"Ya Allah tolong aku, aku harus bagaimana menghadapi hari pernikahan ku besok? aku juga nggak mau nikah sama si tukang kawin itu?" Batin Rubi mengusap-usap wajahnya yang sudah menjadi kilang minyak.

Ditengah kebingungannya, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul di otaknya begitu saja. Bibir Rubi perlahan tersenyum.

Kini kakinya kembali perpijak di klinik 24 jam. Berharap pria tadi belum pergi dari sana. Saat kakinya bergerak mendekati klinik yang nampak sepi, bak gayung bersambut, pria itu muncul dari balik pintu.

"Kamu kembali?" Tanya pria itu dengan kedua alisnya saling tertaut.

"Ya," sahut Rubi.

Pria itu tersenyum tipis, lalu beranjak seolah tak peduli.

"Hei tunggu!"

Pria itu menghentikan gerak langkahnya dan berbalik badan tanpa menyahut.

"Aku mau merawat mu," ucap Rubi ragu-ragu. Tapi meski ragu, keadaannya lah yang menuntutnya harus melakukan ide itu karena tak memiliki pilihan lain.

Kening pria itu seketika mengkerut.

"Aku mau merawat mu asalkan......."

"Asalkan apa?" Tanya pria itu dengan rasa tak sabar.

"Asalkan kamu menikahi ku,"

"What!" pekik pria itu dengan kedua bola matanya melebar.

"Bukannya kamu ingin aku merawat mu? Aku nggak bisa merawat kamu di rumah ku kalau kita nggak ada ikatan apa-apa. Lagi pula. Aku cuma nawari kamu nikah kontrak aja kok bukan nikah permanent."

"Hah!" pria itu terbengong.

"Mau nggak?"

"Berapa lama?"

"31 hari, ya cuma 31 hari. Setelah itu kita bercerai."

Sejenak pria itu terdiam, kemudian mengiyakan tawaran Rubi. Dia sendiri pun tak punya pilihan lain dengan kondisinya yang kini dalam keadaan yang memprihatinkan. Tak punya tempat tinggal dan tak memiliki uang sepeser pun. Dia pikir lumayan bisa numpang tidur dan makan di rumah mahkluk alien itu selama 31 hari sambil mencari ide.

Rubi memberikan kertas berisi tulisan berikut materai kepada pria itu.

"Apa ini?" tanya pria itu sambil meraih kertasnya.

"Surat perjanjian. Oya, siapa nama kamu?" Tanya Rubi, kemudian duduk disamping pria itu.

"Rexa," jawabnya singkat sambil menatap kertas perjanjian di tangannya.

"R E K S A," eja Rubi.

Rexa melirik ke arah Rubi dengan ekor matanya." R E X A." Rexa membenarkan ejaan namanya.

"Ooo..." bibir Rubi membentuk huruf O.

"Ini tulisannya kok kayak ceker ayam! susah di bacanya," celetuk Rexa menyipitkan matanya menatap kertas berisi tulisan acakan-acakan dan tak beraturan.

Mendengar celetukan bernada mengejek itu membuat Rubi kesal. Namun dia menahan kekesalannya agar pria itu tidak ngambek dan membatalkan misi nya.

"Ya namanya juga tulisan lulusan SMP, " sahut Rubi merendah.

Rexa menoleh ke arah Rubi dan menatapnya diam dengan tanda tanya di benaknya.

"Ya sudah sini biar aku aja yang bacain kalau tulisanku tidak bisa dibaca sama kamu."

Rubi mengambil paksa kertas itu, namun Rexa merebutnya kembali.

"Bukannya kamu nggak bisa baca tulisanku?"

"Aku cuma becanda. Lagian kamu baper banget jadi orang."

Rubi menghela nafas panjang.

Rexa mulai membaca dengan suara agak keras point-point perjanjian yang di tulis oleh Rubi.

"Satu. Dilarang menyentuh dan tidak boleh tidur satu kamar."

Membaca poin pertama membuat Rexa rasanya ingin tertawa terbahak.

"Dih, percaya diri sekali. Siapa juga yang mau menyentuh kamu dan tidur dengan mu. Asal kamu tau aja. kamu itu bukan level nya seorang Rexa William."

"Dua. Dilarang banyak tanya. Kalau banyak tanya kuping di iris."

Membaca point nomer dua membuat Rexa memegang telinganya. Kemudian menoleh ke arah Rubi.

"Apa kamu serius sama poin nomer dua yang sadis ini?"

"Ya," sahut Rubi singkat dan tanpa melihat pada Rexa.

Rexa seketika bergidik.

"Well." Kemudian Rexa melanjutkan membaca deretan point-point sampai yang terakhir.

"Setelah 31 hari wajib mengucapkan kata talak."

Setelah selesai Rexa terdiam.

"Bagaimana? Apa kamu setuju?" Tanya Rubi.

"Oke setuju."

Setelah surat perjanjian di atas materai itu disetujui oleh Rexa. Kedua orang itu membubuhkan tanda tangan di kertas tersebut.

"Deal, 31 kita bercerai!" Ucap Rubi yang di anggukan oleh Rexa sambil berjabat tangan.

Terpopuler

Comments

EkaYulianti

EkaYulianti

pria cungkring kok 70kg? tinggi bgt ya? berarti jangkung?

2024-06-13

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

perjanjian yg aneh Rub😁

2024-05-30

0

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

konyol bin kocak banget. 🤣🤣🤣
pertemuan yang sangat membagongkan ini.
perjanjian model apa coba itu... palingan ntar kagak jadi ceraiii.. lanjutt bucin akut.. saling jatuh cinta 🤭🤭😎

2024-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 Melabrak
2 Pria tak dikenal
3 Deal
4 Pernikahan
5 Pernikahan 2
6 Pinjam baju
7 Marso menagih uang
8 Amplop kondangan
9 Pemandangan tak biasa
10 Telur
11 Bukan perokok
12 Tangisan Safa
13 Nasi goreng
14 Kembali kerja
15 Mengerjai Sundari
16 Nasi bungkus
17 Sate
18 Marsono dikeroyok
19 Rexa sakit
20 Cekcok
21 Servis istri
22 Bubur ayam
23 Kehilangan uang
24 Daun singkong
25 Pohon kelapa
26 Meminjam uang
27 Dokter Yanto
28 50 Ribu
29 Idol
30 Bertemu dokter Yanto
31 Nasi Padang
32 Menghakimi Danang
33 Diantar Rexa
34 PT GARMINDO
35 Menjemput Rubi
36 Menunggu Rubi
37 Salah paham
38 Kebocoran
39 Berbagi ranjang
40 Mokondo
41 Nyogok satpam
42 Terperosok
43 Kecemasan Rubi
44 Cemburu
45 Rexa merajuk
46 Iron Man
47 Diganggu Mak Eros
48 Melayat
49 Telat
50 Kesurupan
51 Gajian
52 Bayar Hutang
53 Ke pasar
54 Pengakuan Rexa
55 Dua hari lagi
56 Tatung kecelakaan
57 Berpisah
58 Kepergian Rexa
59 Mengunjungi makam
60 Abraham down
61 Mengejar Rexa
62 Rexa pingsan
63 Kehangatan keluarga ustad
64 Jalan-jalan ke kota
65 Norak
66 Segepok Uang
67 Dua kali kecewa
68 Mencari ponsel
69 Marsono mengancam
70 Skorsing
71 Melawan begal
72 Puskesmas
73 Dilema
74 Ijin Tatung
75 Pamit
76 Copet
77 Agak norak
78 Rumah Abraham
79 Rumah Abraham 2
80 Bertemu Marni
81 Jus untuk Axel
82 Tuduhan Axel
83 Ramuan buatan Iyem
84 Abraham kembali sehat
85 Axel mabuk
86 Album foto
87 Shock
88 Cerita Iyem
89 Shafira
90 Shafira 2
91 Mempermalukan Husna
92 Akting
93 Kegelisahan Melinda
94 Abraham ditusuk pisau
95 Rumah sakit
96 Iyem menguping
97 Ponsel Iyem
98 Abraham sadar
99 Melinda terpojok
100 Kekesalan Axel
101 Rubi di culik
102 Mengelabui penculik
103 Melawan penculik
104 Harimau
105 Menemukan Rexa
106 Salah paham
107 Shafira tertembak
108 Melawan penembak
109 Di rumah sakit
110 Rahasia Melinda terungkap
111 Fitnah
112 Coffe shop
113 Dokter Herman koid
114 Iyem disekap
115 Mengelabui satpam
116 Di kamar Abraham
117 Husna memberikan bukti
118 Pesona yang pudar
119 Rexa belum meninggal, Tuan!
120 Membebaskan Rubi
121 Husna menangkap penyusup
122 Mengunjungi PT Garmindo
123 Meringkus pengkhianat
124 Rexa melawan musuh
125 Olokan Rexa
126 Meringkus para antek
127 Menyergap Axel
128 Rusli memperkosa Marni
129 Akting Melinda
130 Gagal Maning
131 Pengakuan Iyem
132 ABG tua
133 Gaji yang terlupakan
134 Pertunjukan live
135 Nasib Melinda
136 Duda hangat
137 Kelakuan Abraham
138 Menyambut Kedatangan Abraham.
139 Pengakuan Rexa
140 Sari memaksa
141 Hukuman Sari
142 Naik bukit
143 Mengacaukan lamaran
144 Mendadak nikah
145 Mendadak nikah 2
146 Mengubah kamar
147 Ibu dan Danang berulah
148 Melawan rentenir
149 Kepulangan Rexa
150 Isi hati Yuniar
151 Memperkenalkan Rexa
152 Mencoba melupakan
153 Bertemu Marso
154 Halo istriku
155 Rubi vs Rani
156 I love you, istriku!
157 curahan hati Rexa Rubi
158 Jadi kamu menantuku, Rubi?
159 Rubi & Rexa
160 Harga diri istri
161 Bergurau
162 Danau
163 Cemburu
164 Cemburu 2
165 Gagal unboxing
166 gagal unboxing 2
167 Di rumah Rubi
168 Satu ranjang
169 Satu ranjang 2
170 Rexa vs Tatung
171 Perkara Tatung
172 Rexa vs Marso
173 Rexa vs Marso 2
174 Pesona Rexa
175 Marso dipecat.
176 Nasib Sundari
177 Kebaikan Rubi
178 Unboxing
179 Antar Tatung
180 Keterkejutan dokter Yanto
181 Sekolah Tatung
182 Gangguan
183 Hukuman Atun & Danang
184 Aba & Husna
185 Ayok kita menikah
186 Nafkah materi
187 Ranking 20
188 Pulang ke kota
189 Rubi hamil
190 Rubi melahirkan ( End )
Episodes

Updated 190 Episodes

1
Melabrak
2
Pria tak dikenal
3
Deal
4
Pernikahan
5
Pernikahan 2
6
Pinjam baju
7
Marso menagih uang
8
Amplop kondangan
9
Pemandangan tak biasa
10
Telur
11
Bukan perokok
12
Tangisan Safa
13
Nasi goreng
14
Kembali kerja
15
Mengerjai Sundari
16
Nasi bungkus
17
Sate
18
Marsono dikeroyok
19
Rexa sakit
20
Cekcok
21
Servis istri
22
Bubur ayam
23
Kehilangan uang
24
Daun singkong
25
Pohon kelapa
26
Meminjam uang
27
Dokter Yanto
28
50 Ribu
29
Idol
30
Bertemu dokter Yanto
31
Nasi Padang
32
Menghakimi Danang
33
Diantar Rexa
34
PT GARMINDO
35
Menjemput Rubi
36
Menunggu Rubi
37
Salah paham
38
Kebocoran
39
Berbagi ranjang
40
Mokondo
41
Nyogok satpam
42
Terperosok
43
Kecemasan Rubi
44
Cemburu
45
Rexa merajuk
46
Iron Man
47
Diganggu Mak Eros
48
Melayat
49
Telat
50
Kesurupan
51
Gajian
52
Bayar Hutang
53
Ke pasar
54
Pengakuan Rexa
55
Dua hari lagi
56
Tatung kecelakaan
57
Berpisah
58
Kepergian Rexa
59
Mengunjungi makam
60
Abraham down
61
Mengejar Rexa
62
Rexa pingsan
63
Kehangatan keluarga ustad
64
Jalan-jalan ke kota
65
Norak
66
Segepok Uang
67
Dua kali kecewa
68
Mencari ponsel
69
Marsono mengancam
70
Skorsing
71
Melawan begal
72
Puskesmas
73
Dilema
74
Ijin Tatung
75
Pamit
76
Copet
77
Agak norak
78
Rumah Abraham
79
Rumah Abraham 2
80
Bertemu Marni
81
Jus untuk Axel
82
Tuduhan Axel
83
Ramuan buatan Iyem
84
Abraham kembali sehat
85
Axel mabuk
86
Album foto
87
Shock
88
Cerita Iyem
89
Shafira
90
Shafira 2
91
Mempermalukan Husna
92
Akting
93
Kegelisahan Melinda
94
Abraham ditusuk pisau
95
Rumah sakit
96
Iyem menguping
97
Ponsel Iyem
98
Abraham sadar
99
Melinda terpojok
100
Kekesalan Axel
101
Rubi di culik
102
Mengelabui penculik
103
Melawan penculik
104
Harimau
105
Menemukan Rexa
106
Salah paham
107
Shafira tertembak
108
Melawan penembak
109
Di rumah sakit
110
Rahasia Melinda terungkap
111
Fitnah
112
Coffe shop
113
Dokter Herman koid
114
Iyem disekap
115
Mengelabui satpam
116
Di kamar Abraham
117
Husna memberikan bukti
118
Pesona yang pudar
119
Rexa belum meninggal, Tuan!
120
Membebaskan Rubi
121
Husna menangkap penyusup
122
Mengunjungi PT Garmindo
123
Meringkus pengkhianat
124
Rexa melawan musuh
125
Olokan Rexa
126
Meringkus para antek
127
Menyergap Axel
128
Rusli memperkosa Marni
129
Akting Melinda
130
Gagal Maning
131
Pengakuan Iyem
132
ABG tua
133
Gaji yang terlupakan
134
Pertunjukan live
135
Nasib Melinda
136
Duda hangat
137
Kelakuan Abraham
138
Menyambut Kedatangan Abraham.
139
Pengakuan Rexa
140
Sari memaksa
141
Hukuman Sari
142
Naik bukit
143
Mengacaukan lamaran
144
Mendadak nikah
145
Mendadak nikah 2
146
Mengubah kamar
147
Ibu dan Danang berulah
148
Melawan rentenir
149
Kepulangan Rexa
150
Isi hati Yuniar
151
Memperkenalkan Rexa
152
Mencoba melupakan
153
Bertemu Marso
154
Halo istriku
155
Rubi vs Rani
156
I love you, istriku!
157
curahan hati Rexa Rubi
158
Jadi kamu menantuku, Rubi?
159
Rubi & Rexa
160
Harga diri istri
161
Bergurau
162
Danau
163
Cemburu
164
Cemburu 2
165
Gagal unboxing
166
gagal unboxing 2
167
Di rumah Rubi
168
Satu ranjang
169
Satu ranjang 2
170
Rexa vs Tatung
171
Perkara Tatung
172
Rexa vs Marso
173
Rexa vs Marso 2
174
Pesona Rexa
175
Marso dipecat.
176
Nasib Sundari
177
Kebaikan Rubi
178
Unboxing
179
Antar Tatung
180
Keterkejutan dokter Yanto
181
Sekolah Tatung
182
Gangguan
183
Hukuman Atun & Danang
184
Aba & Husna
185
Ayok kita menikah
186
Nafkah materi
187
Ranking 20
188
Pulang ke kota
189
Rubi hamil
190
Rubi melahirkan ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!