Saat sudah sampai di Perusahaan, Nara masih merasa gelisah karena melihat Zayyan yang sepertinya masih belum luluh. Dia melihat kekasihnya itu yang bahkan belum berbicara padanya. Saat mobil sudah terpakir di parkiran, membuat Nara baru sadar. Padahal biasanya Zayyan akan turun di depan Lobby Perusahaan dan hanya Sopirnya yang memarkirkan mobilnya. Tapi sekarang kenapa malah mereka ikut ke parkiran juga.
Nara ingin keluar dari dalam mobil, tapi dia malah melihat Pak Sopir yang turun duluan. Membuat Nara merasa bingung dengan situasi saat ini. Melihat bagaimana dirinya yang seolah sengaja ingin meninggalkan Nara dan Zayyan di dalam mobil ini.
Ah, aku tidak bisa hanya berdua di dalam mobil ini. Bagaimana bisa aku tetap disini, aku sangat takut melihat kemarahannya.
Nara sesekali melirik ke arah Zayyan yang masih diam seribu bahasa. Mungkin memang seperti ini kalau Zayyan sedang marah, pastinya akan diam dengan wajah dingin yang menakutkan.
"Em, Sa-sayang, ayo kita turun" ucap Nara dengan pelan.
Zayyan menghela nafas pelan, sungguh mendengar hembusan nafasnya itu membuat Nara semakin takut dan merasa terancam sekarang ini. Apalagi ketika Zayyan melirik padanya dan menatapnya dengan tajam.
"Aku tidak suka kau berdekatan dengan pria dan aku juga tidak suka melihat ada pria lain yang menyentuh milikku!" tekan Zayyan.
Nara terdiam sejenak, masalahnya dia juga tidak mungkin menghindari Rifai hanya karena pria yang dia cintai. Bagaimana pun Rifai adalah teman sejak kecil dan selalu ada disaat Nara membutuhkannya.
"Sayang, aku boleh cerita sedikit gak?"
Zayyan langsung mengerutkan keningnya, dia merasa heran dengan ucapan Nara. Bahkan dia tidak menjawab ucapannya barusan, malah ingin bercerita sekarang ini.
"Cerita apa?"
Nara menghembuskan nafas pelan, dia menatap Zayyan dengan lekat. "Dia Andrifai. Sejak kecil kami hidup bersama, rumah kami bersebelahan. Kalau sedang sedih maka aku selalu datang ke rumahnya dan bercerita banyak hal. Orang tuanya juga begitu baik padaku. Namun, dalam waktu selama itu, kami hanya sebatas teman dan saudara saja. Tidak pernah ada perasaan yang lebih dari itu. Bahkan Rifai selalu mendukung dengan siapapun aku berpasangan. Katanya, asalkan aku bahagia, maka dia juga mendukung. Jadi, kalau untuk menghindarinya atau melupakan dia, aku tidak bisa. Maaf, karena dia sudah seperti saudara laki-laki yang melindungi aku dalam segala hal"
Zayyan terdiam, dia menatap lekat kedua mata kekasihnya itu. Memang tidak terlihat kebohongan di balik tatapan mata itu.
"Tapi aku jangan biarkan dia menyentuhmu, apalagi di depanku!" tekan Zayyan.
Nara tersenyum dan menghela nafas lega, karena akhirnya dia bisa mengatakan yang sebenarnya dia rasakan. Selama ini, Nara hanya menjadi seorang gadis yang memendam semuanya sendiri. Seolah dia sulit mengatakan yang sebenarnya dia rasakan ketika dia menghadapi orang yang marah padanya. Bahkan pada Ayahnya saja, dia tidak pernah berkata yang sejujurnya. Yang dia rasakan selama ini, hanya dia pendam seorang diri.
"Aku akan mencoba untuk memberi pengertian pada Rifai nanti. Jadi, kamu jangan cemburu lagi padanya ya. Aku pastikan diantara kami berdua hanya teman saja" ucap Nara.
Setidaknya pada Zayyan dia bisa mengutarakan apa yang dia rasakan dan apa yang menjadi pendapatnya saat ini. Nara memberanikan diri untuk memeluk Zayyan meski dia belum yakin kalau pria itu sudah tidak marah lagi padanya saat ini.
"Aku tidak akan mengkhianatimu, karena aku juga tahu sakitnya dikhianati" ucap Nara.
Zayyan menghembuskan nafas pelan, dia mengecup puncak kepala kekasihnya itu dengan lembut. "Aku juga tahu sakitnya di khianati"
Setelah semuanya terselesaikan, akhirnya mereka bisa turun dari dalam mobil dan langsung naik ke lantai atas menggunakan lift yang berada di basement Perusahaan itu. Langsung ke lantai atas, dimana ruangan Zayyan berada. Jika harus lewat Lobby, maka semua orang akan curiga dengan kedekatan mereka saat ini.
Masih di dalam lift, Zayyan terus menggandeng tangan Nara. Seolah tidak mau Nara pergi dari sampingnya. "Nanti siang mau makan dimana? Tidak ada jadwal untuk nanti siang 'kan?"
"Nanti aku cek dulu jadwalnya. Em, tapi bukannya kita jangan terlalu menunjukan kebersamaan ini pada karyawan Kantor" ucap Nara, sebenarnya dia juga belum siap untuk mempublikasikan semuanya.
"Memangnya kalau makan siang bersama kenapa? Kau jadi Sekretarisku, jadi bebas jika aku mengajak kau untuk makan siang" ucap Zayyan.
Mendengar itu membuat Nara terdiam, dia tersenyum pada kekasihnya itu. Menyandarkan kepalanya di lengan Zayyan, kesempatan bisa bermesraan sebelum pintu lift terbuka. Zayyan juga mengecup puncak kepala kekasihnya yang bersandar di lengannya itu.
"Kenapa kau begitu pendek dan imut seperti ini" ucap Zayyan.
Nara hanya mendengus pelan mendengar itu. "Aku ini kurang minum susu kayaknya, jadi pendek"
Zayyan malah tertawa mendengar itu, dia mencubit gemas hidung Nara. "Dasar kau ini"
Nara hanya tersenyum saja. Saat pintu lift terbuka, Nara langsung melepaskan rangkulan tangannya di bahu lengan Zayyan. Dia takut kalau sampai ada yang melihat mereka seperti ini.
"Aku pergi duluan" ucap Nara yang langsung berlari keluar lift lebih dulu.
Zayyan hanya menghela nafas pelan, melihat bagaimana Nara yang seolah memang takut kelihatan mereka berdua seperti ini. "Sayang, ini tidak ada orang. Kenapa harus berlari begitu"
Nara hanya tersenyum pada Zayyan saat dia sudah duduk di meja kerjanya. "Sudah kamu masuk sekarang. Jangan buat orang-orang curiga sama kita"
Zayyan langsung mendekati kekasihnya, mengecup pipi Nara sebelum dia langsung masuk ke dalam ruangannya. Sungguh Zayyan melakukannya dengan sangat cepat, membuat Nara tidak sempat menghindar. Dia hanya diam dengan mata terbelalak karena kaget dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu.
"Ish dasar ya"
Nara hanya tersenyum melihat bagaimana kekasihnya yang seperti itu. Tapi sungguh saat ini dia begitu bahagia. Hatinya pernah terluka, tapi sekarang dia menemukan pengobat hatinya.
"Semoga kali ini aku tidak akan kecewa lagi karena cinta"
Nara hanya bisa berharap hatinya akan selalu baik-baik saja. Dia sudah pernah begitu terluka dan kecewa dengan mencintai orang lain. Saat ini dia hanya ingin perasaan cintanya akan selalu baik-baik saja dan tidak akan mengalami hal yang sama.
Nara fokus pada pekerjaannya, sampai dia ingat jika dia belum sarapan. Dan saat ini hari juga sudah siang, perutnya sudah mulai terasa melilit dan sakit. Nara memilih untuk turun ke pentry untuk membuat minum dan juga mengambil makanan yang ada disana. Setidaknya yang bisa untuk mengganjal perut sampai waktu makan siang tiba.
Nara memakan sebungkus roti dan juga minum teh hangat. Perutnya yang merasa melilit ketika dia belum makan apapun sejak pagi. Sampai ponselnya berderin membuat Nara langsung mengangkat telepon dari Zayyan itu.
"Hallo"
"Kamu dimana?"
Nara menghela nafas pelan saat mendengar suara khawatir dari Zayyan dan yang begitu penuh penekanan. "Aku sedang di Pentry, membuat teh. Ada apa? Kamu ingin di buatkan minum juga?"
"Tidak. Aku hanya khawatir saja kau akan pergi kemana"
Nara tersenyum mendengar itu, hatinya menghangat mendengar ucapan Zayyan barusan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
apa iya Nara atau orang kantor lainnya ngak ada yang tahu kalau anak bosnya sudah nikah sih, kok. kayaknya aman² aja ngak ada gosip para karyawan yang mengatakan Zayyan sudah punya istri 🤔🤔🤔
2024-02-16
0