Bab 16. Galau

Sejak tiba diruangannya, Khalisa tidak bisa konsentrasi seperti biasanya. Ada rasa yang membuatnya tidak nyaman. Ada rasa yang mengganggu hati dan pikirannya. Pernyataan cinta Narendra yang mengganggu kinerja Khalisa. Khalisa galau dibuatnya.

"No." gumam Khalisa sambil menggelengkan kepalanya.

"Pasti maksud mas Rendra bukan itu." ucap Khalisa lagi mencoba menepis dugaan bahwa ucapan cinta Narendra hanya ucapan cinta seorang kakak pada adiknya. Bukan ucapan cinta seorang pria pada wanita.

"Tapi...." Khalisa memegang bibirnya. Lagi-lagi dia menepis bahwa itu hanya sebuah kesalahan.

"Ada apa?" tanya Rio mengejutkan Khalisa.

"Enggak ada apa-apa kok Bang." jawab Khalisa sambil kembali berusaha fokus pada pekerjaannya.

Usaha Khalisa tidak sia-sia. Dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Sayang konsentrasi Khalisa kembali terpecah begitu satu panggilan masuk dari Rita. Khalisa merasa dejavu. terakhir kali Rita menghubunginya memberi kabar bahwa dia membawa ayah Arsyad ke rumah sakit. Kali ini apa lagi? Itulah yang Khalisa pikirkan.

"Iya Mbak Rita, ada apa? Apa ada masalah dengan resto?" tanya Khalisa.

"Restoran baik-baik saja. Saya hanya mau kasih tahu, ada mbak Vio datang. Dia tidak sendiri tapi dengan seorang pria." ucap Rita memberitahu.

Khalisa menarik napas panjang. Khalisa sangat yakin, pria yang bersama Viola itu Devan. Dan Khalisa tidak ingin tahu tentang mereka. Untuk apa Devan menunggunya di teras, bahkan sampai menginap disana. Tapi kenyataanya dia masih jalan bersama Viola. Hal ini memicu Khalisa untuk segera bicara dengan Devan.

"Bukan masalah kan, Mbak? Kak Vio punya hak untuk datang kapan saja ke resto milik ayah." balas Khalisa, "Termasuk dia mau bawa siapa ke tempat itu." lanjut Khalisa dalam hati.

"Mbak Rita maaf, Ica sedang kerja. Nanti kita bicara lagi." ucap Khalisa yang tidak mau lagi mendengar tentang Viola dan Devan saat ini.

"Tapi Mbak Ica...."

Tut... tut... Khalisa sudah menutup panggilannya terlebih dulu sebelum Rita memberitahu keberadaan Sonia yang terlihat baru memasuki restoran.

Khalisa mengusap wajahnya dengan kasar. Mengapa sulit sekali dia untuk konsentrasi bekerja. Sejak pagi hingga menjelang siang, baru satu pekerjaannya selesai.

"Kamu kenapa Ca? Kalau tidak bisa mengerjakannya biar Abang bantu." ucap Rio lagi.

"Enggak apa-apa Bang. Terima kasih tawaran bantuannya." jawab Khalisa.

Dengan sekuat tenaga, Khalisa berusaha untuk menyelesaikan salah satu pekerjaanya yang dia dapat hari ini. Namun belum juga selesai, dia sudah diajak makan siang oleh Bunga dan Ratih. Baru saja Khalisa akan mengiyakan ajakan dari kedua seniornya. Satu pesan masuk dari Abian.

Abian, 'Ca, Saya di depan kantor kamu. Mau makan siang bareng?'

Khalisa tidak langsung membalas. Tidak mungkin kan dia terlalu menunjukkan bahwa dia sangat senang dengan tawaran Abian

Khalisa, 'Boleh Pak.'

Balas Khalisa setelah menunggu beberapa saat.

"Kak Bunga, Kak Ratih, maaf ada teman Ica ngajak makan siang bareng." ucap Khalisa memberi tahu keduanya.

"Teman apa teman?" goda Ratih karena melihat wajah Khalisa yang sumringah.

"Teman Kak." jawab Khalisa.

Disinilah Khalisa sekarang berada, bersama Abian di sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari Wiranata Group. Suasana cafe yang kekinian cukup membuat Khalisa nyaman dan sedikit melupakan pikiran yang sejak pagi menganggunya.

***

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Suara bariton itu mengejutkan Sonia dan Viola. Mereka tidak mengira, orang yang sangat mereka takuti tiba-tiba ada di tempat ini. Terutama Sonia, dia takut ketahuan pergi dengan laki-laki lain.

"Bukan apa-apa Paman. Kami hanya bicara sebagai saudara." jawab Viola.

"Bukan Sonia yang harusnya kamu ajak bicara, tapi Paman." balas paman Kamal.

"Masih ada yang harus Vio selesaikan sebelum menjelaskan semuanya pada Paman. Tapi berhubung Paman ada disini, Vio akan mengenalkan seseorang pada Paman." ucap Viola sambil melirik Sonia yang tampak ketakutan.

"Siapa? Devan?" balas paman Kamal. Viola terkekeh.

"Untuk apa aku memperkenalkan Devan pada Paman. Kalian pasti sudah sangat mengenal dia." jawab Viola.

"Apa sebenarnya yang ingin kamu buktikan Vio? Mengapa kamu berubah seperti ini? Kamu tidak kasihan pada Ica? Kamu juga tidak kasihan pada ayah kamu? Almarhum harus mempertanggung jawabkan apa yang kamu lakukan Viola. Karena kamu anak perempuan." tanya paman Kamal yang cukup menohok untuk Viola dan Sonia.

"Aku hanya inginkan yang terbaik untuk Khalisa, Paman." jawab Viola.

"Dengan cara merebut tunangan adik kamu?"

"Vio tidak merebut Devan. Tapi Devan yang tidak pantas untuk Khalisa." sahut Viola membela diri.

Paman Kamal menoleh pada Sonia, setelah dia merasa cukup bicara dengan Viola. Kemarin dia sudah mendatangi Viola dan Diana. Hasilnya sama. Viola belum ingin menjelaskan apa-apa

"Apa yang kamu lakukan disini? Kemana kamu semalam? Kenapa tidak pulang?" tanya paman Kamal pada putrinya.

"Sonia menginap bersamaku, Paman." sahut Viola membantu Sonia.

Sonia menatap Viola. Dia akan berterima kasih nanti, atas bantuan Viola. Tapi Sonia tetap harus hati-hati, kakak sepupunya itu licik. Bisa saja, bantuannya saat ini menuntut balasan kedepannya. Viola tidak pernah membantu dengan tulus.

Paman Kamal menatap Sonia. Rasanya dia tidak percaya putrinya itu menginap bersama Viola. Paman Kamal akan lebih percaya jika Sonia beralasan menginap bersama Khalisa dan Narendra.

"Ayo Paman aku ingin mengenalkan seseorang pada Paman." ucap Viola mengalihkan perhatian paman Kamal yang curiga pada Sonia.

"Siapa?" tanya paman Kamal.

"Dia pria yang Vio pilih sebagai pendamping Vio. Paman sekarang wali Vio. Jadi Vio akan kenalkan pria itu pada Paman." ucap Viola menjelaskan.

Viola mengandeng tangan paman Kamal. Sementara Sonia berjalan di belakang keduanya sambil berpikir. Apa yang akan dia lakukan. Sonia tidak ingin rencananya gagal. Tinggal satu langkah lagi. Yaitu bicara dengan Khalisa dan meminta adiknya itu menerima permintaanya tanpa memberi tahu Narendra.

***

Jika sudah berbincang dengan Abian, maka Khalisa bisa lupa waktu. Apa lagi jika yang dibahas adalah topik yang keduanya menguasai. Sayang, Khalisa harus segera kembali ke Wiranata Group.

Sekarang, Khalisa dan Abian dalam perjalanan pulang ke Wiranata Group. Belum juga sampai di tempat tujuan, Abian menepikan kendaraannya. Tadinya Abian ingin bicara saat mereka di cafe. Namun suasana cafe yang cukup ramai, membuat Abian menundanya. Sekaranglah waktu yang tepat menurut Abian untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kenapa berhenti Pak?" tanya Khalisa. Abian menghela napas, Khalisa masih saja memanggilnya dengan panggilan Pak. Susah sekali merubah kebiasaan gadis itu.

"Khalisa, saya menyukai kamu sejak pertama kali kita bertemu. Bisakah, hubungan kita bukan lagi dosen dan murid?" ucap Abian.

Khalisa tersenyum, tanpa suara. Dia belum bisa membalas perasaan Abian saat ini walau Khalisa juga memiliki rasa pada pria itu. Dia harus menyelesaikan hubungannya dengan Devan. Dia juga ingin memastikan perasaan Narendra. Agar Khalisa bisa menentukan sikap dan membuat keputusan.

"Ca?" panggil Abian lagi. Tanganya terulur ingin meraih jemari Khalisa. Namun gadis itu menariknya dengan cepat.

"Maaf, saya belum bisa jawab sekarang." balas Khalisa.

"Tidak apa-apa kalau kamu belum bisa jawab sekarang." ucap Abian lagi sambil kembali melajukan kendaraannya. Kecewa, tapi Abian harus lebih sabar lagi.

Tiba di depan Wiranata Group, sudah ada Kevin yang diperintahkan Narendra untuk menjaga Khalisa, menunggu gadis itu. Dia memperhatikan gerak gerik Khalisa di dalam mobil Abian.

"Dia siapa?" tanya Abian yang sadar diperhatikan oleh Kevin.

"Dia pak Kevin." jawab Khalisa tanpa ingin menjelaskan, "Terima kasih makan siangnya Pak." ucap Khalisa lagi. Abian mengangguk.

"Saya tunggu traktiran gaji pertama kamu, Ca." balas Abian.

Khalisa terkekeh lalu turun dari mobil Abian. Kevin yang sudah menunggu langsung saja menghampiri gadis cantik itu dan menyapa.

"Ca. Habis makan siang? Sama siapa?" tanya Kevin sambil melirik Abian yang masih memperhatikan Khalisa.

"Eh, Abang Kevin." balas Khalisa, "Dia dosen Ica. Abang jangan kepo gitu." balas Khalisa sambil menegur Kevin yang melirik Abian.

Kevin terkekeh, "Ayo masuk!" ajak Kevin sambil memberikan lengannya untuk di rangkul Khalisa. Kevin memanfaatkan kedekatannya dengan Khalisa untuk membuat Abian cemburu.

"Demi pak bos." batin Kevin.

Namanya Khalisa, dia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain. Dia menyambut baik tawaran Kevin. Lagi pula bukan kali ini saja Kevin memberikan lengannya untuk di rangkul.

Lagi, Abian menghela napas. Kali ini dia membuangnya lebih kasar. Terlalu sulit mendapatkan Khalisa. Banyak pria yang menyukainya. "Siapa pria itu?" pikir Abian.

...◇◇◇...

Terpopuler

Comments

Deli Sary Nadeak

Deli Sary Nadeak

khalisa koq sana sini suka sich??? plin plan banget

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!