Bab 8. Jangan usir aku, Ma

Daisy berjalan menuju kamarnya dengan langkah lebar dan cepat.

BRAK!

Pintu ditutup dengan keras dan kasar hingga menimbulkan benturan keras. Dua pelayan yang kebetulan berada tak jauh dari sana sampai terkejut bukan kepalang.

"Dan terjadi lagi ... seharusnya Nona Daisy introspeksi diri. Dia itu sangat kasar, arogant dan menyebalkan, pantas saja Nyonya Airin lebih menyayangi Tuan Xander, karena sikap Tuan Xander lebih lembut dari wanita itu. Ah, rasanya aku ingin meremas mulutnya karena Nona Daisy terus membuat keributan di rumah ini, dan lebih parahnya, Nona Daisy selalu melawan orang tua hanya karena kebenciannya pada Tuan Xander. Dasar Nona Daisy tidak tahu diuntung!" Seorang pelayan berkomentar mengenai sikap Daisy kepada rekannya, tentu saja mereka saat ini bisik-bisik karena takut suara mereka terdengar sampai ke telinga Daisy.

"Sudah, jangan banyak komentar! Kita kerja saja yang benar. Tutup telingamu ketika mereka sedang bertengkar, anggap saja tidak terjadi apa-apa," sahut teman pelayan itu sambil berjalan mendahului.

"Iya, tapi aku gregetan!" kesalnya sambil berjalan mengikuti temannya menuruni anak tangga.

*

*

"Mama baik-baik saja?" tanya Xander seraya menuntun ibunya ke ruang keluarga.

"Iya, Mama baik-baik saja, hanya saja sedikit pusing," jawab Airin seraya memijat pelipis ketika sudah duduk di sofa.

"Tekanan darah Mama pasti naik lagi." Xander sangat mencemaskan ibunya. Kemudian memerintahkan kepada salah satu pelayan untuk mengambilkan obat ibunya di kamar. "Mama istirahat di sini sambil nonton televisi." Xander duduk di atas karpet tepat di dekat kaki Mama Airin yang duduk di sofa. Pria itu menyalakan televisi yang memperlihatkan acara komedi. Mungkin dengan melihat acara komedi bisa membantu ibunya rileks dan tenang.

Bibir Airin mulai tersenyum ketika melihat acara komedi yang cukup menghibur. Dia mengalihkan pandangan ketika Xander memijat kedua kakinya secara bergantian. "Kamu nggak capek? Seharian kamu ngurusin Mama?" tanya Airin membelai rambut tebal milik putranya dengan penuh kasih sayang.

"Nggak, Ma," jawab Xander tersenyum seraya mendongak menatap ibunya.

Kedua mata Airin berkaca-kaca teringat kejadian 15 tahun yang lalu di mana anak laki-laki ini baru masuk ke dalam rumah ini, sehari sebelum suaminya meninggal dunia karena serangan jantung.

"Nyonya, aku mohon jangan usir saya, saya mohon Nyonya." Xander yang lugu memohon dengan raut mengiba dan berderai air mata. Xander kala itu sangat ketakutan jika diusir dari rumah itu. Apalagi saat itu dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa di di dunia ini.

"Saya bisa mencuci, saya bisa masak, mengepel, dan menyapu. Apa pun akan saya lakukan, asalkan saya dapat tempat tinggal dan makan." Xander terus memohon pada Airin yang pada saat itu sedang duduk di sofa ruang keluarga.

Melihat pancaran ketulusan dan kepolosan dari kedua mata jernih Xander, akhirnya Airin luluh.

"Kamu bisa memijat?" tanya Airin pada Xander kecil. Meski pada waktu itu Xander sudah berusia 20 tahun namun Airin menganggap Xander anak kecil.

"Bisa, Nyonya." Xander mengangguk penuh semangat.

"Kalau begitu pijat kakiku." Pinta Airin pada Xander yang saat itu duduk di atas karpet tepat di dekat kakinya.

Dengan penuh semangat, Xander memijat kedua kaki Mama Airin dengan penuh hati-hati dan lembut.

Airin tersenyum ketika melihat semangat Xander. Dan mulai sejak saat itulah kedekatan Airin dan Xander terjalin.

Xander selalu menyayangi Airin seperti ibunya sendiri, begitu pula dengan Airin menyayangi Xander seperti anak kandung.

"Ma, Mama kenapa bengong?" Suara Xander menyadarkan Airin dari kenangan masa lalunya.

Airin tersenyum seraya menatap menatap Xander. "Mama nggak bengong hanya saja sedang mengingat masa lalu," jawab Airin.

"Jangan mengenang sesuatu yang buruk yang berakhir membuat Mama menangis seperti ini." Xander mengusap air mata ibunya dengan lembut, "ayo minum obatnya." Kemudian memberikan obat dan segelas air putih pada ibunya.

"Terima kasih," ucap Airin setelah meminum obatnya.

Xander memberikan gelas yang sudah kosong itu kepada pelayan yang berdiri menunggu di sana.

"Mama harap kamu selalu memberikan kebahagiaan kepada, Mama. Jadi kapan kamu memberikan jawaban tentang perjodohan itu?" tanya Airin serius pada putranya.

"Apa Mama bahagia kalau aku menikah dengan gadis itu?" tanya Xander memastikan.

"Tentu, Mama akan sangat bahagia, Xander. Apalagi dia adalah gadis baik-baik, lembut, dan sangat riang," jawab Airin.

Xander membuang nafasnya dengan kasar, "kalau sudah begini aku bisa apa? Yang penting Mama bahagia," jawab Xander tersenyum tipis.

"Jadi?"

"Aku menerima perjodohan itu, Ma. Demi kebahagiaan Mama," jawab Xander tersenyum simpul. Dia akan melakukan apa saja demi kebahagiaan ibunya. Walau harus bertaruh nyawa sekalipun.

Mama Airin adalah segala-galanya untuk Xander. Dia sudah tidak mempunyai siapa pun lagi di dunia ini.

"Terima kasih, Nak. Besok Mama akan mengatur pertemuan kalian," ucap Airin bukan main senang, karena sebentar lagi anaknya akan menikah dengan wanita pilihannya.

Terpopuler

Comments

🥰

🥰

ahhh mewek aku baca part ini😭

2024-04-18

2

Ernadina 86

Ernadina 86

20th?? udah gede pake banget dong harusnya udah bisa kerja

2024-03-21

2

🐊⃝⃟ 🍒ᴾᴿᴱᴰᴬᵀᴼᴿᥴꪖꪀ𝓽𝓲𝘬ꪖꪶꫝ

🐊⃝⃟ 🍒ᴾᴿᴱᴰᴬᵀᴼᴿᥴꪖꪀ𝓽𝓲𝘬ꪖꪶꫝ

Xander begitu tulus menyayangi Airin

2024-03-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!