Bab 18. Pengakuan Sonia

Sonia kecewa Khalisa mengabaikan permintaanya. Dengan perasaan kesal, Sonia meninggalkan kamar Khalisa sambil menenteng test pack di tanganya. Sonia lupa jika dia berada di rumah.

Benar saja, saat Sonia keluar dari kamar, sudah ada paman Kamal berdiri di depan pintu. Tadinya papa Sonia itu ingin memanggil Khalisa setelah bibi Amanda memberitahu kalau Khalisa sudah datang.

Mata paman Kamal menangkap benda pipih dan panjang yang ada di tangan Sonia. Dia pria dewasa yang punya dua anak, tentu tahu benda apa itu. Ingatan paman Kamal tertuju pada pesan yang siang tadi dia terima, sepulang dari restoran ayah Arsyad.

Sonia tidak sempat menyembunyikan benda yang ada di tanganya. Dia tidak tahu harus beralasan apa selain mengakui jika benda itu milik Khalisa. Tujuannya hanya satu, agar paman Kamal segera menikahkan Khalisa dengan Narendra seperti tujuan awalnya. Sonia tidak berpikir, jika dia sudah memfitnah adik kesayangannya.

Sonia tahu cara yang dia tempuh kali ini salah. Tapi dia tertangkap basah memegang benda yang ada ditangannya sekarang ini. Sementara Sonia tidak ingin rencananya gagal. Sonia tidak ingin kedua orang tuanya tahu jika dia yang hamil.

Tanpa ditanya, Sonia memberitahu paman Kamal, "Nia menemukan ini di kamar Ica." ucap Sonia sambil memberikan test pack tersebut pada paman Kamal.

Pria paruh baya itu tidak bicara apa-apa. Dia sudah mengerti maksud ucapan Sonia. Paman Kamal meninggalkan Sonia yang menyesali perbuatanya memfitnah Khalisa.

"Maafkan kakak, Ca." gumamnya, lalu kembali ke kamar Khalisa. Sonia ingat, kalau dia meninggalkan hasil usg di kamar tersebut.

Sementara paman Kamal membawa benda di tangannya itu masuk ke ruang kerja. Dirogohnya kantong celana bagian depan, dimana dia menaruh ponselnya. Paman Kamal membuka kembali pesan yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenal.

Pesan itu sebelumnya paman Kamal abaikan. Dia pikir hanya perbuatan orang iseng dengan memberitahu Sonia hamil. Paman Kamal tentu saja tidak percaya. Sekarang, dengan benda yang ada di tangannya. Apa dia masih tidak percaya?

Paman Kamal mengklik tombol untuk mendownload foto-foto yang dikirimkan oleh orang yang tidak dikenal itu. Mata paman Kamal membulat besar. Untung saja dia tidak punya riwayat penyakit jantung. Sehingga aman melihat foto sang putri tanpa busana bersama pria. Pria itu, pria yang siang tadi Viola kenalkan sebagai teman calon suaminya.

Sedih dan kecewa sudah pasti. Tapi sebagai seorang ayah, paman Kamal berusaha untuk bijak. Dia akan bertanya baik-baik pada Sonia. Mengapa Sonia justru memfitnah Khalisa yang paman Kamal yakin tidak tahu apa-apa.

***

Suara keras sebuah tamparan menghentikan ucapan bibi Amanda yang kecewa pada Khalisa. Dia terkejut, suaminya tidak pernah main tangan selama ini. Semarah apapun dia pada anak-anak dan keponakannya. Bahkan pada Viola saja, suaminya masih ingin bicara baik-baik. Padahal gadis itu sudah jelas-jelas salah.

Yang membuat bibi Amanda lebih terkejut lagi. Bukan Khalisa yang menerima tamparan tersebut. Melainkan Sonia.

"Pa, kenapa Nia yang Papa tampar?" tanya bibi Amanda tidak mengerti.

"Papa minta kamu jelaskan tentang benda itu! Bukan untuk menyudutkan adik kamu, Nia." ucap paman Kamal pada Sonia, mengabaikan pertanyaan istrinya.

"Itu Nia temukan di kamar Ica. Itu... benda itu milik Ica." ucap Sonia. Lancar sekali Sonia memainkan sandiwara yang dia buat dadakan, karena diluar skenario yang dia buat sebelumnya.

"Kamu yakin itu punya Ica?" tanya paman Kamal lagi, setelah dia bisa kembali menenangkan diri. Sonia mengangguk.

Khalisa ingin membela diri. Namun belum sempat dia bicara, paman Kamal mengangkat tangannya agar Khalisa diam saja. Khalisa pasrah, pamannya pasti percaya pada Sonia. Gadis itu pun mengurungkan niatnya untuk bicara.

"Bagaimana dengan ini?" paman Kamal melempar beberapa lembar foto hingga berserakan diatas meja. Sonia terkejut. Dengan cepat dia memungut foto-foto dirinya tanpa busana bersama Sultan.

Khalisa ikut terkejut. Dia memang belum bertanya siapa ayah dari bayi yang Sonia kandung. Tanpa Sonia jawab, Khalisa tentu sudah tahu jawabanya. Masalahnya, dari mana paman Kamal mendapatkan foto yang sangat pribadi itu?

Bibi Amanda merebut foto-foto yang ada ditangan Sonia. Jatuh air mata wanita paruh baya itu, sambil menatap tidak percaya pada apa yang dia lihat. "Katakan kalau ini tidak benar Sonia." ucapnya. Berharap semua foto itu hanya sebuah editan.

Sonia diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa? Rencananya gagal. Dia kira dia bisa menuduh Khalisa yang hamil oleh Narendra, lalu papanya akan menikahkan kedua orang tersebut. Tapi kenyataanya, Papanya tahu apa yang dia lakukan diluar sana.

Sonia teringat pada ucapan Viola. Sepupunya saja bisa tahu apa yang terjadi padanya. Apa lagi sekelas papa dan Narendra. Bukan hal sulit bagi mereka mencari informasi seperti ini.

"Maafkan Nia. Nia tidak bermaksud memfitnah Ica. Tapi tadi papa melihat test pack ditangan Nia. Nia takut, Nia tidak mau papa dan mama tahu kalau Nia hamil." ucap Sonia. Lebih baik dia mengakui yang sebenarnya dari pada dia meneruskan kebohongannya yang sudah diketahui sang papa.

"Ica, maafkan Kakak. Kakak tidak tahu harus bagaimana? Kakak tudak menyangka akan hamil dengan pria lain." ucap Sonia lagi.

"Kenapa Kak? Kenapa Kakak selingkuh dari kak Rendra sampai sejauh ini?" tanya Khalisa yang lebih memikirkan perasaan Narendra. Dia tahu rasanya dikhianati. Bahkan sampai sekarang dia masih belum bisa bertemu Devan dan Viola.

"Kakak dijebak malam itu. Nia dijebak teman Nia, Ma, Pa." jawab Sonia.

Lalu gadis itu menceritakan apa yang tejadi. Hanya saja, dia tidak menceritakan bahwa dia kembali berhubungan dengan Sultan setelah kejadian malam itu.

"Ca, tolong gantikan Kakak. Menikahlah dengan Mas Rendra. Selama ini kamu lebih mengerti bagaimana dia dari pada Kakak. Selama ini, kamu yang selalu ada untuk dia, dari pada Kakak. Selama ini, dia jauh lebih sayang sama kamu, dari pada Kakak. Dia selalu mengutamakan kebahagiaan kamu, dari pada kebahagian Kakak." ucap Sonia membujuk.

Sonia berhara, Khalisa memikirkan semua yang dia ucapakan. Yang semua itu benar adanya. Sonia baru menyadari itu, setelah dia berpikir, mengapa dia tergoda dengan Sultan hingga sejauh ini. Karena Sultan mampu memberikan apa yang tidak pernah diberikan Narendra padanya. Karena Narendra memberikan semua yang sonia inginkan pada Khalisa.

"Kakak sendiri mau bagaimana?" tanya Khalisa.

Begitulah Khalisa, dia lebih mengkhawatirkan orang disekitarnya dari pada dirinya sendiri. Dia tidak mungkin bisa bahagia diatas kesedihan orang lain. Walau Khalisa membenarkan semua yang Sonia katakan.

"Suruh pria itu datang menghadap Papa." ucap paman Kamal, karena Sonia hanya diam saja. Tidak menjawab pertanyaan Khalisa. Padahal paman Kamal juga ingin tahu, apa yang akan Sonia lakukan kedepannya.

"Dia pria yang siang tadi dikenalkan Viola sebagai teman calon suaminya, bukan?" ucap paman Kamal lagi. Sonia mengagguk.

Khalisa mengerutkan kening tanda berpikir, "Teman calon suami Kak Vio?" beo Khalisa. Lalu dia menoleh pada Sonia, "Siapa Kak? Pak Bian?" tanya Khalisa. Yang dia tahu orang yang sering bersama Sultan adalah dosennya itu.

"Bukan Bian dosen kamu itu. Kakak juga baru bertemu tadi, waktu di restoran ayah Arsyad. Namanya Julian." jawab Sonia.

"Hubungi dia sekarang! Papa tunggu." ucap paman Kamal memberi perintah.

"Jangan lupa, minta Rendra juga datang. Kamu harus mengakhiri pertunangan kamu dan dia, Nia."

"Baik Pa, Nia akan hubungi Sultan. Tapi..., Nia tidak berani bertemu mas Rendra." jawab Sonia.

"Ca, tolong Kakak." ucap Sonia memohon.

"Kamu yang berbuat, kamu yang bertanggung jawab Sonia. Mengapa kamu memberatkan adik kamu? Janga paksa Ica, biarkan dia memilih pria yang akan mendampinginya." ucap paman Kamal lagi.

Hening. Tidak ada yang berani membantah ucapan paman Kamal sebagai pemimpin dikeluarga ini. Sonia akan bicara lagi dengan Khalisa nanti. Bicara dari hati ke hati. Membujuk adiknya agar mau menerima permintaannya. Narendra pria yang tepat untuk Khalisa. Sonia yakin itu. Melihat dari interaksi mereka bertiga selama ini.

Bibi Amanda tidak bisa berkata apa-apa. Dia kecewa dengan putri yang selama ini dia bangga-banggakan. Meski menurut Sonia, putrinya itu dijebak. Entah mengapa bibi Amanda tidak percaya sepenuhnya.

Sementara Khalisa sedang berperang dengan pikirannya. Antara menerima dan menolak permintaan Sonia. Khalisa bigung dengan perasaannya. Disatu sisi dia ingin selalu berada di dekat Narendra. Tapi disisi lain dia ragu dengan pernyataan cinta Narendra. Mungkin saja pria itu sudah tahu tentang Sonia, sehingga berpaling padanya. Khalisa mengabaikan apa yang tadi Sonia katakan tentang sikap Narendra selama ini kepadanya.

Keheningan yang terjadi diruang keluarga tersebut terusik. Mereka tiba-tiba dikejutkan dengan sapaan seseorang. Seseorang yang membuat paman Kamal lansung bangkit dari duduknya.

"Papa!" panggil Sonia, bibi Amanda dan Khalisa bersamaan.

...◇◇◇...

Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!