SIMPANAN TUAN ZAYYAN
Bagaikan pantai yang tenang, namun gemuruh ombak terdengar. Hembusan angin yang menerpa wajah, membuat seluruh tubuh terasa dingin. Semua kehangatan dalam hidupnya hilang. Menjadikan dia hanya seperti pantai yang kesepian.
Inilah kisah seorang wanita yang berjuang dalam hidupnya dan hanya menyembunyikan lukanya. Anara Malika, biasa di panggil Nara. Wanita berusia 25 tahun ini, harus gagal dalam segala hal.
Berada dalam keluarga yang kacau, Ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Hal yang membuat Ayahnya sendiri menyalahkan adiknya dan membencinya. Dia yang terpaksa berpura-pura untuk tidak menyayangi adiknya, hanya karena tidak mau dia terus terkena siksaan dari Ibu tirinya. Wanita yang dinikahi Ayahnya sejak satu tahun Ibunya meninggal. Karena Ayah yang tidak suka dengan adiknya, maka wanita yang menjadi istri Ayah pun ikut tidak suka dengannya.
Nara pernah ingin membantu adiknya, tapi apa yang dia lakukan malah semakin membuat Ibu tirinya menyiksa adiknya. Hal ini yang membuat Nara untuk bersikap dingin dan cuek pada adiknya sendiri. Seolah dia tidak peduli padanya dan malah mendukung perlakuan Ibu tirinya.
Sejujurnya, Nara selalu merasa sedih saat melihat adiknya seorang diri dan kesepian. Ingin sekali dia memeluknya dan membawa dia pergi dari rumah itu. Namun, semuanya tidak bisa dia lakukan karena melihat bagaimana Ayahnya saja tidak pernah peduli padanya.
Ketika mendengar adiknya pergi dari rumah dan memutuskan untuk bekerja. Nara senang, setidaknya dia juga sudah membuat adiknya tidak pernah merasa betah di dalam rumah hingga memutuskan untuk pergi. Setidaknya dia akan lebih bahagia diluar sana. Namun semuanya masih belum selesai bagi Nara. Ujian dalam hidup seolah tak bisa berhenti.
Saat itu, hujan deras mengguyur Ibu kota. Nara terdiam di depan sebuah mobil yang terparkir di depan sebuah Villa. Ketika dia sedang ada perjalanan bisnis dengan Atasannya. Kaca jendela yang terbuka, memperlihatkan jelas apa yang sedang dilakukan suaminya. Berciuman dengan wanita lain yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pernikahan yang baru berjalan beberapa bulan ini, ternyata memang harus kandas secepat ini. Kehidupan Nara benar-benar hancur sejak saat itu. Bukan hanya dari keadaan keluarga yang kacau, namun juga dari pernikahannya yang hancur.
Baiklah, setelah perceraian selesai. Nara hanya bisa melanjutkan pekerjaan. Dia fokus pada kariernya. Menjadi seorang Sekretaris CEO dalam sebuah perusahaan besar. Dia menjalani pekerjaannya dengan baik.
"Apa aku akan percaya dengan sebuah pernikahan lagi?"
Pertanyaan entah pada siapa, yang jelas hanya terdengar gemuruh ombak dan hembusan angin. Semuanya membuat dia trauma, hingga sangat sulit untuk bisa percaya lagi pada setiap laki-laki dan juga pernikahan.
"Hanya sendirian?"
Nara langsung menoleh pada seorang pria yang tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya. Nara tidak mengenal pria itu, membuat dia juga tidak menjawab pertanyaannya yang terkesan hanya sebuah basa-basi saja.
"Mau bersenang-senang denganku? Sepertinya kau juga sedang banyak masalah"
Nara langsung mengerutkan keningnya dengan tajam. Menatap pria itu dengan tidak percaya atas ucapannya barusan. "Maaf, aku ada urusan lain. Kalau mau bersenang-senang, carilah orang yang tepat"
Saat Nara sudah ingin pergi, namun tangannya di cekal oleh pria itu. Membuat Nara menatapnya dengan bingung. Dia mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman pria itu, namun tidak bisa karena cengkramannya terlalu kuat.
"Ada pesta meriah di Villaku, ayo ikut aku pergi kesana dan menikmati pesta untuk melupakan semua masalah di kehidupan yang rumit ini"
Nara kembali mengerutkan keningnya dengan tajam. Merasa heran dengan pria ini yang begitu memaksanya untuk ikut dengannya. Namun di saat situasi Nara yang sedang kalut saat ini, membuat dia mengangguk saja dan akhirnya ikut ke pesta itu.
Sebuah pesta dengan beberapa pria tampan yang terlihat kaya dan juga beberapa wanita panggilan. Nara menatap pria disampingnya, dia merasa yakin kalau pria disampingnya juga pemain wanita. Membuat penilaian Nara terhadap setiap pria sama saja.
Tidak ada pria yang benar-benar baik sepertinya.
Nara menghembuskan nafas pelan, lampu disko dan musik yang terasa memekakkan telinga membuat Nara merasa berada di dalam tempat hiburan malam saat ini. Padahal nyatanya ini hanya berada di sebuah Villa.
"Kau bisa minum?"
Nara tahu minum yang dimaksud pria itu adalah minuman beralkohol. Nara mengangguk saja, meski sebenarnya dia belum pernah meminum minuman itu. Tapi saat ini dia hanya ingin mencoba apa yang belum pernah dia coba. Nara hanya ingin melupakan semua kekalutan dalam hidupnya.
Mereka duduk di sebuah sofa, dengan jenis minuman beralkohol yang berada di atas meja. Pria itu menuangkannya untuk Nara, dan untuk pertama kalinya dia mencoba minuman ini. Rasa panas dan sedikit pahit langsung terasa membakar tenggorokannya. Hanya saja membuatnya merasa tidak bisa berhenti minum. Sampai dia menghabiskan beberapa gelas dan akhirnya dia jadi mabuk berat.
"Ternyata kau juga kuat minum ya? Ayo aku bantu kau ke kamar"
Pria itu yang sama-sama mabuk memapah tubuh Nara ke dalam kamar di Villanya. Dia tersenyum pada teman-temannya yang sedang asyik dengan wanita di pangkuannya.
Berjalan dengan sempoyongan dan sesekali terhuyung karena pengaruh mabuk yang membuat keduanya tidak bisa jelas melihat. Saat pintu kamar terbuka, Nara langsung jatuh ke atas tempat tidur. Dia membuka kancing kemeja yang di pakainya karena merasa panas.
Pria yang berdiri di dekat tempat tidur itu tersenyum melihat apa yang Nara lakukan. "Mari kita lakukan"
Pria itu berada di atas tubuh Nara, membuka bajunya dengan kasar dan membuangnya ke sembarang arah. Lalu dia membuka semua kancing kemeja yang dipakai oleh Nara. Tubuh putih bersih langsung terlihat.
"Malam ini akan menjadi malam indah untuk kita berdua" bisiknya di telinga Nara.
Sebenarnya Nara antara sadar dan tidak sadar. Padahal dia ingin sekali menolaknya, namun sepertinya karena pengaruh dari mabuk membuat dia malah menerima semua perlakuan dari pria asing yang bahkan belum dia ketahui namanya.
Kecupan demi kecupan yang diberikan pria itu, membuat Nara mende*sah tanpa sadar. Dia mulai menikmati setiap sentuhan yang diberikan pria itu. Mungkin memang karena dia yang belum lama bercerai dan akhirnya bertemu dengan pria ini. Seolah ingin melampiaskan saja, karena suaminya yang bahkan bisa berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
"Kau puas denganku?"
Nara mengangguk, dia terus mengeluarkan des*ahan saat pria itu melakukannya. Dan keduanya benar-benar tidak ingat waktu dan menghabiskan malam di dalam kamar ini.
Nara seolah tidak berpikir lagi dengan akibatnya. Dia hanya ingin menikmati saat ini dan melupakannya di keesokan hari. Begitu pun dengan pria itu, yang mempunyai tujuan yang sama.
"Lupakan aku setelah ini" ucap pria itu.
Nara mengangguk, dia meraih tengkuk leher pria itu dan mencium bibirnya dengan penuh gairah.
"Aku akan melupakanmu dan kau juga harus melupakan aku"
Malam ini keduanya hanya saling berbagi kepuasan saja. Dan berniat akan melupakan satu sama lain keesokan harinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Lee Jin Wook
Awal ceritanya menarik, ga sabar nunggu kelanjutannya
2024-02-01
0