BAB 20

Suasana di ruang makan sangat mencekam. Di mana Remon dan Alvian saling memandang dengan tatapan tajam. Kedua pria itu tidak ada yang mau mengalah.

“Saya sudah katakan, saya tidak mau,” ucap Alvian masih bertahan dengan pendiriannya.

“Kau tidak bisa mendengarkan saya?” tanya Remon dengan kerutan di keningnya, menandakan emosi pria tua itu sedang di uji.

“Sudah cukup saya menuruti semua perintah anda. Untuk kali ini, saya tidak bisa,” teriak Alvian tepat di depan kedua orang tuanya, Setelah mengatakan itu, Alvian langsung beranjak dari kursi. Dia berjalan menuju kamar, meninggalkan makanannya yang masih tersisa.

Jovicca mengikuti Alvian naik ke lantai dua. Remon menghela napas, matanya melihat sendu Alvian yang sedang menaiki tangga di ikuti Jovicca di belakangnya.

“Sudahlah, Pa. Alvian anaknya gak bisa di paksa. Biarkan mereka yang menentukan sendiri kapan mereka akan pergi.” Renata mengelus lengan suaminya. Dia juga paham perasaan Alvian, dan wanita itu juga tahu suaminya menginginkan yang terbaik untuk Alvian. Tetapi mereka berdua sangat keras kepala, kedua lelaki itu sama saja. Tidak ada yang mau mengalah.

Beralih ke pasangan Alvian dan Jovicca. Kedua orang itu tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing. Alvian sibuk dengan laptopnya, sedangkan Jovicca sibuk dengan ponselnya.

“Al,” panggil Jovicca yang tidak di jawab oleh pria itu. Merasa Alvian tidak akan membalas, Jovicca melanjutkan lagi perkataannya.

“Aku pernah dengar cerita kayak gini. Ada seekor harimau yang selalu di anggap remeh sama singa, dan kedua hewan itu gak pernah bisa akur satu sama lain. Setiap mereka bertemu, kelihatan kalau hubungan antara mereka gak pernah bisa hangat. Semua hewan di hutan sudah tahu, kalau singa akan selalu menang kalau bertarung sama harimau. Karena itu, harimau selalu mencoba diam dan mengalah. Jujur dia pengen banget ngalahin singa. Tapi sayang, dia belum bisa,” cerita Jovicca panjang lebar, tetapi Alvian hanya diam. Pria itu sibuk dengan laptopnya.

“Walaupun begitu, harimau gak pernah berhenti. Dia selalu berusaha dalam diam untuk mencari cara agar dirinya bisa bebas dari singa itu. Sampai akhirnya harimau ketemu sama kelinci yang sangat lucu. Awalnya harimau ngincer kelinci itu buat jadi makanannya. Tapi gak jadi waktu kelinci tawaran yang menggiurkan buat harimau. Kelinci itu tahu harimau selalu ingin mengalahkan singa, dia mengatakan akan membantu harimau untuk mengalahkan singa. Tapi dengan satu syarat, harimau jangan pernah memakan dagingnya. Merasa tawaran itu sangat menguntungkan, harimau itu menyetujuinya. Sejak saat itu, kelinci selalu mengajari harimau untuk mengalahkan musuh tidak dengan otot, melainkan dengan otak. Kalau dengan bertarung kita tidak bisa mengalahkan musuh, maka kita harus mencari cara lain. Dengan mengetahui kelemahannya mungkin? Benar saja, setelah harimau mengikuti semua saran kelinci, dia bisa mengalahkan singa. Walaupun itu gak mudah, tetapi harimau bisa. Sejak saat itu, harimau mengerti. Dia tidak bisa mengandalkan dirinya sendiri. Harimau juga membutuhkan bantuan binatang yang lain.” Jovicca bercerita panjang lebar, tapi tetap saja Alvian masih fokus dengan laptopnya.

“Tapi ada satu hal lain. Setelah harimau mengalahkan singa. Bukannya bahagia, tapi dia malah menyesal. Apa kamu tahu alasannya?” tanya Jovicca antusias, wanita itu juga menatap Alvian yang ada di sampingnya. Tetapi Alvian sama sekali tidak tertarik dengan ceritanya, wajahnya tetap datar dan dingin.

“Ahh gak asik. Kamu gak dengerin aku ngomong masa,” sungut Jovicca meras kesal dengan pria dingin di sampingnya.

“Al … Alvian ….” panggil Jovicca yang tidak di gubris sama sekali oleh suaminya.

“Apaan anjir, orang cape-cape cerita tapi gak di tanggepin sama sekali. Minimal kasi feedback kek. Atau kalau males ngomong berdehem juga gak papa. Ais dasar cowok batu,” gerutu Jovicca dengan suara kecil, wanita itu mencibir Alvian yang ada di sampingnya.

“Saya tidak menyuruh

mu untuk bercerita.” Walaupun mulutnya berbicara, tetapi mata dan tangan pria itu masih sibuk dengan laptop di depannya.

“Nyenyenye,” cibir Jovicca jengah akan sikap pria dingin itu.

Karena sudah merasa mengantuk Jovicca meletakkan ponselnya di atas meja samping kasur dan mengubah posisinya menjadi tidur di atas kasur.

Alvian melihat wajah Jovicca yang tertidur pulas. Dia memperhatikan wajah manis istrinya.

Masih cantikan Xellan.

TING.

Satu pesan masuk ke ponsel Jovicca, tetapi di abaikan Alvian. Pria itu tidak tertarik dengan privasi orang lain, kecuali Xellan. Wanita yang sangat di cintainya.

Satu pesan tidak cukup, orang di seberang sana malah menelepon Jovicca. Wanita itu terlihat tidak terganggu sama sekali, dia tertidur sangat pulas. Malah Alvian yang jengah karena mendengar suara berisik dari ponsel istrinya.

Mau tidak mau, pria itu mengambil ponsel Jovicca dan ingin mematikan telepon yang masuk, tetapi dia urungkan saat melihat nama Xellan di sana.

Alvian memilih keluar dari kamar dan berjalan ke taman belakang rumah.

“Hallo,” sapa pria itu setelah menggeser tombol warna hijau di ponsel milik istrinya.

“Lah? Kok kamu yang jawab? Jovicca mana?” Terdengar suara cewek dari seberang telepon.

“Dia lagi tidur. Kamu kok belum tidur? Udah malam ini, gak ngantuk?” tanya Alvian dengan santainya. Pria itu bisa berbicara panjang lebar tetapi tidak dengan sembarang orang, hanya kepada wanita yang di cintainya saja.

“Enggak, kerjaan aku masih banyak,” jawab Xellan menghela napasnya. Dia sangat lelah beberapa hari terakhir ini.

“Mau aku bantuin? Kamu kedengerannya cape banget.” Alvian duduk di bangku taman belakang seorang diri. Menatap langit yang di hiasi bintang-bintang kecil yang cukup terang.

“Gak usah. Aku bisa ngerjain sendiri, kamu tidur aja sana, besok ke kantor juga kan? Aku bisa selesaikan ini sendiri kok.” Senang rasanya saat Xellan mulai perhatian padannya. Wanita itu juga sudah mau terbuka dan memberikan Alvian kesempatan.

Saat ingin mengambil minum ke dapur, Renata melihat Alvian yang sedang duduk di taman belakang seorang diri. Karena merasa bingung, Renata mendekati anaknya. Tetapi belum sempat dia bertanya, suara Alvian membuatnya terpaku di tempat.

“Kalau kamu gak mau aku bantuin, yaudah aku temenin kamu mengerjakan dokumen itu sampai selesai ya.”

Apakah itu Alvian? Dia tidak pernah melihat anaknya bersikap selembut ini terhadap siapapun, bahkan dengan Harmony yang notabene adalah adiknya sendiri. Tapi sekarang dia mendengar anaknya tengah berbicara sangat lembut dengan orang lain?

“Aku belum mengantuk, aku bisa menemanimu mengerjakan itu sampai pagi kalau perlu. Kalau boleh, aku ingin melihat wajahmu. Aku kangen, Chesy.”

Apa yang kamu lakukan Alvian? Kamu sudah punya istri, tapi kenapa masih menjalin hubungan sama orang lain? Kasihan Jovicca, kalau begitu kenapa kamu memaksa untuk mempertahankan pernikahan kalian?

“Alvian, kamu ngapain di situ?” Akhirnya Renata berjalan mendekati anaknya. Sedang Alvian terdiam kaku. Sekarang dia kepergok sedang telepon dengan wanita lain.

“Sebentar ya, Lan. Teleponnya jangan di tutup dulu,” ucap Alvian, lalu membisukan panggilannya.

“Sejak kapan Mama di situ?”

“Sejak kamu mengucapkan kangen kepada seseorang yang bernama Chesy?”

DEG.

*

*

Terimakasih sudah mampir. 🥰

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa … ✨💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!