Bab 7. Pasangan Yang Serasi

"Ica! Lho jahat banget sih Ca, nusuk gue dari belakang kayak gini. Lo diem-diem jalan sama pak Bian. Lo kan tahu kalau dia laki Gue. Kok Lo tega sih Ca!"

Dasar teman edun dan nggak punya akhlak Reina ini. Bisa-bisanya dia bicara hal yang sensitif seperti ini tanpa melihat situasi dan tempat. Khalisa tahu Reina hanya bercanda, karena seperti itulah kakak tingkatnya itu kalau bicara. Hanya saja ini di lorong studio bioskop.

Suasana yang sebelumnya cukup ramai dengan suara orang berbincang seketika hening mendengar ucapan Reina yang volume suaranya cukup memekakkan telinga orang yang berdiri didekatnya.

Khalisa hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Khalisa yakin semua mata kini menatapnya dengan tatapan yang mengecap dirinya sebagai pelakor. Andai saja dia punya kantong ajaib seperti Doraemon, maka Khalisa akan mengeluarkan pintu kemana saja dari kantong tersebut lalu pergi meninggalkan tatapan orang-orang yang akan menghakiminya akibat salah paham dengan apa yang Reina ucapkan.

"Hemmm." Abian berdehem agar Reina terfokus padanya dan berhenti bicara omong kosong yang mempermalukan Khalisa dan juga dirinya.

"Eh Pak Bian." ucap Reina sambil tersenyum malu-malu pada Abian. Kalau saja Khalisa melihatnya, sudah pasti Reina langsung mendapat cubitan dari Khalisa agar kembali sadar dari dunia halunya yang sering tidak tepat waktu.

"Maaf ya Pak, Rere hanya bercanda. Hehehe." ucap Reina sambil mengangkat dua jarinya membentuk huru V.

"Kalian itu pasangan yang manis banget tahu." ucap Reina lagi tanpa dosa. Tidak tahukah dia kalau ucapannya itu banyak membuat orang salah sangka pada Abian dan Khalisa.

"CA. Muka Lo kok ditutup pake tangan sih. Nggak usah malu lah kepergok sama Gue jalan sama pak Bia. Gue dukung kok. Pak Bian kan emang udah lama suka sama Lo." ucap Reina sambil menarik tangan Khalisa dari wajahnya.

Benar- benar teman yang enggak punya akhlak. Suka sekali seenaknya bicara. Setelah itu dia lupa kalau sudah membuat orang salah faham. Tapi mau bagaimana lagi, Reina satu-satunya teman yang tulus menurut Khalisa. Meski anak seorang pengusaha hebat di negeri ini, Reina tidak malu berteman dengan Khalisa yang dari kalangan orang biasa.

Memang banyak orang yang suka dan berteman dengan Khalisa, tapi mereka ada hanya saat butuh Khalisa. Lebih hanya memanfaatkan kebaikan dan ketulusan seorang Khalisa saja. Berbeda dengan Reina yang bestie sejatinya adalah Khalisa. Karena yang tulus berteman denganya hanya Khalisa.

Mengikuti pergerakan Reina, Khalisa menarik tangannya yang menutupi wajahnya. Yang pertama dia lihat adalah cengiran kuda khas Reina. Sedetik berikutnya Reina memeluk Khalisa.

"Ca, thanks. Lo udah tolongin Gue." ucap Reina.

"Gue nggak nyangka, Lo ternyata cewek bar-bar Re." ucap seorang pria yang sejak tadi melihat kelakuan Reina yang merupakan teman kencannya. Kencan buta yang diatur oleh kedua orang tua mereka, alias dijodohkan.

Khalisa mengurai pelukan Reina, "Jadi karena dia Lo sampe mempermalukan Gue di depan umum kayak gini?" ucap Khalisa sambil menatap punggung seorang pria yang menjauh.

"Keterlaluan ya Lo jadikan gue alat untuk batalkan kencan buta Lho." ucap Khalisa sambil menekan suaranya.

"Ca, sudah waktunya masuk." ucap Abian mengalihkan perhatian Khalisa.

"Iya Pak." jawab Khalisa. Lalu gadis itu menoleh pada Reina, "Re, lo gimana? Jadi nonton?" tanya Khalisa.

"Gue pulang aja deh. Ntar jadi obat nyamuk." jawab Reina.

"Selamat bersenang senang." ucap Reina lagi.

"Pak Bian, semangat! Jangan sampai lepas. Meski aku padamu tapi kalian emang pasangan yang serasi." ucap Reina pada Abian.

Abian yang tadinya kesal dengan kelakuan aneh mahasiswinya itu, berubah jadi senang dengan semangat yang diberikan oleh Reina.

"Ayo Ca!" ajak Abian sambil meraih pergelangan tangan Khalisa dan mengandengnya.

Khalisa sudah tahu perasaannya meski dia belum mengungkapkanya secara langsung. Tapi Reina secara tidak langsung sudah memberi tahu Khalisa yang menurut Abian tidak peka dengan perhatiannya selama ini. Jadi tidak masalahkan dia kali ini mengandeng tangan Khalisa.

Khalisa mengikuti langkah kaki Abian sambil menatap tangannya yang digandeng pria itu. Khalisa tahu Abian perhatian selama ini kepadanya karena pria itu punya perasaan. Sayangnya Abian tidak berani berterus terang seperti Devan yang terus mengungkapkan kata cinta dan serius melamarnya hingga mereka akhirnya bertunangan. Tapi tidak semua ungkapan cinta yang Devan ucapkan, menandakan pria itu benar-benar mencintainya. Nyatanya, pria itu selingkuh dengan kakaknya sendiri.

Sementara orang yang sedang dipikirkan Khalisa, saat ini tengah menunggu kepulangan sang gadis di teras rumah ayah Arsyad. Viola sudah tidak ada dirumah itu. Devan tidak peduli. Dia datang untuk bicara dan meminta maaf pada Khalisa. Devan tidak ingin berpisah dengan Khalisa. Devan akan melakukan apapun yang Khalisa inginkan asalkan gadis itu kembali padanya. Egois sekali.

Devan kembali mengecek ponsel pintar miliknya. Pesan yang dia kirim ke nomor Khalisa masih saja centang dua abu-abu. Berkali-kali dia menghubungi Khalisa, gadis itu tidak juga mengangkat panggilannya. Bagaimana mau tahu ada panggilan masuk kalau suara ponselnya Khalisa atur ke posisi silent.

Kalau saja mamanya tidak menghalanginya untuk mengejar Khalisa, Devan pasti sudah bisa mengajak Khalisa bicara. Tapi kemarahan mamanya membuat Devan kehilangan jejak Khalisa saat ini. Dan gadis itu tidak merespon panggilan dan pesan yang dia kirimkan.

Sorot lampu mobil yang mengarah kepadanya menarik perhatian Devan. Dia kira itu mobil milik Khalisa. Sayangnya Devan harus kecewa, karena mobil yang masuk ke kediaman ayah Arsyad mobil mewah yang Devan cukup kenal siapa pemiliknya.

"Ica belum pulang?" tanya Narendra karena Devan menunggu gadis itu diteras.

Ya, pria yang datang adalah Narendra. Dia mencari Khalisa karena ingin mengajak gadis itu bertemu dengan wedding organizer pilihan Sonia. Selama ini, Khalisa yang membantu Narendra dan Sonia mengurus pernikahannya. Namun akhir-akhir ini Sonia sering keluar kota bahkan keluar negeri, dan calon istrinya itu menyerahkan semua keputusan pada Narendra dan Khalisa. Karena itu, Narendra mencari Khalisa, bukan Sonia.

"Dia kemana?" tanya Narendra lagi setelah Devan menjawab dengan gelengan.

"Aku tidak tahu. Ica tidak menjawab panggilan dariku." jawab Devan.

Narendra menatap penuh tanya pada Devan. Jelas sekali ada masalah antara Khalisa dan Devan. Melihat penampilan Devan yang berantakan, dan Khalisa tidak mau mengangkat telepon pria itu, apa lagi jika tidak sedang ribut. Tapi Khalisa bukan gadis yang suka denga keributan, selama Narendra mengenal gadis itu.

"Assalamualaikum Mas." jawab Khalisa dari seberang sana.

Narendra melihat Devan sebentar, lalu setelahnya dia berjalan menjauh. Narendra tidak akan memberitahu Devan kalau Khalisa ternyata mengangkat panggilannya. Tadinya Narendra hanya ingin membuktikan dugaannya saja dengan menghubungi Khalisa, dan ternyata benar.

"Kamu dimana Ca?" tanya Narendra setelah menjawab salam dari Khalisa.

"Di mall, Mas. Cari pakaian kerja seperti yang Mas Rendra sarankan." jawab Khalisa.

"Sudah selesai belanjanya?" tanya Rendra lagi.

"Sudah Mas. Malahan sempat nonton. Tapi ini Ica sudah mau pulang. Makasih ya Mas, udah di beliin baju kerja." jawab Khalisa.

"Mas jemput. Kamu di mall mana." sahut Narendra. Ica memberitahu keberadaanya saat ini. Lalu dia ingat kalau dia bawa kendaraan sendiri, Mengapa Naren mau menjemputnya.

"Tapi Ica bawa mobil Mas." ucap Khalisa.

Bukan menjawab, Narendra langsung menutup panggilannya dengan Khalisa. Dia menghampiri Devan untuk pamit tanpa ada niatan untuk memberitahu Devan dimana Khalisa berada. Kelihatan sekali kalau Devan yang sudah melakukan kesalahan. Narendra sudah mengenal Khalisa dengan baik. Empat tahun dia mengenal Sonia, empat tahun juga Narendra mengenal Khalisa.

Khalisa menatap ponselnya setelah Narendra menutup panggilannya tanpa menjawab. Calon kakak iparnya itu orang yang tidak mau dibantah. Jadilah Khalisa memutuskan untuk menunggu Narendra saja.

"Ada apa?" tanya Abian yang melihat Khalisa menatap layar ponselnya yang gelap.

"Kakak saya mau datang untuk menjemput saya Pak." jawab Khalisa.

"Sonia?" tanya Abian. Khalisa menggeleng.

"Bukan, tapi calon suaminya." jawab Khalisa.

"Sonia sudah punya calon suami?" tanya Abian untuk meyakinkan. Khalisa kembali mengangguk.

"Kurang empat minggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan."

Abian terdiam mendengar jawaban Khalisa. Satu nama yang pria itu pikirkan, Sultan. Abian tahu perasaan Sultan pada Sonia yang sudah cukup lama. Hanya dengan melihat wanita itu disalah satu majalah yang Sultan baca. Baru sekarang ada kesempatan bagi Sultan mendekati Sonia, tapi sang gadis sudah ada pemiliknya. Abian tidak tahun saja, kalau selama empat bulan ini Khalisa juga memiliki tunangan.

"Bapak pulang duluan saja tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengajak Saya nonton sore ini." ucap Khalisa membuat Abian menatap gadis itu.

"Saya akan temani kamu sampai orang yang akan jemput kamu datang." jawab Abian. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk bisa lebih lama lagi berada di dekat Khalisa.

"Kita cari tempat yang nyaman untuk menunggu." ucap Abian lagi yang disetujui Khalisa.

...◇◇◇...

Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!