Bab 14. Mas Mencintai Kamu

"Mami?" ucap Khalisa begitu melihat wanita paruh baya yang masih sangat cantik.

"Apa kabar sayang?" tanya mami Aulia, ibu dari Narendra. Begitu Khalisa menghampirinya dan meraih punggung tangan wanita yang sangat dihormatinya itu untuk dia cium.

Mami Aulia membalas dengan memeluk Khalisa. Tidak lupa, dia mencium pipi putri kesayangannya. Mami Aulia sudah lebih dulu jatuh cinta dengan sosok Khalisa. Gadis yang santun, lemah lembut dan penuh perhatian. Itulah kesan pertama mami Aulia saat pertama kali bertemu Khalisa.

Saat itu Khalisa masih usia belasan. Dia selalu diajak bibi Amanda setiap ada acara arisan. Disanalah mami Aulia mengenal Khalisa. Banyak dari teman-teman arisan bibi Amanda yang hampir semuanya istri pengusaha itu, meminta Khalisa dijodohkan dengan putra-putra mereka. Termasuk tante Karlina, yang memang sudah lama satu circle dengan bibi Amanda dan mami Aulia.

"Ica rindu Mami, tapi Mami enggak pulang-pulang." ucap Khalisa manja pada mami Aulia yang sudah menganggap dirinya seperti putrinya sendiri.

Mami Aulia terkekeh, "Mami juga rindu dengan putri Mami yang cantik ini. Maafkan Mami ya sayang. Maaf Mami tidak bisa pulang waktu ayah Arsyad tidak ada." balas mami Aulia. Khalisa mengangguk.

"Tidak apa-apa Mami. Tante Tika lebih butuh Mami disana." balas Khalisa sambil mengeratkan pelukannya.

Khalisa tahu posisinya. Biarpun mami Aulia meyayanginya seperti putri sendiri, tapi Khalisa tidak pernah meminta lebih. Mami Aulia punya tanggung jawab merawat dan menjaga adiknya yang sedang sakit di Singapura.

"Bagaimana kabar Mami dan tante Tika?" tanya Khalisa.

"Tante kamu sudah mulai membaik, makanya bisa Mami tinggal. Delon juga sudah tidak terlalu sibuk, jadi dia bisa menggantikan Mami menjaga mamanya." jawab mami Aulia.

"Syukurlah kalau begitu Mam. Ica ikut senang mendengarnya." balas Khalisa.

"Kamu masak apa sayang?" tanya mami Aulia.

"Mau masak nasi goreng kesukaan mas Rendra. Belum matang, soalnya...."

"Soalnya apa?" Narendra yang baru kembali lagi ke dapur yang bertanya.

"Mas Rendra gangguin Ica terus." sahut Khalisa.

"Yang diganggu aja suka." balas Narendra sambil mencubit pipi Khalisa yang menggemaskan saat merajuk.

"Kamu itu ya Mas. Senang betul godain adiknya. Sudah sana mandi!" ucap mami Aulia membela Khalisa.

Narendra terkekeh dan mencuri satu kecupan dipucuk kepala Khalisa. Semetara yang dibela mami Aulia tersenyum senang sambil menjulurkan lidahnya begitu Narendra berlalu ke kamarnya.

"Kalian berdua itu manis banget sih." ujar mami Aulia. Bahkan dia tidak pernah melihat Narenda sedekat dan sebahagia ini saat bersama Sonia.

"Sini biar Mami bantu." ucap mami Aulia.

"Mami duduk saja. Mami pasti capek melakukan perjalanan jauh. Sebentar lagi juga selesai." ucap Khalisa.

Mami Aulia menurut saja apa yang dikatakan putrinya itu. Dia diam sambil memperhatikan bagaimana Khalisa dengan lincahnya mencampur sebuah bahan dan menjadi makanan yang rasanya sudah tidak diragukan lagi.

Kalau boleh jujur, mami Aulia menginginkan Khalisa yang menjadi pendamping Narendra dari pada Sonia. Tapi mami Aulia tidak bisa memaksakan perasaan anak-anaknya.

"Mami pesawat jam berapa? Enggak biasanya subuh begini sampainya." tanya Khalisa. Karena biasanya dia diajak Narendra setiap jemput mami Aulia di bandara. Dan tidak pernah sepagi ini. Bahkan subuh pun belum berkumandang.

"Mami pesawat sore sebenarnya. Sengaja tidak kasih kabar ke kalian, malas terjebak macet. Semalam Mami menginap dulu di hotel dekat bandara. Karena sudah kangen berat sama kalian, Mami buru-buru kesini." jawab mami Aulia.

"Mami tahu dari mana Ica ada disini? Mas Rendra ya?" tanya Khalisa. Mami Aulia mengangguk membenarkan.

"Mami mau sarapan duluan?" tawar Khalisa begitu masakannya sudah siap disantap.

"Kita sholat subuh saja dulu. Itu sudah adzan." jawab mami Aulia, lalu ikut Khalisa ke kamar yang Khalisa tempati.

***

Khalisa dan Narendra berangkat ke Wiranata Group. Sementara mami Aulia, pulang ke kediaman Wiranata diantar sopir. Sebelum berpisah, mami Aulia meminta Khalisa untuk tinggal bersamanya, setelah mendengar penjelasan Narendra, yang membuat Khalisa menginap di apartement pria itu.

Khalisa mengiyakan saja tawaran mami Aulia, tapi dia belum bisa memutuskan. Khalisa akan menemui paman dan bibinya dulu hari ini. Setelahnya dia akan bicara dengan Devan baik-baik. Agar pria itu berhenti mengganggunya. Karena sebagus apapun rumah orang lain. Akan tetap nyaman tinggal dirumah sendiri. Apalagi rumah itu menyimpan banyak kenangan bersama cinta pertamanya.

Tiba di perusahaan Wiratama Group, Narendra menarik Khalisa untuk masuk kedalam lift khusus pimpinan. Mereka tidak turun di pintu depan seperti biasanya. Narendra memarkirkan kendaraan milik Khalisa tepat disamping mobil pria itu.

"Mobil Mas Rendra kok ada disini?" tanya Khalisa begitu melihat mobil milik sang kakak sudah terparkir sempurnan disamping mobil miliknya.

Sementara yang ditanya hanya tersenyum saja. Sambil menarik tangan Khalisa untuk ikut bersamanya masuk ke dalam lift.

"Mas Rendra kok bisa menggunakan lift khusus petinggi Wiranata?" tanya Khalisa lagi. Padahal pertanyaan pertamanya saja tidak jawab.

"Coba pikirkan sendiri jawabanya." jawab Narendra sambil menahan senyum.

Khalisa mengembungkan pipinya sebagai bentuk protes atas jawaban Narendra. Andai saja tidak ada kamera cctv, Narendra sudah pasti akan menge cup pipi Khalisa yang menggemaskan itu, dan melanjutkan yang tadi sempat tertunda di apartement.

Khalisa baru sadar kalau Narendra mengajaknya ke lantai nomor dua paling atas dari gedung ini, begitu dia keluar dari lift. Itu berarti lantai dimana ruangan pimpinan Wiranata Group berada.

"Mas?" panggil Khalisa dan Narendra hanya tersenyum membalas panggilannya. "Menyebalkan." batin Khalisa.

Semua karyawan yang ada dilantai tersebut memberi hormat pada Narendra dan juga Khalisa. Termasuk, ada Delima yang memasang senyum pada Khalisa. Sepertinya wanita akan nenggunakan Khalisa untuk bisa dekat dengan Narendra.

Tiba di depan pintu yang bertuliskan pimpinan Wiranata Group. Sekertaris Narendra sudah siap menunggu untuk menyambut tuannya seperti biasanya.

"Selamat pagi Tuan Wiranata. Selamat pagi Nona Khalisa." ucap Wildan, sekertaris Narendra sopan. Matanya melihat kebawah, tidak berani melihat pada Khalisa. Dia sudah diperingatkan oleh Kevin, asisten pribadi Narendra untuk tidak menatap Khalisa. Padahal sayang sekali, dia melewatkan bisa melihat Khalisa dari jarak sedekat ini.

"Pagi juga Wildan." balas Narendra sambil menarik Khalisa untuk ikut masuk bersamanya.

Narendra mempersilakan Khalisa untuk duduk di sofa. Dia sendiri berjalan lalu duduk di kursi kebesarannya.

"Bacakan jadwal saya hari ini." ucap Narendra pada Wildan.

Sementara Narendra sibuk dengan Wildan, Khalisa sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia baru menyadari bahwa pria yang dia anggap kakaknya. Pria yang selalu ada untuknya. Pria yang selalu memanjakannya adalah seorang pemimpin Wiranata Group, perusahaan tempat dia bekerja.

Baru kali ini Khalisa merasa bodoh. Selama ini dia hanya tahu Narendra memiliki perusahaan sendiri yang diberi nama NR property. Khalisa lupa, kalau tiga tahun yang lalu papi Wira berpulang dan Narendra yang menjalankan semua perusahaan pria tersebut. Perusahaan yang bernama Wiranata Group.

"Ngelamunin apa sayang?" tanya Narendra begitu pria itu duduk disamping Khalisa.

"Bukan melamun. Hanya berpikir, kenapa Ica bisa lupa sesuatu yang penting." jawab Khalisa.

Narendra mengusak rambut atas Khalisa, "Sekarang sudah mengerti mengapa Mas bawa kesini?" Khalisa mengangguk.

"Mau kerja disini atau turun ke ruangan kamu?" tanya Narendra. Jika mengikuti keinginan Narendra, tentu saja dia ingin Khalisa berada didekatnya. Tapi Narendra tidak boleh egois. Akan ada waktu untuknya dan Khalisa bersama dan tak terpisahkan.

"Diruangan Ica saja." jawab Khalisa. Narendra mengangguk.

"Sekarang kamu bisa turun. Ingat nanti sore pulang ke rumah paman dan bibi. Mas berangkat keluar kota siang ini." ucap Narendra.

"Iya Mas. Hati-hati nanti di jalan ya." balas Khalisa.

"Hanya hati-hati aja?" tanya Narendra saat melihat Khalisa akan beranjak dari tempat duduknya.

Narendra mengulurkan tangannya. Tidak perlu diberitahu dua kali, Khalisa menyambut ukuran tangan itu lalu mengecup punggung tangan Narendra.

Narendra tidak akan membuang kesempatan ini begitu saja. Ditariknya Khalisa hingga jatuh kepangkuannya. Diselipkannya tanganya dibelakang kepala Khalisa lalu memanggut dengan lembut daging kenyal yang sudah menjadi candunya.

Narendra yakin, seyakin yakinnya dengan perasaan yang kini dia miliki. Dia mencintai gadis yang kini ada dalam pelukannya.

"Mas mencintai kamu Khalisa Aulia Arsyad. Mas mencintai kamu." bisik Narendra sambil mengeratkan pelukannya.

...◇◇◇...

Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!