Di tengah kekacauan ini, pikirannya berputar. Xellan, di mana dia? Bukankah wanita itu tadi masuk ke bar ini? Xellan yang biasa ada untuk melindunginya dalam situasi seperti ini, tetapi sekarang dia menghilang entah kemana. Jovicca semakin merasa terasing dan tak berdaya.
Teriakan Jovicca tenggelam dalam suara musik keras yang menggema di bar. Lampu berwarna-warni menambah kebingungannya. Di sekelilingnya, orang-orang tampak sibuk dengan urusan mereka sendiri, tak ada yang peduli dengan teriakannya. Itu yang membuatnya semakin cemas dan bingung, bahkan dirinya merasa tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Kemarahan Jovicca semakin menggebu, tetapi tubuhnya terasa lemas. Semua yang bisa dia lakukan hanya menangis, berteriak, dan berharap ada yang datang menyelamatkannya. Tapi saat itu, dia merasa begitu sendirian.
“Cowok gila, lepas tangan saya!!” teriak Jovicca, berusaha menarik lengannya agar bisa lepas dari genggaman pria itu. Namun, semakin keras dia berjuang, semakin kuat pula pria itu menahannya. Setiap usahanya untuk melepaskan diri terasa sia-sia. Suaranya tenggelam dalam riuhnya musik dan hiruk-pikuk di sekitar mereka.
Ketika mereka sampai di lantai atas, Jovicca didorong masuk ke dalam salah satu kamar dengan kasar. Tubuhnya gemetar, seperti dilanda badai ketakutan yang datang begitu mendalam. Detak jantungnya bergemuruh di telinga, seperti suara petir yang menggelegar, membuat seluruh tubuhnya terasa kaku. Setiap langkah yang diambil pria itu seolah mengarahkannya ke dalam ruang yang semakin sempit, dan saat pintu kamar tertutup dengan keras di belakang mereka, dunia seakan terhenti.
Cahaya yang cukup terang di dalam kamar itu membuat Jovicca akhirnya bisa melihat dengan jelas siapa yang menariknya. Jovicca terkejut, matanya membesar saat menyadari siapa pria itu. Wajahnya yang dingin dan tampak serius tidak asing lagi.
Ternyata, pria itu adalah Alvian, suaminya. Kelegaan dan kekhawatiran bercampur aduk dalam hati Jovicca. Kenapa Alvian ada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Jovicca berdiri terpaku sejenak, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ini bukan mimpi, bukan juga bayangan semata. Alvian, suaminya, berdiri tepat di hadapannya, wajah yang selama ini hanya bisa dia lihat melalui layar ponsel kini ada di hadapannya, nyata.
Tak pernah terbayangkan bertemu dengan suami yang satu ini di tempat seperti ini, dalam situasi yang penuh ketegangan dan ketakutan. Namun, meskipun perasaan bingung masih menggelayuti, secercah perasaan lega menyusup di hatinya. Sebuah rasa aman yang mulai perlahan menggantikan kecemasan yang menguasai dirinya beberapa saat lalu.
Matanya meneliti setiap inci wajah Alvian dengan seksama. Begitu mendalam, seolah ingin memahat kenangan ini dalam ingatannya. Tatapan tajam dari mata almond itu menusuk langsung ke dalam bola matanya, membuat jantung Jovicca berdegup lebih cepat. Ada sesuatu yang begitu mendalam di sana, seperti sebuah kedalaman yang sulit dipahami. Wajahnya yang terkesan dingin dan tegas justru menambah aura maskulin yang tak bisa disembunyikan, membuat Jovicca terpesona, meski sedikit takut.
Alis tebal yang menyatu, garis rahang yang tegas, serta bekas luka sayatan di sekitar wajahnya, semuanya membuat Jovicca merasa ada sisi lain dari suaminya yang selama ini ia tak tahu. Setiap detil wajah Alvian bagai memancarkan kekuatan yang tak bisa terbantahkan, dan meskipun rasa cemas masih terpendam di dalam dirinya, ia tidak bisa menahan perasaan kagumnya. Alvian tampak seperti seorang pria yang terbentuk oleh waktu, oleh pengalaman hidup yang keras dan penuh perjuangan.
Namun, meskipun ada sedikit rasa takut yang tetap bertahan di dalam dirinya, ada juga rasa keinginan untuk lebih mengenal pria ini, kini Alvian berdiri di depannya dengan tatapan yang sulit dibaca. Rasanya seperti ada semacam jurang yang memisahkan mereka, meskipun mereka sudah menikah dua tahun, namun wajah ini, pria ini, terasa begitu asing. Wajah yang dulu hanya bisa ia lihat dari layar ponsel, kini ada di hadapannya, begitu nyata.
Seakan lupa dengan tujuan awalnya datang ke tempat ini, Jovicca malah tenggelam dalam pesona suaminya yang begitu memanjakan mata. Setiap detik yang berlalu bersama Alvian membuatnya terhanyut dalam dunia yang berbeda, dunia di mana hanya ada mereka berdua.
Sejenak, Jovicca merasa seperti dunia berhenti berputar. Segala keraguan, kebingungannya, dan kekhawatirannya terbuai oleh kedekatan ini. Rasanya seperti berhadapan dengan sebuah teka-teki yang telah lama menunggu untuk dipecahkan.
Namun, meskipun ada rasa penasaran yang menggebu, ada pula ketakutan yang perlahan merayapi perasaannya. Apakah dia benar-benar mengenal Alvian? Atau justru, apakah ini justru merupakan langkah pertama dari sebuah perjalanan yang tak terduga, penuh misteri yang akan terus terungkap seiring berjalannya waktu?
Jovicca tidak tahu pasti, tetapi satu hal yang pasti pada detik itu, dia merasakan sebuah perasaan yang begitu intens, tak terdefinisikan. Sebuah perasaan yang mengombang-ambingkan antara kagum, takut, dan penasaran.
Belum sempat Jovicca menyelesaikan kekagumannya, bibirnya disambar dengan tiba-tiba. Ciuman itu kasar, tak memberi ruang bagi perlawanan, seolah-olah segala sesuatu yang mengganjal telah dilupakan begitu saja. Jovicca memejamkan matanya, tubuhnya terasa lemah dan terombang-ambing, namun ada sesuatu dalam dirinya yang tak bisa ia bendung.
Dengan satu gerakan otomatis, lengannya melingkar di leher Alvian, menerima setiap ciuman yang diberikan. Kali ini, ia tidak lagi berontak. Menerima perlakuan ini seolah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri, mungkin juga kewajiban yang telah lama terabaikan, yang akhirnya datang juga. Perasaan cemas, bingung, dan takut berbaur dengan hasrat yang tak bisa dijelaskan.
Namun, meskipun fisiknya ada di sana, pikirannya seakan berputar ke arah yang tak ia duga. Bagaimana bisa pria yang selama ini ia anggap acuh dan tak peduli tahu tentang keberadaannya? Bukankah Alvian begitu sibuk dengan dunianya, tak pernah benar-benar peduli pada hidupnya? Selama ini dia hanya tahu tentang suaminya lewat kabar dan foto yang tersebar di media sosial, tetapi kali ini, di hadapan Jovicca, Alvian tampak seperti seorang yang sangat berbeda. Ada sesuatu yang terselip di balik matanya, sesuatu yang tidak pernah ia pahami.
Untuk saat ini, semua pertanyaan itu tak lagi menjadi masalah. Semua rasa ingin tahu, semua kegelisahan, seakan lenyap begitu saja oleh ciuman yang semakin dalam. Yang penting sekarang adalah dia, Jovicca, dan suaminya. Hanya itu yang bisa ia pikirkan saat ini. Tugasnya sebagai istri harus dilaksanakan, dan dia akan menunggu sampai besok untuk mengetahui jawaban dari semua kegelisahan yang mengganggunya.
“Jangan pernah tinggalkan aku, Chesy.” Tiba-tiba, kata-kata itu meluncur dari bibir Alvian, membuat segala sesuatu di sekitar Jovicca seakan membeku dalam waktu.
DEG.
Jovicca terdiam kaku. Sejenak dunia sekelilingnya hilang, hanya ada kepingan-kepingan kata yang berserakan di pikirannya. Chesy? Nama itu menggema seperti petir yang menyambar malam, meninggalkan kekosongan yang tak terisi. Siapa Chesy? Apakah ada wanita lain di hidup suaminya? Hatinya seperti diiris perlahan, menciptakan rasa sakit yang mengalir begitu dalam. Tak ada jawaban yang bisa ia temukan. Apakah selama ini dia hanyalah bagian dari sebuah kebohongan?
Setiap detik berlalu, otaknya terus berputar, mencari jawaban yang tak kunjung datang. Kecemasan dan kebingungan itu merasuki dirinya, seperti kabut tebal yang menghalangi penglihatannya. Ciuman yang awalnya terasa penuh gairah kini berubah menjadi tumpukan pertanyaan tak terjawab. Chesy... siapa dia?
Jovicca menundukkan kepalanya, mencoba menenangkan diri. Tapi setiap detik kata itu terus berputar dalam benaknya, seperti mantra yang terus mengusik. Semua yang ada di sekitarnya tampak terdistorsi, suaranya menjadi samar, dan dia merasa seolah berada di tengah kegelapan. Satu kalimat yang keluar begitu saja dari mulut Alvian telah mengguncang dunia yang dia anggap aman. Dunia yang selama ini dia percayai, kini dipertanyakan.
Perasaan cemas, rasa sakit yang membuncah, dan kebingungannya membentuk sebuah badai dalam dirinya. Namun, di tengah kepanikan itu, Jovicca tahu satu hal pasti: dia harus mencari jawaban. Namun untuk sekarang, jawaban Itu masih terlalu jauh untuk dijangkau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rey
hai kak aku mampir 🤗.
ayo saling mendukung kak, saling membaca setiap part'nya, saling berbalas like serta komen 🤗
2024-02-06
0