Bab 5. Gadis Pilihan Mama

Dengan terpaksa, Devan segera memutar balik aram mobil tersebut, kembali menuju Jakarta. Dan membatalkan kunjungan mereka di Pabrik Bandung.

"Tenang, Pak. Aku akan mengusahakan cepat sampai Jakarta." Mulanya Devan sangat kesal pada Xander, tapi ketika melihat raut wajah Xander sangat cemas dan tidak tenang, ia pun menjadi iba. Xander memang killer di lingkungan kerja, tapi dia sangat hangat jika di rumah, apalagi kalau sama ibunya--Nyonya Airin.

"Iya, terima kasih," jawab Xander di sela kecemasannya.

Mobil Range Rover itu melesat--kembali ke Jakarta. Beruntung Devan mempunyai stamina kuat jadi dia bisa menginjak gas Jakarta-Bandung PP tanpa istirahat. Tepat jam 4 sore, mobil berwatna hitam mengkilat itu memasuki area rumah mewah yang terletak di kawasan Jakarta Selatan.

Xander buru-buru keluar dari mobil. Padahal mobil tersebut belum terparkir sempurna.

'Untung dia punya langkah kaki panjang, jika tidak dia akan terjatuh, dan aku lagi yang akan disalahkan.'

Devan geleng-geleng kepala melihat kelakuan bossnya sambil memarkir mobil di halaman rumah yang cukup luas itu.

"Tuan." Bibi Isna kepala pelayan di rumah tersebut menyambut kedatangan Xander sembari menundukkan kepala, sebagai tanda hormat.

"Mama di kamar?" Xander bertanya tanpa menghentikan langkahnya menuju tangga. Gurat kecemasan dan khawatir begitu ketara di wajahnya, tidak lupa nafas ngos-ngosan karena habis berlari dari halaman rumah.

"Iya, Tuan. Tadi dokter sudah memeriksa beliau," jelas Bibi Isna.

"Apa kata dokter?"

"Kata dokter, tekanan darah Nyonya kembali naik," jelas Bibi Isna, mengekori Xander dari belakang.

"Lagi? Apakah dia habis bertengkar dengan Daisy?" tanya Xander mengeraskan rahangnya, kesal karena  biasanya ibunya langsung nge-drop kalau habis bertengkar dengan kakaknya.

"Sepertinya iya, Tuan," jawab Bibi Isna tidak meyakinkan. "Soalnya tadi Nyonya habis dari luar, pulang-pulang sudah nyeri kepala hebat," lanjut Bibi menjelaskan.

Xander membuang nafas kasar, sudah bisa di tebak, pasti ibunya menemui Daisy di Hotel.

Langkah kaki Xander terhenti di depan pintu kayu bercat putih. Dia segera mendorong pintu tersebut setelah mengetuk pintu beberapa kali. Sementara Bibi Isna menunggu diluar kamar.

"Ma." Suara lembut Xander menyapa indra pendengaran Airin yang tengah berbaring lemah di atas ranjang. Wanita setengah baya itu buru-buru membuka mata yang terpejam. Bibirnya mengulas senyum ketika melihat putranya sudah duduk di tepian tempat tidur dengan raut wajah cemas memandanginya.

"Kok udah pulang? Tadi katanya mau ke Bandung?" tanya Airin dengan raut heran.

"Mama ini prioritasku. Tadi Bi Isna mengabariku kalau Mama jatuh sakit, jadi aku buru-buru kembali ke Jakarta," jawab Xander memandang ibunya dengan perasaan tidak menentu. Hatinya saat sedih ketika melihat wanita yang sangat disayanginya ini jatuh sakit.

"Ck! Isna ini ember sekali mulutnya! Seharusnya kamu nggak usah buru-buru pulang. Mama baik-baik saja kok. Hanya tekanan darahku naik sedikit," jawab Airin menenangkan putranya, sekaligus merasa sangat beruntung mempunyai seorang putra yang begitu tulus menyayanginya. Meski Xander tidak terlahir dari rahimnya, tapi dia sangat menyayangi anaknya ini sepenuh hati.

"Mau naik sedikit atau banyak, tetap saja Mama tidak bisa menyepelekannya." Xander berkata sambil meraih salah satu tangan ibunya tapi sebelumnya dia menyemprot tangan Airin dengan sanitizer, barulah setelah itu  menggenggam erat dan lembut kemudian memijat tangan ibunya. "Mama habis bertengkar lagi dengan Kak Daisy?" tanya Xander hati-hati.

"Iya, biasa. Mama kadang nggak ngerti sama sikap kakakmu," jawab Airin sendu.

"Aku nggak mau lihat Mama sakit kayak gini. Aku sayang banget sama  Mama, karena cuma Mama yang aku miliki di dunia ini. Jadi, aku mohon sama Mama, jangan bertengkar lagi sama Kak Daisy," ucap Xander dengan nada memohon, dan berkaca-kaca matanya.

"Kakakmu keterlaluan, Xander. Dia selalu..."

"Maka dari itu abaikan saja, Ma. Biarkan dia membenciku, biarkan dia mencaciku, aku tidak ingin kalau hubungan Mama dan Kak Daisy kembali merenggang hanya karena membelaku, dan aku juga tidak mau Mama sakit seperti ini lagi." Xander memotong ucapan ibunya. Dia merasa bersalah, karena hadir di dalam keluarga tersebut, terlebih lagi dia lahir dari wanita simpanan ayahnya, yang membuat Daisy sampai saat ini sangat membencinya.

"Xander, kamu sangat persis seperti ibumu, Nak. Kamu anak baik, lembut, dan penyayang. Terima kasih sudah menyayangi Mama setulus hati," ucap Airin dengan pandangan berkaca-kaca.

"Aku yang seharusnya berterima kasih sama Mama karena sudah merawatku, membesarkanku, dan mendidikku sampai jadi anak yang cerdas dan dewasa seperti ini," ucap Xander seraya mengusap cairan bening yang meleleh dari ujung mata. "Kadang aku bingung ingin membalas kebaikan Mama dengan cara apa," lanjut Xander terkekeh.

Airin mengerjabkan kedua mata, merasa moment ini adalah pas untuk mengatakan perlihal perjodohan itu.

"Aku hanya ingin melihatmu menikah dengan gadis pilihan Mama. Itu sudah cukup membuat Mama bahagia Xander," jawab  Airin pada putranya.

"Ma!"

"Mama serius, Xander! Jika kamu ingin melihat Mama bahagia menikah dengan gadis itu. Gadis pilihan Mama."

Terpopuler

Comments

🥰

🥰

nah loh, ditodong jg kan akhir'y😅

2024-04-18

1

Ernadina 86

Ernadina 86

sabar y Van

2024-03-21

0

Mom's Ziean

Mom's Ziean

maaf ya thor kenapa nama tokohnya hrs sama,ya meskipun tdk semuanya tp tetep z sama tokoh utama pria dan wanitanya🙏🏻🙏🏻

2024-03-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!