Bab 18

Jeje menyemprot kedua tangannya menggunakan sanitizer yang tersedia di dalam ruangan tersebut. Setelah dirasa tangannya sudah steril, dia membantu Xander bangun dari lantai.

Akan tetapi pria itu menolaknya mentah-mentah.

"Aku bisa sendiri!" tolak Xander dengan nada tegas seraya melengos lalu berusaha berdiri dari lantai dengan susah payah. Kedua lututnya terasa sakit begitu juga dengan keningnya karena membentur lantai yang dingin dan keras itu.

Xander berjalan jinjit menuju kamar mandi. Melihat hal tersebut Jeje menggelengkan kepalanya berulang kali, namun sangat  prihatin dengan kondisi Xander.

Selesai dari kamar mandi, Xander kembali merebahkan diri di tempat tidurnya, langsung memejamkan mata, tanpa mempedulikan Jeje.

Malam semakin larut. Jeje menguap lebar, dia masih setia duduk di samping tempat tidur Xander sambil menatap pria tersebut yang sudah  lelap.

Dia sangat tampan jika sedang tidur seperti ini. Wajahnya bule, persis seperti mendiang Tuan Thompsom.

Jeje menganggumi ketampanan Xander dalam diam.

Aku jadi semakin penasaran kenapa dia bisa mengidap mysophobia.

Jeje bergumam di dalam hati. Yang Jeje tahu salah satu penyebab mysophobia adalah faktor genetik. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan seseorang mengidap mysophobia adalah kejadian di masa lalu. Dalam hal ini, penderita mysophobia biasanya memiliki trauma di masa lalu.

Karena sudah ngantuk berat, Jeje beranjak dari duduknya menuju sofa leter L yang tersedia di ruangan tersebut. Jeje merebahkan diri di sana dengan posisi miring menghadap ke arah Xander yang terbaring di tempat tidur.

Kelopak mata Xander yang terpejam bergerak gelisah, alisnya mengerut. Keringat dingin mulai membasahi keningnya, seolah sedang mimpi buruk.

BYUR!

"Kau hanyalah sampah! Ingat itu, mau sebersih apa pun dirimu, kau tetap bau busuk karena kau berasal dari sampah yang sangat menjijikkan!" teriak Daisy setelah menyiramkan air got dan sampah ke tubuh Xander yang malang.

"Aku bukan sampah." Xander menatap Daisy dengan berlinang air mata, dia menggosok kedua tangannya secara bergantian.  Seluruh badannya basah, bau sampah bercampur air got. Di tambah banyak binatang kecil seperti belatung namun berwarna hitam merayap lincah di tubuhnya. Dia benar-benar ketakutan, dia segera berlari memasuki rumah, menuju kamar mandi lalu membersihkan dirinya.

Daisy tersenyum puas melihat Xander ketakutan.

Xander sudah membersihkan diri, dia keluar dari kamar mandi dengan keadaan sangat kacau.

"Aku bukan sampah!" teriak Xander histeris sambil menangis meraung-raung.

"Xander ... Xander ..." panggil Airin histeris.

"Xander ..."

Kedua mata Xander langsung terbuka lebar, nafasnya tersengal seperti habis lari maraton, dan keringat sebesar biji jagung membasahi kening dan seluruh tubuhnya. Kenangan masa lalu yang sangat pahit menjadi mimpi buruknya yang selalu menghantui tidurnya. Dan akibat perbuatan Daisy di masa lalu membuat Xander trauma sampai saat ini, dan menyebabkan dirinya menderita mysophobia.

"Pak Xander, kamu baik-baik saja?"

Pandangan Xander segera teralihkan, menatap Jeje yang berdiri di dekatnya, menatapnya dengan cemas.

"Kamu mimpi buruk?" tanya Jeje seraya menyerahkan segelas air. "Tenang, ini sudah steril," ucap Jeje ketika Xander hanya menatap gelas itu tanpa minat.

Xander menerima segelas air itu lalu meminumnya sampai tandas, "makasih," ucap Xander menyerahkan gelas kosong ke Jeje.

"Apa kamu mimpi buruk?" tanya Jeje lagi karena  Xander belum menjawab pertanyaannya.

Xander menatap Jeje lalu menganggukkan lemah.

Jeje tersenyum tipis, seraya meletakkan gelas kosong ke atas nakas. Tadi saat  baru memejamkan mata, dia mendengar Xander berteriak histeris, sontak saja Jeje langsung bangun dan mendekati Xander, dan berusaha membangunkan pria tersebut.

"Aku bukan sampah!" suara teriakan Xander masih terngiang-ngiang di kepala Jeje. Membuat Jeje semakin yakin kalau Xander pernah mengalami kejadian buruk.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***