Akhirnya malam ini mereka pulang ke Ibu Kota, Nara merasa lebih lega saat dia sudah bisa pergi dari Kota itu. Jika saja tidak bertemu dengan Andre disana, mungkin Nara sangat betah berada disana karena suasana yang nyaman dan juga kulinernya yang sangat enak. Namun, semuanya kacau karena kehadiran Andre. Padahal Nara selalu senang saja ketika ada perjalanan bisnis seperti ini, setidaknya dia bisa sambil berlibur dan menemukan suasana baru selain di Kantornya.
Nara menatap pria di depannya yang terus menggandengnya di tengah kerumunan orang di Bandara ini. Dia tersenyum tipis ketika merasakan hangat di tangannya karena genggaman tangan Zayyan. Pria itu sungguh memperlakukan Nara sudah seperti seorang ratu saja. Untuk pertama kalinya Nara merasa seperti itu saat dia menjalin hubungan dengan seorang pria. Karena saat dulu berpacaran dengan Andre saja, dia tidak pernah diperlakukan dengan spesial seperti ini.
Saat di dalam mobil yang menjemput mereka malam ini, Zayyan masih tidak melepaskan Nara. Bahkan dia memeluknya dengan hangat, beberapa kali mengecup puncak kepala Nara. Hal ini membuat Nara semakin berdebar senang. Dia mendongak dan menatap kekasihnya sambil tersenyum tipis.
"Zayyan, kau sepertinya sudah terperangkap ya"
Suara itu membuat Nara mengalihkan fokus dari wajah suaminya, dia langsung menatap pada seorang pria yang mengemudikan mobil yang sedang mereka tumpangi ini. Nara terdiam saat dia ingat siapa pria itu, dia adalah pria yang ada di Villa saat kejadian itu.
Ya Tuhan, apa dia mengenaliku? Bodoh, mana mungkin dia tidak mengenali wajahku. Bagaimana ini?
Nara langsung melepaskan tubuhnya dari pelukan Zayyan. Melihat tatapan pria itu dari kaca spion di atas kemudi itu membuat Nara sedikit takut.
"Sudah diam! Kau hanya perlu mengemudi dengan benar" tegas Zayyan.
Pria itu tertawa, seolah lucu mendengar apa yang di ucapkan oleh Zayyan barusan. "Sepertinya ucapanku benar ya, kau sudah terjebak dengannya"
"Axel, kau diam atau aku saja yang menyetir!" tekan Zayyan, dia melihat wanitanya yang tidak nyaman dengan semua perkataan Axel barusan.
Zayyan mencoba meraih tangan Nara, namun gadis itu langsung menghindarinya. Seolah tidak ingin menunjukan kemesraan untuk saat ini karena ada Axel disana.
"Sayang, kamu tidak usah takut. Dia teman dekatku. Dia tidak akan berani mengatakan hubungan kita pada siapapun" ucap Zayyan, mencoba untuk menenangkan Nara yang sedang cemas.
Nara menatap pada Zayyan, dia benar-benar cemas sekarang. Apalagi saat dia mengenali pria itu, dan pastinya Axel akan tahu apa yang pernah terjadi diantara dirinya dan Zayyan saat di Villa waktu itu.
Axel tertawa pelan melihat ekspresi wajah Nara yang begitu cemas dari kaca sepion di atasnya. "Tenang saja, aku tidak akan mengkhianati sahabatku itu. Dia sudah pernah terkhianati, jadi aku adalah teman terbaiknya. Benar 'kan Tuan Zayyan yang terhormat?"
Zayyan hanya mendengus pelan, dia menendang kursi depan yang di duduki oleh Axel itu. Dia menatap wanitanya yang masih terlihat cemas, dia meraih tangan Nara dan untuk kali ini Nara tidak menolaknya.
"Sudah tenang, kalau dia berani macam-macam padamu, dia sudah pasti habis di tanganku!" ucap Zayyan.
Nara mulai menghilangkan kecemasan dalam dirinya, meski dia tetap tidak bisa benar-benar tenang saat ini. Namun dia mencoba untuk percaya dengan ucapan Zayyan barusan.
"Tenang saja, aku Axel Sandriaga. Kamu bisa panggil aku Axel, atau panggil Sayang juga boleh" ucap Axel dengan terkekeh pelan.
Zayyan langsung menendang kursi yang di duduki Axel itu. "Berani kau menggoda wanitaku, aku pastikan kau tidak akan aman!"
"Haha, iya, iya. Ampun Tuan Muda"
Nara hanya diam saja melihat perdebatan dua orang pria ini. Dia menatap Zayyan yang memberi sebuah ancaman pada temannya itu sama sekali tidak main-main. Dari nada bicaranya, tatapan matanya, semuanya itu membuat merinding bagi Nara.
Dia memang menakutkan kalau sedang kesal dan marah seperti ini.
Nara jadi teringat kejadian saat di Hotel, ketika Nara hanya bertanya misalkan ada pria yang menghubunginya, kemarahan Zayyan sungguh tidak terduga.
"Sudah sini, biarkan si gila itu berbicara sendiri. Jangan menanggapinya" ucap Zayyan, dia meriah tubuh Nara dan kembali memeluknya.
Nara menghela nafas pelan, dia menyandarkan kepalanya di dada Zayyan. Mendongak dan menatap wajah kekasihnya itu yang terlihat semakin tampan saja. Hidung mancungnya terlihat jelas dilihat dari bawah seperti ini, belum lagi lehernya yang putih besih dan saat dia menelan ludah, sungguh membuat Nara terkagum.
Apaan si Nara, kenapa otakmu jadi mesum begini.
Nara langsung menundukan kembali wajahnya, tidak ingin terus memperhatikan wajah dan leher Zayyan yang akhirnya malah membuat dia menelan liurnya sendiri. Dasar Nara.
Ketika sudah sampai di depan rumah Nara, dia baru terlepas dari pelukan kekasihnya itu. "Aku pulang dulu ya. Em, kamu juga langsung pulang dan istirahat ya"
Zayyan mengangguk dan tersenyum, dia membawa tangan Nara yang sejak tadi berada di dalam genggamannya ke arah pipi. Membiarkan tangan Nara menangkup pipinya. Rasanya dia masih belum rela berpisah dengan wanita yang telah berhasil membuka hatinya kembali yang sempat tertutup rapat.
"Sayang, besok aku jemput kamu ya" ucap Zayyan.
Nara hanya tersenyum dan mengangguk saja. "Yaudah aku turun dulu ya. Em, Kak Axel, terima kasih sudah antar aku"
Axel langsung tersenyum lebar saat mendapatkan ucapan terima kasih dari Nara. "Sama-sama"
"Tidak perlu berterima kasih padanya!" ketus Zayya, jelas sekali kalau tatapan matanya sangat tidak suka ketika Nara berbicara dengan temannya itu.
Nara tersenyum pada kekasihnya itu, dia mengelus pipi Zayyan dengan lembut. "Dia temanmu 'kan? Aku hanya menghargai dia sebagai teman kamu, Sayang"
Nara mengecup punggung dan telapak tangan Zayyan. Sesungguhnya dia juga sangat tidak ingin berpisah dengan Zayyan. Karena hanya saat bersama pria ini, maka dia bisa sedikit saja melupakan semua permasalahan di rumahnya yang tidak akan ada selesainya.
"Sudah ya, aku turun dulu. Hati-hati di jalan, nanti kabari aku kalau sudah sampai rumah" ucap Nara.
Zayyan mengecup bibir Nara dua kali, lalu dia mengecup kedua pipinya juga, hingga terakhir dia mengecup keningnya dengan lembut. Nara hanya tersenyum saja atas apa yang dilakukan oleh kekasihnya ini. Sepertinya mereka lupa kalau ada orang lain juga di dalam mobil itu.
"Isi amunisi sampai besok kita bertemu lagi" ucap Zayyan. Dia mengelus kepala Nara. "Tidur dengan baik ya"
Nara mengangguk, akhirnya dia bisa turun dari dalam mobil setelah melewati banyak drama perpisahan. Sebenarnya dia juga merasa aneh kenapa sampai seperti ini saat bersama Zayyan. Seolah tidak mau berpisah dan ingin selalu bersama.
"Sungguh kalian tega sekali, padahal ada aku disini sebagi jomblo" ucap Axel dengan sedikit medramatis.
Zayyan hanya mendengus pelan. "Cepat antarkan aku ke Apartemen!"
"Kau tidak akan pulang ke rumah? Maura terus menghubungiku dan menanyakan tentangmu" ucap Axel.
Zayyan tidak menjawab, dia hanya diam saja sambil menatap keluar jendela mobil. Melihat itu, hanya membuat Axel menghembuskan nafas pelan, dan dia tidak lagi bertanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
lanjut kak tetap semangat ya upnya 💪💪💪
2024-02-13
0