Bab 17. Permintaan Sonia

Seperti janjinya pada Narendra, sore ini Khalisa pulang ke kediaman paman Kamal. Kehadirannya disambut dengan riang oleh Darel, sang adik sepupu.

"Kak Ica, kebetulan sekali Kakak datang. Kakak menginap kan?" tanya Darel begitu pemuda itu membukakan pintu rumah untuk Khalisa.

"Darel, biarkan kakak kamu masuk dulu." tegur bibi Ananda dari dalam rumah. Dia sudah menunggu keponakan suaminya itu datang, begitu Sonia memberitahu bahwa Khalisa akan menginap malam ini.

"Kak, aku butuh bantuan Kakak." ucap Darel berbisik. Padahal hanya mereka berdua yang ada didepan pintu sekarang ini.

"Bantuan apa? Kita bicara di dalam. Ok!" balas Ica ikut memelankan suaranya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Ok! Kak Ica memang yang terbaik." ucap Darel senang, sambil mengandeng sang kakak masuk kedalam rumah.

"Bagaimana kabar kamu sayang?" tanya bibi Amanda, begitu Khalisa mendekat untuk mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut.

"Seperti yang Mama tahu." jawab Khalisa.

"Mama ikut sedih waktu Karlina datang dan menceritakan kelakuan Devan. Yang buat Mama semakin sedih, mengapa Viola?" ucap bibi Amanda.

"Ica tidak apa-apa Ma. Ica justru bersyukur lebih cepat mengetahuinya. Dari pada setelah kami menikah." balas Khalisa. Setelah dia berpikir, inilah yang Khalisa simpulkan. Dia dan Devan tidak berjodoh. Masalah Viola, Khalisa juga akan bicara dengan kakaknya itu nanti.

"Mama senang kamu menyikapinya dengan dewasa. Mama yakin, kamu akan mendapatkan pria yang baik, yang pantas menjadi suami kamu kelak." ucap bibi Amanda sambil memeluk Khalisa.

"Aamiin." ucap Khalisa mengaminkan doa bibi Amanda.

"Papa sudah menunggu kamu sejak kemarin." ucap bibi Amanda, setelah dia memeluk keponakan suaminya itu.

"Maaf ya Ma. Dua hari ini Ica masih memenangkan diri." jawab Khalisa beralasan.

"Tidak apa-apa. Kamu berada di tangan yang tepat." balas bibi Amanda yang tahu Khalisa dijaga Rendra.

"Kamu masuk kamar sana! Bersih-bersih dulu, setelah itu baru temui Papa. Beliau juga baru pulang." ucap bibi Amanda. Khalisa mengangguk lalu mencium kedua pipi bibi Amanda sebelum berjalan masuk ke kamarnya.

Dibelakang Khalisa, tampak Darel mengikuti gadis itu hingga sang kakak sampai di depan pintu kamar yang biasa Khalisa tempati jika menginap di kediaman paman Kamal.

"Kak Ica tunggu!" ucap Darel menahan langkah Khalisa.

"Ada apa?" tanya Khalisa setelah dia berbalik sambil menunggu sang adik mendekat.

"Darel mau pinjam mobil." ucap Darel.

"Jadi ini yang kamu bilang butuh bantuan Kakak? Mau kemana? Sama siapa?" tanya Khalisa menyelidik.

"Wih nanyanya borongan." balas Darel.

"Adik kakak yang paling tampan ini mau ke acara ulang tahun teman Kak." jawab Darel.

"Lalu?" tanya Khalisa lagi. Biasanya adik satu-satunya ini paling anti bawa mobil, karena macet.

"Hehehe, Darel janji jemput teman juga." jawab Darel.

"Teman cewek?" ucap Khalisa menebak. Darel mengangguk.

"Ya udah Nih! Sekalian tolong isikan bensin" ucap Khalisa sambil memberikan kunci mobil dan beberapa lembar uang pada Darel.

"Sisanya buat kamu traktir cewek kamu jajan." ucap Khalisa lagi.

"Kak Ica memang yang terbaik. Tidak pelit seperti...." Darel tidak meneruskan ucapannya. Matanya melirik pada Sonia yang sedang berjalan kearah mereka.

"Tidak pelit seperti siapa?" tanya Sonia sambil berkacak pinggang.

"Seperti Kak Nia, wek." jawab Darel sambil berlari menjauh.

"Anak itu." ucap Sonia mengomel.

Setelahnya, Sonia mendorong Khalisa untuk masuk ke dalam kamar. Tidak lupa dia menutup pintu lalu menguncinya.

"Ada apa Kak? Kenapa pintunya dikunci?" tanya Khalisa heran.

"Kakak ingin bicara sama kamu. Penting! Jangan sampai mama dan yang lainnya mendengarkan." jawab Sonia yang memang sudah menunggu kedatangan Khalisa sejak siang tadi.

Khalisa duduk di ujung tempat tidur. Jujur dia lelah dan ingin segera membersihkan diri. Tapi dia tidak bisa mengabaikan permintaan Sonia.

"Ca, kamu sayang sama Kakak, kan?" tanya Sonia. Khalisa mengangguk.

"Kamu juga sayang mas Rendra, kan?" tanya Sonia lagi.

Kali ini Khalisa diam. Dia tidak tahu kemana arah pembicaraan kakak sepupunya ini. Khalisa takut Sonia tahu tentang pernyataan cinta Narendra tadi pagi kepadanya.

"Ca! Kamu sayang mas Rendra, kan?" ulang Sonia pertanyaannya.

"Sayang sebagai kakak." jawab Khalisa akhirnya.

"Iya Kakak tahu. Karena itu Kakak ingin bicara sama kamu." balas Sonia.

Bukan senang, Khalisa semakin takut Sonia tahu tentang dia dan Narendra yang ber cium an. Bahkan... Khalisa merapatkan kerah kemejanya. Ada jejak yang Narendra tinggalkan disana. Cium an pagi tadi, Narendra sedikit liar. Dan anehnya, Khalisa tidak bisa marah. Dia terbawa perasaan pernyataan cinta Narendra. Andai saja Wildan tidak mengetuk pintu mengingatkan Narendra untuk meeting. Mungkin dia dan Narendra tidak akan berhenti.

"Kakak membuat kesalahan." ucap Sonia sambil menunjukkan test pack dan hasil usg.

Khalisa mengambil kedua benda itu dengan tangan gemetar. Jika Narendra dan Sonia sudah sejauh ini. Lalu apa maksud Narendra menyatakan cinta padanya? Ada rasa sakit yang Khalisa rasakan didalam hatinya.

"Selamat Kak." ucap Khalisa. "Kakak sebentar lagi akan menikah dengan mas Rendra, jadi bukan masalahkan?" ucap Khalisa lagi.

"Itu masalahnya, Ca. Kamu seperti tidak kenal mas Rendra. Jangankan untuk seperti itu. Mencium kakak saja belum pernah dia lakukan." jawab Sonia.

Khalisa rasanya tidak percaya dengan pernyataan Sonia. Mereka sudah lama berhubungan, tidak mungkin tidak pernah bertukar saliva. Dia yang bukan siapa-siapa Narendra saja, pria itu terus mencari kesempatan.

"Bukan mas Rendra ayah dari bayi yang kakak kandung." ucap Sonia.

Lalu siapa ayah bayi itu? Apa itu artinya Sonia menghianati mas Rendra? Apa mas Rendra tahu? Begitu banyak pertanyaan yang hadir di kepala Khalisa, namun lidahnya keluh.

"Tolong gantikan kakak. menikahlah dengan mas Rendra, Ca." ucap Sonia meminta.

Khalisa menggeleng. Dia tidak bisa menjawab permintaan Sonia. Bukan menolak, tapi Khalisa tidak ingin mempermainkan pernikahan. Dia akan menikah, tapi bukan sebagai pengganti. Biarpun Narendra sudah menyatakan cintanya, tapi Khalisa sendiri tidak mengerti dengan perasaannya.

"Ica mau mandi." ucap Khalisa. Dia butuh waktu untuk memikirkan permintaan Sonia.

"Ca! Ica tolong Kakak." ucap Sonia begitu melihat Khalisa masuk ke dalam kamar mandi.

"Ca, jangan sampai kakak melakukan cara lain agar kamu menerima permintaan Kakak." ucap Sonia mengancam.

Khalisa tidak peduli. Sungguh dia merasa sesak dengan semua yang terjadi dalam hidupnya. Khalisa rindu ayah Arsyad. Cinta pertamanya itu yang selama ini membantu Khalisa setiap ada masalah.

"Ayah, Ica butuh ayah." ucap Khalisa lirih.

***

Seperti biasa, tidak ada yang bicara selama mereka menikmati makan malam. Sesekali Khalisa melirik Sonia. Dia belum memberikan jawaban. Sonia sudah menghilang dari kamarnya begitu Khalisa keluar dari kamar mandi.

Panggilan dari bibi Amanda, membuat Khalisa mengabaikan permintaan Sonia untuk sesaat. Khalisa lebih memilih untuk bicara dengan paman Kamal. Karena itu tujuan utamanya datang ke kediaman ini. Tapi justru dikejutkan dengan permintaan Sonia.

"Sonia, Papa ingin bicara." ucap paman Kamal, setelah menghabiskan makan malamnya. Pria itu bangkit dari duduknya.

"Papa tunggu diruang keluarga. Mama dan Ica, kalian juga harus ikut mendengarkan." ucap paman Kamal lagi.

"Papa ingin bicara apa Nia? Kamu membuat kesalahan?" tanya bibi Amanda.

Khalisa melihat ke samping, dimana Sonia berada. Kakaknya memang membuat kesalahan besar. Tapi yang Khalisa lihat, Sonia menggelengkan kepalanya.

"Bukan Nia, tapi Ica." jawabnya.

Deg. Khalisa menatap menyelidik pada Sonia. Apa ini? Mengapa Sonia yakin kalau dia yang membuat masalah. Jika benar, mengapa pamanya tidak bicara apa-apa saat Khalisa bicara tentang Devan.

Tatapan bibi Amanda beralih pada Khalisa, "Benar itu Ca?" tanya bibi Amanda.

"Ica tidak tahu, Ma. Tapi Ica tidak merasa." jawab Khalisa.

"Sonia!" panggil paman Kamal dari ruang keluarga.

"Kamu yang bermasalah Nia. Kenapa kamu lempar ke Ica." ucap bibi Amanda.

Sungguh Khalisa tidak megerti, mengapa Sonia tega menuduhnya yang punya masalah. Apa yang sudah kakak sepupunya lakukan? Apa Sonia memutar balikkan fakta tentang kehamilannya?

"Ayo Ca! Jangan sampai papa menunggu lebih lama lagi." ucap bibi Amanda mengajak Khalisa untuk segera menyusul Sonia yang sudah lebih dulu menemui paman Kamal. Khalisa mengangguk dan mengekor dibelakang bibi Amanda.

Paman Kamal menatap Sonia dan Khalisa bergantian. Khalisa mencoba untuk tenang meski detak jantungnya tak berirama. Khalisa tidak tahu harus menjawab apa jika benar Sonia membalikkan fakta kehamilannya.

"Jelaskan maksud ucapan kamu tentang ini." ucap paman Kamal sambil melemparkan test pack ke atas meja.

"Punya siapa ini Pa?" tanya bibi Amanda yang langsung mengambil test pack tersebut. Jantungnya berdegup kencang kala melihat garis dua di benda pipih itu.

Sonia tampak tersenyum, rencananya pasti berhasil. Khalisa pasti akan mengakui benda itu miliknya. Sonia memanfaatkan kelemahan Khalisa yang rela dirinya yang disalahkan, meskipun bukan dia yang bersalah. Sementara Khalisa berpikir untuk mencari solusi terbaik.

"Sonia! Ica! Milik siapa ini?" tanya bibi Amanda.

"Ica, Ma." jawab Sonia cepat. Khalisa tersenyum, dia sudah menduga Sonia menggunakan cara ini agar dia menerima permintaan kakaknya itu menggantikan Sonia menikah dengan Narendra.

"Benar itu Ca?" tanya bibi Amanda. Khalisa menggeleng.

"Akui saja Ca. Kamu dan mas Rendra, kalian menghianati Kakak." ucap Sonia.

"Ca, Mama tidak menyangka kamu..."

PLAK

...◇◇◇...

Terpopuler

Comments

N4rt1

N4rt1

Sonia ini maunya apa sih? Kok tega fitnah Ica

2024-02-23

1

windy lyana

windy lyana

lah koq Sonia JD fitnah Ica .kasihan ortu Sonia JD berpikir jelek dgn Ica.

2024-02-23

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
78 Bab 78. Tidak Pernah Ada
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya
78
Bab 78. Tidak Pernah Ada

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!