Setiap ada kesempatan cut ashari selalu pergi ke pusara ibunya, ia selalu mengajak harun bersamanya. Selesai membersihkan rumput liar yang tumbuh,cut ashari mengajak adiknya untuk mendoakan sang ibu.
" Mari HARUN kita doa kan ibu, agar ibu kita mendapat ampunan dari Allah dan ibu mendapat tempat yang baik di sisi-NYa !! " Walau harun terbilang masih balita, ia sudah menampakkan kecerdasannya. Harun selalu mengikuti apa yang kakaknya ajarkan. Anak yang baru bisa berbicara beberapa patah kata ini sangat gesit dan lincah. Seperti halnya anak kecil lain nya harun suka berlari sana sini menikmati kebebasannya.
"Cukup harun,jangan berlarian terus nanti kamu sakit lagi jika terlalu lelah! " bujuk sang kakak yang memperhatikan adiknya tidak bisa diam dan tenang walau sejenak. Untuk saat ini memang masih ada kekurangan dalam diri harun kecil, tubuhnya masih rentan dan mudah sakit bila terlalu lelah dan ada perubahan cuaca yang ekstrim. Itu dikarenakan harun terlahir diwaktu usia kandungan masih belum cukup. Maka ada organ vital harun yang tumbuh kurang sempurna.
"Harun dari mana ?"
"Harun dari ibu"
"Oh dari ibu,sudah dibersihkan tempat ibu ?"
"Sudah" sambil mengganggu
"Sudah berdoa untuk ibu ?"
Mengangguk lagi.
"Anak pintar,sekarang pergilah mandi dengan simbok"
"Sama kakak"
sambil mendekat kepada kakaknya memohon dengan manja.
Itulah percakapan syech ali dengan harun,sepulang berziarah. Walaupun seorang guru besar, syech ali tahu bagaimana memperlakukan seorang anak kecil.
Beliau merawat Harun dengan bantuan seorang wanita yang sering dipanggil simbok, simbok yang menyiapkan segala keperluan sehari hari harun.
Saat harun sakit simbok inilah yang selalu merawatnya, dan berada disampingnya hingga sang anak kembali pulih, penyakit itu sering kambuh saat anak ini lelah. Kadang simbok merasa iba bila melihat harun sedang sakit,anak sekecil ini sudah terpisah dari orang tuanya, anak kecil yang masih sangat butuh perhatian orang tua.
Hingga pada tahun kelima setelah kematian ibunda harun, yang kebetulan ayah harun pun berada di tanah jawa. Pada satu kesempatan Harun dapat berkumpul bersama dengan ayah dan kakaknya. Mereka melakukan ziarah bersama ke makam halimah.
"Tak terasa sudah lima tahun kamu meninggalkan kami halimah, lima kali pula aku hanya sanggup berdoa dan mengenang mu di depan pusara ini. " Tengku rahman berkata dalam hati.
"Aku hanya sanggup bertemu dan menemani buah hati kita dalam waktu yang singkat setiap tahunnya."
Ia masih berkata dalam hatinya sendiri,untuk menutupi kesedihan di depan kedua buah hatinya. Beberapa saat mereka selesai berdoa di makam halimah, tiba gerimis turun dan dalam sekejap hujan deras mengguyur. Ayah dan kedua anaknya itupun panik bergegas mencari tempat berteduh, beberapa puluh meter mereka berlari mencapai gubuk bambu, mereka terengah-engah dan pakaian telah basah kuyup. Sudah satu jam lebih hujan tak kunjung reda, hari hampir memasuki malam, udara dingin makan terasa membungkus tubuh ketiganya.
"Kamu baik-baiknya saja harun ?" Tanya cut ashari mengetahui adiknya tak berhenti menggigil dan mulai berjongkok seolah tak sanggup untuk berdiri. Dengan segera tengku rahman menggendong harun berusaha menghangatkan tubuh anaknya itu, mereka tak bisa membuat perapian untuk menghangatkan diri karena semua telah basah terkena hujan, ditambah baju mereka yang basah dan tiupan angin membuat dingin tajam menusuk ke badan mereka.
---
"Cepat rebahkan harun di sini, kalian tukar pakaian dulu yang lebih hangat! !! " Ucap syech ali yang sejak tadi menanti dengan kekhawatiran karena mereka belum kembali disaat cuaca hujan dan dingin.
Terutama khawatir dengan Harun yang tidak bisa menahan cuaca dingin dengan fisik yang lemah, Syech ali sangat mengetahui keadaan harun maka beliau sangat khawatir.
"Bagaimana keadaan harun?" Tanya tengku rahman setelah bertukar pakaian.
Tampak muka harun yang pucat dan terus menggigil. "Demamnya sangat tinggi, dia sudah kuberikan ramuan obat Yang biasa ia minum ketika sakitnya kambuh. Biarkan harun beristirahat, semoga demamnya lekas turun"." Jawab syech ali sambil meninggalkan mereka bertiga dalam ruangan.
"Bagaimana denganmu ashari,apakah kamu juga demam ?" Tengku rahman menanyakan keadaan putrinya,karena mereka sama sama kehujanan tadi.
" aku tidak apa apa ayah,hanya sedikit terkena flu sebentar nanti juga hilang. "
"Jaga kesehatan mu, minumlah obat agar penyakitnya tidak lama bersarang di badan mu !!" Percakapan ayah dan putrinya itu.
Sepanjang malam harun terus menggigil,demamnya tak juga reda. Hingga Syech ali kembali menjenguk nya,
Tengku Rahman :
" Demamnya masih tinggi. "
Syech ali :
" biar aku memeriksa nya, detak jantung dan aliran darahnya sangat lambat, darahnya seperti berhenti mengalir, aku akan mencoba untuk menetralkan aliran darahnya dengan energi tenaga dalamku tapi.... "
Tengku Rahman :
" Tapi apa syech, jika itu bisa menolong harun kenapa tidak ?"
Syech ali :
" ini juga beresiko, usia harun masih terlalu muda, energi nya belum tentu kuat mengimbangi energi yang akan aku transfer walau di tingkat paling rendah, pembuluh darahnya akan pecah, karena setidaknya saat umur 10 tahun energi seseorang baru bisa dikontrol dan bereaksi dengan energi dari luar. Butuh Keajaiban."
Mereka lalu membuka baju harun dan syech ali mulai mentransfer tenaga dalamnya ditingkat terendah secara perlahan. Tengku Rahman menahan tubuh harun agar tetap duduk tegap. Tampaknya tubuh harun memberikan reaksi positif dari tenaga dalam sang guru, tubuh harun mulai berkeringat Syech ali dengan perlahan-lahan menghentikan tenaga dalamnya.
Secara perlahan pucat dimuka harun berangsur cerah, demam perlahan berkurang.
"Luar biasa ajaib tubuh anak ini, sekian banyak murid yang berguru di sini, baru anak ini yang sudah mempu menerima tenaga dalam di usia belia. " Harun nampak mulai sadar dan membuka mata. Ia melihat senyuman dari sang guru dan ayahnya.
"Jika belum kuat jangan kau paksakan untuk duduk,tetaplah berbaring." Saran sang guru kepada anak berumur 5 tahun dulu. Harun tetap mencoba bangkit,dan berusaha duduk. Ternyata dia benar sudah membaik, harun berjalan menghampiri ayahnya dan duduk di pangkuan sang ayah.
"Ayah, Harun ingin melihat pasar di kota. " Pinta harun tiba tiba. " Baiklah kita akan pergi ke kota saat badanmu benar benar pulih nanti. " Jawab sang ayah sambil mengangguk.
Perkembangan harun terus membaik, nafsu makan telah kembali, lincah dan riang seperti biasanya. "harun sudah benar benar sehat ayah, kapan kita pergi kota ?" Harun menagih janji dari ayahnya.
"baiklah anakku besok pagi jika cuaca bagus kita akan berangkat ke kota, memang apa yang harun inginkan di sana ?" jawab sang ayah dan bertanya kembali pada anaknya.
Harun :
" banyak hal yang harun ingin kan,,apa kita bisa mengajak kakak ke kota nanti?"
ayah :
"sepertinya kita tidak bisa mengajak kakakmu,karena dia harus belajar di pondoknya nanti kita bawakan buah Tangan dari kota untuk kakak mu. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments