Hari-hari setelah gue memutuskan bercerai dengan Seli, gue lewati dengan perasaan hampa. Gue sibukkan dengan bekerja dan terus bekerja. Masalah demi masalah mampu lalui. Hanya satu yang mengganjal sampai saat ini di hati gue. Kabar perceraian masih gue rahasiain dari keluarga gue. Gue hanya menjaga perasaan mereka saja tidak ada maksud lain. Sebenernya gue tidak akan pernah menceraikan istri gue, namun kesalahannya tidak bisa gue toleransi. Kesetiaan gue telah dihianati begitu saja oleh orang yang selama ini gue percaya. Meskipun tidak ada rasa cinta diantara kami namun komitmen gue sungguh kuat. Gua bakal menjaga komitmen itu dengan sungguh sungguh. Apalagi dengan sebuah hubungan pernikahan. Tidak ada pikiran gue untuk mempermainkan sebuah pernikahan. Karna bagi gue pernikahan itu kalo bisa hanya satu kali seumur hidup. Ikatan suci antara dua orang yang berbeda jenis. Namun itu semua hancur karena yang menjadi pasangan gue tidak seperti gue yang mempunyai komitmen seperti itu. Hancurnya pernikahan ini pasti akan melukai perasaan dari keluarga gue dan keluarganya. Untuk itu sementara waktu gue masih harus merahasiakan kejadian itu. Dan berpikir mancari waktu yang tepat mengungkapkan kebenarannya.
Hari ini gue bangun pagi, seperti biasa gue menjalani rutinitas keseharian gue. Gue berangkat ke kantor lebih pagi dari hari biasanya. Karena hari ini ada pegawai baru yang akan jadi asisten gue. Gue percayakan kepada sepupu gue untuk mencari pegawai itu. Karena gua yakin sepupu gue itu bakal tau kriteria apa yang dibutuhin buat posisi itu di kantor.
Gue sudah berada di dalam ruangan kerja. Gue duduk menunggu sepupu gue mengantarkan pegawai baru yang akan menjadi asisten pribadi gue sambil sesekali memeriksa berkas yang ada di atas meja gue.
Setelah beberapa saat terdengar suara ketukan pintu. Yang gue yakin itu sepupu gue.
Cek lek
Saat itu dua orang wanita cantik masuk ke ruangan gue. Satu sepupu gue dan satu lagi wanita yang akan menjadi asisten gue.
Gue agak terkejut saat melihat wanita yang di bawa sepupu gue itu. Gue menang belom mengenal dia, tapi ingatan gue yang tajam selalu ingat kejadian kejadian yang pernah gue alami. Wanita yang akan menjadi asisten gue ini kalo tidan salah istri dari laki laki yang selingkuh dengan Seli di kamar hotel waktu.
Gue ngobrol dikit dengan Jesi. Kemudian wanita yang dibawa Jesi menyerahkan sebuah map yang gue pastikan itu persyaratan kerja termasuk cv di dalamnya. Gue lirik wanita itu, dia hanya diam saja tidak terlihat bar-bar seperti waktu itu. Kali ini dia kelihatan seperti orang gugup.
Setelah urusan dengan Jesi selesai. Mereka berdua keluar dari ruangan gue menuju tempat kerja didepan ruangan gue. Tempat kerja seorang asisten. Gue hanya berharap semoga wanita ini bisa bekerja dengan baik tidak seperti asisten gue sebelum-sebelumnya sebelumnya yang sering membuat masalah saja
.
Setelah kepergian mereka berdua, gue buka map yang dibawa wanita tadi. Gue baca sekilas CV nya. Dari situ gue tahu namanya.
"Jadi namanya Arvita, bener-bener wanita pemberani. Batin gue"
Sambil membaca CVnya gue tersenyum sendiri. Entah perasaan apa yang gue rasakan. Kemudian gue teringat, bahwa hari ini gue harus menjemput orang tua gue di bandara. Jadi teringat kondisi rumah tangga gue yang sudah berakhir. Gue kepikiran gimana cara ngasih tau ke orang tua gue kebenarannya tentang perceraian ini. Gue bersiap dan keluar dari ruangan gue. Tapi saat membuka pintu gue melihat Jesi sepulu gue masih ngobrol dengan wanita itu. Gue sedikit mendengar pembicaraan mereka. Memang tidak salah gue mengandalkan Jesi buat handle pekerjaan ini. Dia memberikan intruksi dengan jelas sambil mengajarkan pada sekretaris gue itu.
"Beib, ini sudah selesai kamu udah ngerti kan tugasnya? " Tanya Jesi setelah panjang lebar memberi penjelasan tentang tugas seorang asisten pribadi CEO
Arvita tersadar dalam lamunannya
"Ahh iya beib, terimakasih atas penjelasannya. " Jawab Arvita gugup ia sama sekali tadi tidak mendengar penjelasan sahabatnya karena sibuk memikirkan kejadian tadi.
Wanita itu terlihat fokus saat mendengar intruksi dari Jesi. Tanpa sadar gue melihat wajahnya yang begitu imut dan cantik menurut gue. Penampilannya yang sangat menarik dengan pakaian kantornya.
"Apa kurangnya wanita ini, sehingga ada laki laki yang tega mengkhianatinya, bener-bener bodoh wanita itu. Pikir gue"
Kulihat Jesi dan sekertaris gue itu terus saja mengobrol dan pada akhirnya mereka berdua berpelukan.
'Sepertinya Jesi mengenal betul wanita itu. Batin gue"
Gue berdehem sesaat untuk membuyarkan pelukan mereka berdua.
Khemmm...
Mereka berdua melerai pelukannya. Kemudian gue sedikit menyindir mereka
"Kalian sudah selesai apa belom, ini tempat kerja bukan tempat reunian. " Ucap gue
"Ehh iya tuan, maaf ini sudah selesai saya balik ke tempat saya dulu kalo begitu, Mari" Jawab Jesi sepupu gue
Sepupu gue terlihat kesel dari raut wajahnya. Gue memang seneng menggoda dia. Tapi gue selalu acuh dan tidak peduli dengan responnya.
Jesi pamit untuk kembali ke tempatnya bekerja. Dan tinggallah gue berdua dengan wanita itu yang sekarang menjadi asisten gue.
Gue menyempatkan diri buat mengobrol dengannya. Sedikit basa basi bertanya mengenai dirinya seolah-olah gue baru tidak mengenalnya. Memang belom mengenalnya cuma tau aja pikir gue.
"Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu? " Ucap Arvita
"Iya duduk dulu saya minta waktunya sebentar aja.? Ucap gue
" Iya silahkan duduk pak.? Ucap Arvita
Gue menjelaskan singkat mengenai pekerjaannya. Karena gue yakin Jesi sudah menjelaskan secara detailnya. Kemudian gue terus mengorol dan sedikit bertanya mengenai hal pribadi. Namun dia terlihat menunduk dan sedih.
"Apa dia masih mencintai suaminya ya, gue singgung masalah penggrebekan itu dia kelihatan sedih sepertinya. Batin gue"
"Hadap saya kalo lagi bicara jangan menunduk begitu saya kurang suka, jangan sedih, gak pantes orang seperti itu di tangisi, itu istri saya yang jadi selingkuhan suami kamu, orang seperti itu tidak usah dipikirin lagi kalo perlu buang aja ke laut. " Ucap gue
Kemudian dia mengangkat kepalanya dan menatap gue saat berbicara. Dari situ gue tahu kalo dia tidak bersedih tapi yang bener dia kelihatan gugup saat berhadapan dengan gue. Sebenernya gue juga gugup tapi gue tahan untuk menjaga wibawa gue.
"Emm, maaf tuan tidak usah dipikirkan saya hanya mau bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak saya. " Ucap Arvita
"Ohh baguslah, memang itu yang harus kamu lakukan sekarang, kamu harus bekerja dengan baik karena saya tidak mau ada kesalahan seperti asisten saya sebelum-sebelumnya mengerti! " Ucap gue
"Mengerti tuan, kalau begitu saya mulai kerjaan saya ini supaya tidak ada kesalahan nantinya. " Jawabnya lagi
Dia mengatakan namanya Arvita jadi gue panggil aja dengan sebutan Arvi. Lebih Willem menurut gue. Dan itu disetujuinya
Setelah mengobrol bentar dengannya gue keluar dari ruangan. Tujuan gue adalah bandara untuk menjemput kedua orang tua gue yang pulang dari luar negeri. Tetapi sebelum itu gue harus buat rencana dulu untuk mengajak Seli supaya ikut menjemput orang tua gue. Biar bagaimanapun kabar perceraian gue harus disembunyikan dulu. Jadi gue harus ajak Seli supaya sandiwaranya berjalan dengan baik. Karena status perceraiannya masih dirahasiakan dari keluarga. Meskipun sudah resmi bercerai dengan Seli baik secara agama maupun negara. Karena Seli mau menuruti persyaratan dari gue maka tuntutannya tentang harta gono gini gue kabulkan. Toh itu semua tidak jadi masalah buat gue.
Gue mencoba menghubungi Seli
Tut tut tut
Bersambung lagi......
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments