Bab 3

Mobil Range Rover berwarna hitam melesat membelah jalanan Ibu Kota menuju Bandung tepat jam 10 pagi. Perjalanan terasa membosankan bagi Xander, apalagi sejak tadi dia mendengar Devan terus bernyanyi dengan suara fals-nya dengan penuh percaya diri sambil menyetir mobil.

Oh-oh-oh-oh-oh

You're gonna hear me roar

Roar, roar, roar, roar, roar

Lagu Katty Perry--Roar yang dinyanyikan Devan saat ini. Bahkan pria itu bernyanyi sambil menganggukkan kepala dan menggerakkan salah satu tangannya seperti kucing yang akan mencakar mangsa. Tingkah Devan membuat Xander semakin jengkel.

"Apakah kamu tidak bisa diam!" tegur Xander sambil menendang jok yang di duduki Devan dari belakang.

DUG!

Devan sontak saja terkejut dan langsung kicep, kembali fokus menyetir mobil. Jika boss-nya sudah bersuara berarti sudah muak padanya.

"Maaf, Pak," jawab Devan, kemudian berdehem pelan karena tenggorokannya terasa serak.

"Suaramu memang bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu diam!" sindir Xander dengan nada pedas, seraya kembali fokus pada ponselnya. "Mengganggu saja!" dumel Xander yang sedang asyik bermain candy crush.

"Maaf." Devan kembali berkata sambil melirik Xander dari kaca spion tengah.

'Seharusnya kalau cowok sejati mainnya mobile legend, COC atau permainan seru lainnya, tapi ... ini kenapa agak lain ya? Mainnya candy crush, bukankan itu permainan sayuran yang sering dimainkan keponakanku?'

''Devan! Fokus menyetir mobil!" seru Xander tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, tapi dia mempunyai insting kuat saat diperhatikan Devan dari kaca spion tengah.

'Astaga! Hampir saja jantungku copot dari tempatnya. Kenapa suaranya begitu menyeramkan. Dan anehnya aku begitu betah berkerja dengannya selama 10 tahun ini. Sungguh ajaib memang.'

Devan kembali fokus menyetir mobil, dan bernyanyi di dalam hati saja. Biar aman.

*

*

Airin terseyum ketika seorang gadis cantik meletakkan semangkuk mie nyemek di atas meja. Saat ini dia berada di sebuah kedai kecil, tepatnya di pinggiran Kota Jakarta. Dia sering makan di sana, karena pemilik kedai itu adalah temannya sendiri.

"Silahkan dinikmati hidangannya, Nyonya," ucap gadis ramah, dan tersenyum lembut.

Gadis itu mempunyai senyuman yang begitu memikat dan tulus. Wajah cantiknya selalu berseri-seri dan ceria. Membuat siapa saja langsung terpesona hanya dengan sekali melihatnya.

"Terima kasih. Bisakah kamu duduk menemaniku?" pinta Airin pada gadis tersebut.

Gadis itu tersenyum canggung seraya menyelipkan anak rambut yang terurai ke belakang telinga, "iya, apakah tidak apa-apa?" tanyanya dengan penuh keraguan duduk di hadapan wanita setengah baya namun masih tampak cantik dan anggun.

"Tentu tidak," jawab Airin.

"Aku sudah membicarakan mengenai hal ini kepada ibumu, aku harap kamu menyetujuinya," ucap Airin memulai obrolan.

"Ah, membicarakan mengenai apa?" Gadis itu menatap Airin lalu beralih melirik ibunya yang duduk dibalik meja kasir sambil menganggukkan kepala berulang kali seolah menyuruhnya untuk setuju saja dengan segala ucapan yang dilontarkan Airin.

"Aku berniat menjodohkanmu dengan putraku," jawab Airin. "Untuk pertimbangannya kamu bisa melihat foto putraku terlebih dahulu," lanjut Airin seraya mengambil selembar foto dari tasnya dan memberikan ke gadis tersebut.

Gadis itu terkesiap karena sangat terkejut mendengar jawaban Nyonya Airin yang ingin menjodohkan dirinya. Dengan penuh keraguan, dia menerima foto tersebut, menatap pada foto pria tampan dan gagah memakai setelan tuxedo dengan raut wajah dingin dan datar.

"Putraku sudah berusia 35 tahun. Memangsih usianya lebih tua darimu 10 tahun. Tapi dia baik, bijaksana, dan bertanggung jawab," jelas Airin tersenyum anggun seraya menggeser mangkuknya dan mengambil sendok serta garpu, mulai memakan makanan khas Yogyakarta itu dengan nikmat.

Gadis tersebut meletakkan foto itu di atas meja, "maaf, Nyonya, saya perlu memikirkannya matang-matang," ucapnya, sebenarnya menolak perjodohan tersebut dengan cara halus. Tidak mungkin dirinya menikah dengan pria yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya.

"Aku harap kamu tidak menolaknya, Jenita." Airin menatap gadis itu penuh harap.

"Iya, sebenarnya aku ..."

"Tenang saja ... Tenang saja Airin! Putriku pasti menerima perjodohan ini!" ucap Ningrum sambil berjalan menghampiri putrinya. "Dia hanya malu-malu saja, aku yakin Jeje menerima perjodohan ini. Iya, 'kan, Je?" Ningrum menatap putrinya dengan pandangan memohon.

Jeje belum menjawab ucapan ibunya tapi sudah keduluan Airin.

"Syukurlah. Aku senang sekali mendengarnya. Kalau begitu aku akan segera mengurus pernikahan mereka." Airin berkata dengan penuh semangat dan bahagia. Dia sebentar lagi akan mempunyai mantu dan cucu. Betapa senangnya hatinya ini.

"Ibu." Jeje langsung lemas mendengar ucapan Airin. Dia ingin bersuara namun ibunya melarangnya untuk tetap diam.

Terpopuler

Comments

🥰

🥰

eh mama Airin gercep nih🤭

2024-04-18

1

🏅ᶝᶡи̃υŘυĹ α̃яנŲиα̃

🏅ᶝᶡи̃υŘυĹ α̃яנŲиα̃

boss bsr main gmes.. wau 😂😂😂

2024-03-25

1

Puan Maharani

Puan Maharani

lah game nya sama kayak suamiku

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!