Bab 9. Mulai Bekerja

Bunyi alarm dari ponsel miliknya membuat Khalisa terjaga. Yang dia lihat saat membuka mata adalah tempat asing. Sambil mengumpulkan nyawanya, Khalisa kembali mengingat apa yang terjadi sebelum dia pergi ke alam mimpi.

"Aku ketiduran di depan tv tapi kenapa jadi ada disini?" gumam Khalisa begitu menyadari dia berada di kamar pribadi Narendra.

Sudah pasti Narendra yang membawanya ke kamar pribadi pria itu. "Kenapa bukan di kamar tamu?" tanya Khalisa pada dirinya sendiri. Kamar yang sebelumnya dia gunakan untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian santai.

Khalisa memperhatikan dirinya sendiri. Pakaian yang dia kenakan saat ini seharusnya diperuntukkan untuk Sonia, tapi terpaksa Khalisa yang menggunakannya.

"Pakai saja pakaian Nia yang kamu belikan tempo hari Ca. Nanti kamu bisa belikan lagi, dia juga tidak tahu ada pakaian untuknya di apartement Mas, kan?" ucap Narendra saat Khalisa meminta Narendra berhenti di toko pakaian.

Khalisa menurut saja. Apa yang Narendra katakan memang benar, bahkan Sonia tidak tahu jika Narendra sudah menyiapkan pakaian untuk Sonia diapartemennya setelah mereka menikah nanti. Semua Khalisa yang membeli dan menyiapkannya untuk kakak sepupunya itu. Selera Khalisa dan Sonia itu sama, karena itu juga Narendra mempercayakan semuanya pada Khalisa.

Khalisa keluar dari kamar pribadi Narendra. Dia menemukan calon kakak iparnya itu tidur di sofa bed yang ada di depan televisi.

Tidak ingin menganggu tidur Narendra, Khalisa berjalan pelan menuju dapur. Dia akan membuatkan kopi dan sarapan untuk mereka berdua sebelum berangkat kerja.

Wangi kopi menganggu indra penciuman Narendra, membuat pria itu terjaga dan menghampiri Khalisa yang masih berada di dapur.

"Selamat pagi Ca." sapa Narendra.

"Pagi Mas, kok sudah bangun. Ica ganggu ya?" balas Khalisa.

"Enggak, Mas juga biasa bangun jam segini." jawab Narendra.

"Kamu masak? Kenapa repot-repot Ca. Kita bisa cari sarapan di luar sebelum kerja." ucap Narendra sambil memperhatikan Khalisa yang sibuk di dapur.

"Enggak repot Mas. Ica sudah terbiasa buat sarapan untuk Ica dan... ayah." jawab Khalisa sedikit terjeda. Ada nada sedih saat Khalisa menyebut ayah. Tentu, mana mungkin dia bisa melupakan cinta pertamanya itu begitu saja. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi ayah Arsyad sekalipun itu paman Kamal yang memiliki wajah dan sifat yang sama dengan ayahnya.

"Ca." panggil Narendra lalu membawa Khalisa kedalam pelukannya.

Khalisa yang sedang merindukan sang ayah menangis dalam pelukan Narendra. Hanya ayah Arsyad, pria yang bisa membuat Khalisa menangis.

Khalisa menarik tubuhnya dari pelukan Narendra, "Terima kasih Mas. Khalisa tidak apa-apa. Hanya merindukan ayah." ucap khalisa setelah tenang dan berhenti dari tangisnya.

"Ini kopi Mas Rendra. Mau diminum sekarang atau mau mandi dulu?" ucap Khalisa.

"Masih panas kan? Mas bersih-bersih saja dulu." jawab Narendra.

"Mas, kenapa Ica bisa ada di kamar Mas Rendra?" tanya Khalisa yang penasaran sejak dia tahu semalam dia tidur di kamar calon kakak iparnya.

"Ac di kamar tamu rusak. Maaf, Mas semalam gendong kamu." jawab Narendra. Khalisa hanya mengangguk membalas jawaban Narendra. Entahlah, dia tidak bisa marah dengan segala sesuatu yang Narendra lakukan padanya.

Khalisa tidak tahu saja, jika semalam Narendra berperang dalam batin. Tidur satu ranjang dengan Khalisa atau tidur di depan televisi. Semalam Narendra ingin sekali tidur sambil memeluk Khalisa, sampai sebuah panggilan masuk dari asisten pribadinya membuat Narendra menjauh dari Khalisa.

"Kamu itu berbeda Ca." gumam Narendra.

***

Khalisa menyempatkan untuk memeriksa pesan masuk di ponselnya. Aktifitas rutin yang dia lakukan sebelum memulai kegiatannya di luar rumah.

Ada pesan dari Sonia yang sedikit menganggu pemikiran Khalisa. Kakak sepupunya itu mengatakan bahwa dia akan mengurus sendiri persiapan pernikahannya. Mulai hari ini, dia yang akan berhubungan langsung dengan wedding organizer. Tidak ada yang salah sebenarnya. Hanya saja kenapa tiba-tiba. Apa Sonia tahu dia menginap di apartement Narendra?

"Ada apa Ca?" tanya Narendra yang melihat kerutan di dahi Khalisa.

"Ini, kak Sonia kasih kabar ke Ica. Dia akan mengambil alih untuk mengurus semua persiapan pernikahan kalian." jawab Khalisa.

"Bagus itu. Sonia harusnya sejak kemarin ikut mengurus semuanya." balas Narendra.

"Apa kak Sonia tahu Ica menginap disini?" tanya Khalisa bergumam.

"Apa kamu pikir Sonia akan cemburu jika dia tahu? Tidak akan Ca. Dia tahu seperti apa kamu. Dia juga tahu seperti apa Mas." sahut Narendra yang bisa mendengar gumaman Khalisa.

"Sudah, ayo kita berangkat sekarang!" ucap Narendra lagi mengajak Khalisa untuk segera ke kantor Wiranata Group.

"Kita berangkat bareng ya Ca. Mobil Mas masih di mall. Kebetulan Mas masih ada urusan di Wiranata." ucap Narendra yang masih menyembunyikan kebenaran bahwa dia adalah pimpinan di perusahaan tersebut.

Dan Khalisa tidak bisa menolak. Apa yang Narendra katakan tidak salah. Khalisa tidak tahu saja, kalau mobil milik Narendra sudah terparkir sempurna di parkir khusus pimpinan di Wiranata Group.

***

Khalisa menemui pak Bimo sebelum pergi keruangan yang akan jadi tempatnya mencari rezeki.

"Selamat pagi Nona Khalisa." ucap pak Bimo lebih ramah dari hari kemarin. Tentu saja, semua karena Narendra sudah memberitahu siapa Khalisa dan meminta pria paruh baya itu untuk merahasiakan tentang dirinya.

"Selamat pagi Pak Bimo." balas Khalisa tak kalah ramah.

"Mari saya antar ke ruang kerja nona Khalisa." ucap pak Bimo sambil mempersilakan Khalisa jalan mengikutinya.

Diruangan kerja, Khalisa disambut baik oleh rekan kerjanya yang sebagian besar didominasi oleh kaum Adam. Hanya ada dua orang rekan kerja wanita saja disana.

"Selamat bergabung dengan tim desain interior." ucap salah satu dari rekan kerjanya.

"Terima kasih." jawab Khalisa dengan senyum diwajahnya.

"Manis banget senyumnya." ujar salah satu karyawan pria yang langsung disoraki oleh rekan kerjanya yang lain.

"Ingat pesan saya." ucap pak Bimo menegur para karyawan. Membuat mereka sadar harus menghormati Khalisa. Tanpa gadis itu tahu pastinya.

Baru saja khalisa duduk dimeja yang ditunjukkan oleh rekan kerjanya sebagai meja kerja Khalisa. Gadis itu menerima pesan dari Abian.

Abian, 'Selamat bekerja Ica. Semoga harimu menyenangkan.'

Khalisa, 'Terima kasih Pak. Semoga hari Bapak juga menyenagkan.'

Abian membaca pesan balasan Khalisa. Hatinya berbunga hanya karena Khalisa membalas pesannya. Aneh memang. Padahal kemarin dia cemburu begitu melihat Khalisa dirangkul oleh Narendra. Dia sempat bertanya pada dirinya sendiri, "Apa sedekat itu hubungan Ica dengan calon kakak iparnya? Apa Sonia tahu kedekatan mereka?"

Semalaman Abian sempat galau sampai akhirnya Sultan datang ke apartement yang dia tempati.

"Ada apa?" tanya Abian begitu melihat wajah kusut saudara sepupunya.

"Sonia, dia ternyata sudah memiliki tunangan dan akan menikah empat minggu lagi." jawab Sultan.

"Kamu tidak terkejut?" tanya Sultan begitu melihat reaksi saudara sepupunya itu tampak biasa saja.

"Aku sudah tahu dari Khalisa." jawab Abian.

"Aku tidak akan melepaskan Sonia, Bi." ucap Sultan.

"Bagaimana dengan Sonia? Apa dia memilih kamu?" tanya Abian.

"Dia harusnya memilih aku, Bi. Karena saat ini dia sedang mengandung anakku."

Satu pukulan cukup keras yang Sultan dapatkan dari Abian. Dia sangat membenci laki-laki breng sek seperti Sultan. Berani-beraninya melakukan hal tersebut sebelum menikah.

"Dengar dulu penjelasanku, Bi." ucap Sultan sambil meringis menahan sakit.

Lalu pria itu menceritakan bagaimana awal mulanya dia tidur bersama Sonia. Dengan catatan dia tidak memberitahu Abian, jika Sultan dan Sonia kembali melakukannya dalam keadaan sama-sama sadar. Bukan iba, Abian tetap saja menyalahkan Sultan.

"Harusnya kamu bisa menahan diri. Menjaganya, bukan mengambil kesempatan dalam kesempitan." ucap Abian kesal dengan saudara sepupunya itu.

"Aku tahu aku salah. Tapi semua terjadi begitu saja Bi. Apa kamu bisa menahan diri jika Khalisa berdiri di hadapan kamu tanpa busana?" ucap Sultan membela diri.

Abian membuang napas kasar. Dia akan berusaha menjaga Khalisa, bukan merusaknya seperti yang Sultan lakukan. Tapi semua sudah terjadi, Sultan dan Sonia bukan hanya bicara tentang mereka berdua, ada satu nyawa hasil dari dosa yang keduanya lakukan yang harus dipertimbangkan.

"Segeralah menikah dengan Sonia." ucap Abian.

"Sonia tidak bisa meninggalkan tunangannya. Kecuali...."

"Kecuali apa?"

Sultan menggeleng, dia tidak sampai hati membuat Abian kecewa dengan keputusan yang dibuat Sonia jika benar wanita yang dicintainya itu akan menyatukan Khalisa dengan tunangan Sonia.

Satu pesan kembali masuk dari Khalisa, membuat Abian kembali tersenyum lebar. Khalisa menuliskan pesan yang membuat Abian semakin optimis menghadapi hari ini. Optimis juga hubungannya dan Khalisa kedepannya bisa berjalan seperti yang dia inginkan.

"I Love You, Ica" gumam Abian sambil menatap layar ponselnya.

Sultan yang menginap di apartement Abian hanya bisa menyaksikan kegilaan sepupunya itu yang sedang jatuh cinta. Sudah pasti sepupunya itu sedang berbalas pesan dengan Khalisa. Apalagi gumaman Abian terdengar jelas di telinganya.

Sekarang, bagaimana Sultan bisa mematahkan hati Abian yang sudah banyak membantunya hingga bisa seperti sekarang ini?

...◇◇◇...

Episodes
1 Bab 1. Cinta Pertama
2 Bab 2. Ayah
3 Bab 3. Melihat
4 Bab 4. Mengakhiri
5 Bab 5. Yang Terakhir
6 Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7 Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8 Bab 8. Selingkuh
9 Bab 9. Mulai Bekerja
10 Bab 10. Rencana Sonia
11 Bab 11. Bertemu
12 Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13 Bab 13. Perubahan Narendra
14 Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15 Bab 15. SONIA VS VIOLA
16 Bab 16. Galau
17 Bab 17. Permintaan Sonia
18 Bab 18. Pengakuan Sonia
19 Bab 19. Memberi Izin
20 Bab 20. Acara Penting
21 Bab 21. Bertunangan
22 Bab 22. Rencana Yang Gagal
23 Bab 23. Gagal
24 Bab 24. Rahasia
25 Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26 Bab 26. Surat Perjanjian
27 Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28 Bab 28. Hilang
29 Bab 29. Permintaan Diana
30 Bab 30. Hari Pernikahan
31 Bab 31. Gangguan Kecil
32 Bab 32. Pertama Kali
33 Bab 33. Tentang Abian
34 Bab 34. Rahasia Diana
35 Bab 35. Tiba di Jepang
36 Bab 36. Membaca Bukti
37 Bab 37. Rencana Diana
38 Bab 38. Kabar Buruk
39 Bab 39. Masa lalu
40 Bab 40. Tidak Ingat
41 Bab 41. Pria Itu
42 Bab 42. Bertemu Sonia
43 Bab 43. Kediaman Wiranata
44 Bab 44. Pamit
45 Bab 45. Accident
46 Bab 46. Baik-baik Saja
47 Bab 47. Menikah
48 Bab 48. Terpaksa
49 Bab 49. Menemui Pelaku
50 Bab 50. Setelah Satu Bulan
51 Bab 51. Yang terjadi
52 Bab 52. Sakit?
53 Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54 Bab 54. Ketahuan
55 Bab 55. Cinta Jadi Benci
56 Bab 56. Hamil
57 Bab 57. Ada Dua
58 Bab 58. Bawaan Bayi
59 Bab 59. Karlina
60 Bab 60. Musuh Lama
61 Bab 61. Pernikahan Viola
62 Bab 62. Keinginan Khalisa
63 Bab 63. Waspada
64 Bab 64. Diperalat
65 Bab 65. Malam Itu
66 Bab 66. Ditahan
67 Bab 67. Ditangkap
68 Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69 Bab 69. Mau Bicara
70 Bab 70. Ancaman
71 Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72 Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73 Bab 73. Hati Hati
74 Bab 74. Salah Paham
75 Bab 75. Ke Rumah Sakit
76 Bab 76. Setitik Cahaya
77 Bab 77. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1. Cinta Pertama
2
Bab 2. Ayah
3
Bab 3. Melihat
4
Bab 4. Mengakhiri
5
Bab 5. Yang Terakhir
6
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
7
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
8
Bab 8. Selingkuh
9
Bab 9. Mulai Bekerja
10
Bab 10. Rencana Sonia
11
Bab 11. Bertemu
12
Bab 12. Sebuah Rasa Baru
13
Bab 13. Perubahan Narendra
14
Bab 14. Mas Mencintai Kamu
15
Bab 15. SONIA VS VIOLA
16
Bab 16. Galau
17
Bab 17. Permintaan Sonia
18
Bab 18. Pengakuan Sonia
19
Bab 19. Memberi Izin
20
Bab 20. Acara Penting
21
Bab 21. Bertunangan
22
Bab 22. Rencana Yang Gagal
23
Bab 23. Gagal
24
Bab 24. Rahasia
25
Bab 25. Mengikuti Kata Hati
26
Bab 26. Surat Perjanjian
27
Bab 27. Menjelang Hari Pernikahan
28
Bab 28. Hilang
29
Bab 29. Permintaan Diana
30
Bab 30. Hari Pernikahan
31
Bab 31. Gangguan Kecil
32
Bab 32. Pertama Kali
33
Bab 33. Tentang Abian
34
Bab 34. Rahasia Diana
35
Bab 35. Tiba di Jepang
36
Bab 36. Membaca Bukti
37
Bab 37. Rencana Diana
38
Bab 38. Kabar Buruk
39
Bab 39. Masa lalu
40
Bab 40. Tidak Ingat
41
Bab 41. Pria Itu
42
Bab 42. Bertemu Sonia
43
Bab 43. Kediaman Wiranata
44
Bab 44. Pamit
45
Bab 45. Accident
46
Bab 46. Baik-baik Saja
47
Bab 47. Menikah
48
Bab 48. Terpaksa
49
Bab 49. Menemui Pelaku
50
Bab 50. Setelah Satu Bulan
51
Bab 51. Yang terjadi
52
Bab 52. Sakit?
53
Bab 53. Pertanyaan Khalisa
54
Bab 54. Ketahuan
55
Bab 55. Cinta Jadi Benci
56
Bab 56. Hamil
57
Bab 57. Ada Dua
58
Bab 58. Bawaan Bayi
59
Bab 59. Karlina
60
Bab 60. Musuh Lama
61
Bab 61. Pernikahan Viola
62
Bab 62. Keinginan Khalisa
63
Bab 63. Waspada
64
Bab 64. Diperalat
65
Bab 65. Malam Itu
66
Bab 66. Ditahan
67
Bab 67. Ditangkap
68
Bab 68. Semoga Cepat Berakhir
69
Bab 69. Mau Bicara
70
Bab 70. Ancaman
71
Bab 71. Ungkapan Cinta Khalisa
72
Bab 72. Tidak Sadarkan Diri
73
Bab 73. Hati Hati
74
Bab 74. Salah Paham
75
Bab 75. Ke Rumah Sakit
76
Bab 76. Setitik Cahaya
77
Bab 77. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!