Nara masih membeku di tempatnya dengan apa yang dilakukan oleh Zayyan barusan. Hangat bibirnya masih begitu terasa di keningnya. Nara memegang keningnya sendiri dengan wajah yang terasa memanas. Sepertinya wajahnya saat ini sudah sangat memerah.
"Ayo, bukannya ingin makan nasi goreng?" ucap Zayyan yang melihat Nara malah diam saja, sementara dirinya sudah mulai berjalan.
Nara langsung mengerjap kaget, rasanya dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Zayyan lakukan padanya. "Kenapa dia mencium keningku? Ah, membuat jantung orang tidak aman saja"
Nara segera berjalan menyusul Zayyan yang sudah berjalan lebih dulu. Dia tersenyum padanya, mencoba untuk terlihat biasa saja dan menyembunyikan kegugupannya.
"Ayo"
Lagi, Nara dibuat berdebar dengan apa yang Zayyan lakukan. Dia lagi-lagi menggandeng tangannya, sudah seperti sepasang kekasih saja. Memikirkan hal itu, entah kenapa malah membuat Nara tersenyum tak jelas.
Apasi Nara, jangan terus berpikiran yang tidak-tidak.
Nara menggeleng pelan dengan apa yang ada di pikirannya itu. Seharusnya dia tidak berpikir tentang hal ini. Namun, entah kenapa pikirannya ini seolah terus berpikir hal yang sama ketiak dia sedang bersama dengan Zayyan. Dan sialnya hatinya dan gerak tubuhnya juga sering mengkhianati akal sehatnya.
Memesan dua porsi nasi goreng untuk makan malam mereka berdua kali ini. Sudah duduk di sebuah kursi kayu yang tersedia dan meja yang seadanya. Namun meja yang menghadap ke jalan, memperlihatkan lalu lalang kendaraan yang mengisi jalanan malam hari, juga lampu-lampu jalan yang berkelip memancarkan cahayanya di kegelapan.
Sebuah kedai sederhana, yang sebagian orang menengah ke atas mungkin tidak akan mau akan mau makan di tempat seperti ini. Zayyan menatap Nara yang terlihat senang bisa makan disini. Beberapa kali dia melihat senyuman indah di wajah cantiknya. Nara yang bahkan tidak merasa risih saat makan di tempat seperti ini. Bagaimana dia akan risih, sementara dia duluan yang mengajak Zayyan untuk makan di tempat ini.
Dia memang wanita yang berbeda. Aku melihat kesederhanaan yang apa adanya.
Zayyan terus memandangi Nara yang sedang menatap suasana malam di Kota ini. Sesekali bibir tipis itu tersenyum sendiri, membuatnya semakin terlihat cantik di mata Zayyan.
Sial, sepertinya aku memang sudah jatuh cinta padanya.
Zayyan seolah sadar jika semakin hari perasaannya ini tak tertahankan dan terkendali lagi. Mungkin memang benar jika saat ini Zayyan sedang kembali jatuh cinta pada Nara. Meski dirinya terus membantah, karena menganggap kalau dirinya tidak akan pernah jatuh cinta lagi setelah di khianati oleh Maura. Tapi, nyatanya semua itu terpatahkan saat dia bertemu dengan Nara saat ini.
"Silahkan dinikmati" Si penjual nasi goreng datang dengan memberikan pesanan mereka.
Nara langsung tersenyum pada si penjual dengan ramah. "Terima kasih"
Tatapan mata Zayyan langsung menyipit tajam, entah dia sadar atau tidak dengan reaksinya yang tiba-tiba itu hanya melihat Nara tersenyum pada si penjual nasi goreng yang seorang pria.
"Jangan tersenyum seperti itu!" tekan Zayyan.
Nara langsung menoleh padanya dengan sedikit bingung, mengerutkan keningnya atas ucapan Zayyan yang memang membingungkan.
"Maksudnya Pak?" tanya Nara.
Zayyan mendengus kesal, dia memalingkan wajahnya. Tidak ingin terlihat kalau dia sedang marah karena Nara yang tersenyum pada pria lain.
"Kau sadar jika senyumanmu terlalu manis. Jangan tersenyum seperti itu pada siapapun, kecuali aku!"
Zayyan, apa yang kau lakukan? Ucapanmu seolah mengklaim jika Nara adalah milikmu. Zayyan memejamkan matanya saat dia sadar dengan ucapannya yang mungkin akan semakin membuat Nara merasa bingung. Namun, memang Zayyan tidak bisa lagi menahan diri, semua perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Nara semakin bingung dengan ucapan Zayyan barusan, namun bibirnya menahan senyum mendengar ucapan Zayyan itu. Entahlah, apa yang sebenarnya sedang terjadi diantara mereka. Namun, Nara malah merasa senang dengan ucapan Zayyan barusan. Padahal jelas diantara mereka tidak ada hubungan yang serius yang bisa membuat Zayyan berkata seperti orang yang sedang cemburu.
"Em Pak, apa anda cemburu?" Gila, kenapa menanyakan hal itu, Nara?!
Hatinya memaki sendiri atas pertanyaan barusan. Padahal seharusnya pertanyaan itu hanya terlintas dalam ingatannya saja, tidak perlu dia ucapkan secara langsung pada Zayyan.
"Memangnya kenapa? Tidak boleh aku cemburu padamu?"
Ada apa dengan mereka ini? Yang satu bertanya seolah dirinya sedang dicemburui oleh seorang kekasih. Dan yang satu juga mengklaim kalau memang dirinya sedang cemburu. Padahal keduanya juga sadar jika tidak ada hubungan apapun.
Nara tersenyum saja, dia menggeleng pelan untuk mewaraskan dirinya sendiri. "Haha, anda memang pandai bercanda. Masa cemburu pada Sekretaris sendiri. Sudahlah, ayo makan dulu. Nanti keburu dingin nasi gorengnya"
Zayyan tersenyum malu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia segera memakan nasi goreng miliknya, namun baru saja dia mengunyah nasi goreng itu, dia langsung merasa mulutnya panas seperti terbakar. Wajahnya memerah sampai ke telinganya juga.
"Pak, sepertinya nasi goreng kita tertukar" ucap Nara.
Dia langsung memberikan minum pada Zayyan yang kepedasan. Mengambil tisu dan mengelap bibirnya dengan lembut. Zayyan langsung terdiam dengan apa yang Nara lakukan ini, tangannya yang berada di bibirnya dengan selembar tisu yang dia gunakan untuk mengelap bibirnya.
"Masih pedas Pak? Minum kagi" ucap Nara sambil memberikan lagi minum pada Zayya yang terlihat masih kepedasan.
Zayyan kembali mengambil gelas yang di sodorkan oleh Nara, dia langsung meminumnya karena merasa mulutnya sudah seperti terbakar sekarang.
Nara jadi panik dan bingung sendiri, sepertinya memang Zayyan tidak biasa memakan makanan pedas. Nara ingat sesuatu, dia merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan satu permen dan memberikannya pada Zayyan.
"Makan permen ini Pak, agar rasa pedasnya hilang" ucap Nara.
Zayyan langsung mengambil permen dari Nara dan memakannya. Dia merasa lebih baik, rasa pedas yang dia rasakan sedikit tersamarkan dengan rasa manis dari permen itu.
"Apa sudah lebih baik?" tanya Nara.
Zayyan mengangguk, dia tersenyum tipis ketika melihat Nara yang begitu khawatir padanya hanya karena dia kepedasan seperti ini.
"Makanlah" ucap Nara.
Nara mengangguk, dia langsung mengambil piring nasi goreng yang berada di depan Zayyan karena pesanan mereka yang tertukar. Namun, tangannya langsung di tahan oleh Zayyan, membuat Nara langsung menoleh padanya dan menatapnya dengan bingung.
"Kenapa Pak? Ini nasi goreng pesanan saya. Punya kita tertukar" ucap Nara.
"Jangan makan yang ini, aku saja sampai merasa mulutku hampir terbakar. Kau bisa sakit perut jika makan nasi goreng itu" ucap Zayyan.
Nara tersenyum, dia tetap mengambil piring nasi goreng itu. "Tenang saja Pak, aku memang suka pedas"
Zayyan hanya terdiam melihat Nara yang memakan nasi goreng itu dengan biasa saja. Padahal dia saja sampai merasa mulutnya terbakar karena pedas.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rahma Intan
/Angry/
2025-01-01
0