Rexa berdiri menyandarkan punggungnya di tiang pintu dapur dengan kedua tangan menyilang di atas dadanya. Pandangannya menyoroti gerak gerik Rubi yang hendak menata sate di atas meja makan. Selain gerak-geriknya, penampilan Rubi mengenakan seragam dan tas kain yang di himpit satu ketiaknya itu pun tak luput dari sorotan mata pria itu.
"Ehem, kenapa kamu nggak membersihkan badan mu dulu?"
Suara Rexa mengejutkan Rubi. Dia sekilas menoleh lalu pergi mengambil piring tanpa menyahuti usulan pria itu.
"Kamu kerja dimana? Kenapa pulangnya malam banget."
"Pabrik," jawab Rubi sambil mengeruk nasi di penanak nasi.
Seakan belum puas atas jawaban Rubi yang terkesan irit itu membuat Rexa kembali melayangkan pertanyaan." Pabrik apa?"
Namun pertanyaan yang ketiga kalinya ini hanya direspon oleh helaan nafas panjangnya saja. Kemudian meletakkan piring yang sudah berisi nasi di samping piring berisi beberapa tusuk sate.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku, Rub," kata Rexa seakan masih penasaran karena istrinya itu kerja sampai malam. Rexa pikir perusahaan apa yang memperkerjakan karyawannya dari pagi hingga malam.
Rubi kembali menghela nafas panjang, kemudian menoleh ke arahnya dan berkata," apa kamu lupa sama poin nomer dua?"
"Kamu akan mengiris kuping ku kalau aku banyak tanya," jawab Rexa dengan lancar. Tentu saja dia masih ingat salah satu poin perjanjian yang telah dibuat oleh Rubi dan harus dipatuhi olehnya.
"Nah, kalau gitu sekarang kamu makan. Jangan banyak tanya kalau ngga mau ku iris kuping mu."
Bukan maksud Rubi enggan menanggapi setiap pertanyaan yang pria itu lontarkan padanya. Hanya saja, saat ini dia terlalu lelah untuk menanggapinya. Dia hanya ingin suaminya itu cepat makan agar dia bisa segera mengistirahatkan tubuh lelahnya.
Rexa tak langsung duduk. Tatapannya terpaku pada lima belas tusuk sate yang disediakan untuknya oleh Rubi.
"Tadi siang dia cuma kasih aku makan nasi sama kuah. Malam ini dia kasih aku makan dengan sate sebanyak ini. Aneh."
"Kenapa diam aja? Apa kamu ngga suka sama sate ayam?"
Pertanyaan Rubi menyadarkan Rexa dari kediamannya. Dan dia langsung menyangkal." Suka-suka. Aku suka banget sama sate kok." Menarik kursi plastik lalu mendudukinya.
"Kamu ngga makan?" Tanya Rexa saat dia menyadari istrinya itu hanya duduk diam sambil sesekali menguap dan matanya merem melek menahan rasa kantuk.
"Aku udah makan tadi," jawab Rubi lalu kembali menguap panjang namun ditutupi oleh tangan. Tadi saat lembur kerja, dia mendapat jatah makan malam gratis. Dan saat ini dia hanya ingin menemani Rexa makan hingga selesai. Ya meskipun hanya sebatas pernikahan kontrak, Rubi tetap akan menghormati Rexa sebagai suaminya. Jadi selama Rexa masih menjadi suaminya, selama itu pula Rubi akan tetap berbakti dan melayaninya.
Rexa hanya meresponnya dengan mulut membentuk huruf O.
"Kalau kamu ngantuk, kamu tidur aja ngga perlu menungguku."
"Jangan banyak omong. Kamu fokus makan aja. Habiskan semua satenya."
"Jangan di abisin semua dong, mba. Aku juga mau satenya." Danang tiba-tiba nongol dan langsung mendekati meja makan.
Plak
Rubi menggeplak tangan Danang saat tangan adiknya itu dengan santainya hendak menyomot satu tusuk sate milik Rexa.
"Ngga sopan banget kamu mau ngambil makanan orang," omel Rubi menajamkan sorot matanya menatap Danang. Mata yang tadinya tinggal lima watt kini dayanya bertambah sepuluh watt karena kelakuan Danang yang membuatnya jengkel.
"Aku juga pengen sate, mba. Masa cuma mas Marso aja yang makan sate." Danang memelas.
"Kalau kamu mau makan sate ya beli sendiri. Bukannya kamu punya uang?"
Membicarakan tentang uang dan takut sang kakak menanyakan uang tadi pagi plus masalah nasi bungkus, muka Danang seketika berubah takut. Yang menjadi faktor utama ketakutannya adalah kakak iparnya itu mengadu atas nasi bungkus yang dia terima.
"Ya, ya udah deh satenya buat mas Marso aja. Aku udah kenyang." Kemudian segera pergi dengan langkah lebar.
Baru beberapa menit yang lalu Danang keluar, kini giliran Tatung yang datang. Dia menghentikan langkahnya di ambang pintu dapur, lalu hidungnya mengendus-endus seperti kucing sedang mengendus makanan.
"Wangi sate," lirihnya lalu matanya mengedar mencari asal wangi sate yang di endusnya. Alangkah terkejutnya saat sorot matanya mengarah ke arah meja makan mendapati sang kakak sedang menatap nyalang ke arahnya.
"M-mba Rubi..!" ucap Tatung dengan gugup.
Melihat kelakuan sang adik yang baru pulang bermain hingga malam hari membuat Rubi jengkel. Memang sudah menjadi kebiasaan adiknya itu sering pulang malam setelah berjam-jam menghabiskan waktunya bermain game di warnet. Apalagi jika Rubi lembur kerja, Tatung seolah merdeka karena tak ada yang melarangnya.
"Mulai besok jatah jajan kamu mba kurangin 50%," kata Rubi pelan namun menekan. Andai tak ada Rexa, mungkin adiknya itu sudah habis di maki-maki. Hanya karena menghargai suaminya itu, Rubi terpaksa menahan kekesalannya terhadap Tatung.
Tatung geleng-geleng kepala." Ngga mau, mba. Masa uang jajanku yang cuma 20 ribu itu di potong jadi 10 ribu. 10 ribu dapat apa mba?"
"Dapat cilok 20 biji. Itu udah bikin perut mu kenyang, Tung. Udah sana tidur ngga usah protes."
Tatung menghentakkan kakinya, kemudian pergi ke kamarnya dengan perasaan kesal dan muka merengut.
Rexa mengulum senyumnya." Adik-adik mu nurut juga ya sama kamu."
"Bukan nurut tapi terpaksa nurut," sahut Rubi.
Kening Rexa mengkerut." Terpaksa nurut! Maksudnya?"
"Iya. Mereka akan nurut kalau diancam atau di iming-iming uang dulu."
Rexa manggut-manggut mengerti dan tak lagi bicara.
Pagi hari.
Rubi sudah rapih dengan seragam kerjanya. Dan seperti hari kemarin, dia masuk ke kamar Rexa untuk meletakkan makanan sebagai sarapan nya setelah pria itu bangun nanti. Namun saat dia hendak keluar tanpa di duga, Rexa menahan tangannya. Sontak saja Rubi terkejutnya bukan main.
"Kamu mau ngapain menyelinap masuk ke kamar ku?" Tanya Rexa masih memegang tangan Rubi.
"Aku cuma mau meletakkan sarapan mu disana." Menunjuk ke arah meja belajar dengan dagunya." Aku harus berangkat kerja sekarang. Maaf kalau aku lancang karena aku pikir kamu belum bangun."
Mendengar penuturan Rubi membuat Rexa terdiam dan perlahan meregangkan pegangan tangannya.
"Aku berangkat kerja dulu." Rubi beranjak tanpa menunggu respon dari Rexa.
Setelah sekian menit terdiam, Rexa tergesa-gesa menyusul Rubi ke teras depan. Namun sayang, motor Danang yang memboncengi Rubi sudah melaju jauh.
"Cepat sekali!" gumam Rexa.
Seperti biasa, Rubi di antar Danang sampai di perapatan jalan. Kemudian, dia memberikan uang sebagai ongkos ojek dan membeli nasi bungkus untuk makan Rexa.
"Lho, mba. Uangnya kok ngurangin!" protes Danang saat menerima uang yang hanya berjumlah tiga puluh ribu."
"Ngurangin gimana, Nang. Kemarin itu mba ngasihnya kelebihan. Kalau sekarang pas. 10 ribu ongkos ojek, dan 20 ribu tolong kamu belikan nasi isi ayam buat suami mba. Pas kan!"
Mulut Danang menganga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
EkaYulianti
apa kerjaan ibunya rubi sih? anak gak diurusin. kasihan rubi, kerjain pekerjaan rumah, kerja cari uang, ngurusin adik²nya yg soak.
2024-06-13
0
Uthie
hahaha.. kocak 😂
2024-03-10
1
💥💚 Sany ❤💕
Kapan ya hubungan Ruby n Rexa ada kemajuan?
2024-02-27
1