Zayyan benar-benar memperhatikan Nara saat ini. Bagaimana dia yang memang terlihat berbeda, lebih banyak diam dan juga tidak seceria biasanya. Saat mereka sudah berada di depan pintu kamar mereka yang bersebrangan di penginapan ini. Zayyan menghampiri Nara dan mengelus kembali kepalanya, entah kenapa dia suka melakukan ini. Seolah sedang menyayangi anak kucing yang menggemaskan.
"Istirahatlah, nanti malam kita akan pergi jalan-jalan untuk melihat-lihat di Kota ini" ucap Zayyan.
Nara mengangguk saja, dia langsung masuk ke kamarnya. Selain suasana hatinya yang sedang tidak baik, dia juga bisa meraskan detak jantungnya yang berdetak kencang dengan apa yang terus Zayyan lakukan padanya. Nara bersandar di pintu yang tertutup, memegang kepalanya kembali dengan perasaan yang tak karuan.
"Kenapa dia jadi suka mengelus kepalaku? Ah, apa kamu ini Nara. Kenapa malah tersentuh dengan ini"
Nara menggeleng pelan saat dia mungkin berpikir merasa sangat tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Zayyan barusan. Padahal dia sendiri yang membuat benteng besar pertahanan, tapi sepertinya benteng pertahanan itu sudah tidak kokoh lagi dan mulai runtuh oleh Zayyan.
Nara berjalan ke arah tempat tidur, langsung merebahkan tubuhnya dengan terlentang disana. Menatap langit-langit kamar dan terus menghela nafas berat.
"Kenapa harus bertemu dengan dia lagi. Aku sudah senang saat dengar dia pindah ke Luar Kota. Tapi malah bertemu lagi"
Nara menghembuskan nafas berat, sekarang bahkan dirinya saja tidak mempunyai pertahanan ketika melihat kembali mantan suaminya. Air matanya menetes begitu saja.
Pria yang membuatnya jatuh cinta dan mantap untuk membina sebuah pernikahan yang bahagia bersamanya. Meminta restu orang tua dan keluarga sampai akhirnya menikah. Tapi sayang, semua perjalanan itu tidak berakhir bahagia. Lihatlah bagaimana pernikahan yang baru berusia beberapa bulan, yang seharusnya menjadi sebuah pernikahan yang bahagia. Namun, Nara harus menemukan bahwa suaminya bersama sahabatnya sendiri yang dahulu begitu mendukung hubungan mereka berdua.
Nara menghapus kasar air matanya yang terus mengalir melalui sudut matanya, menetes membasahi seprei. Semua bayangan ketika dia melihat Andre berciuman dengan Jeslyn, adalah bayangan terburuk yang sampai saat ini belum bisa dia lupakan.
"Aku tidak boleh lemah begini. Bukankah sudah berlalu 6 bulan yang lalu, kenapa masih saja mengingatnya"
Nara terus mencoba untuk menghentikan tangisannya saat ini. Namun begitu sulit, apa yang harus dia lakukan saat ini? Semuanya terlalu menyakitkan dan masih membekas sampai saat ini. Luka yang terlalu dalam itu, sulit untuk disembuhkan.
*
Di dalam kamarnya, Zayyan hanya berdiri diam di depan jendela kamar yang begitu besar. Dia masih memikirkan tentang ekspresi wajah Nara yang tiba-tiba berubah sejak mereka datang ke Kota ini. Membuat Zayyan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Nara.
"Sebenarnya dia kenapa ya? Apa mungkin aku melakukan kesalahan? Tapi aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun padanya. Saat masih di Pesawat, dia masih terlihat baik-baik saja"
Zayyan masih memikirkan tentang Nara, dia bahkan tidak bisa jika sehari saja tidak memikirkan gadis itu. Membuat dia benar-benar tidak bisa menahan diri lagi sekarang. Meski awalnya dia menyangkal dan mempertanyakan perasaannya yang dia anggap tidak mungkin untuk jatuh cinta lagi. Tapi ternyata selama tiga minggu ini bersama Nara, dia mematahkan semua persepsi dirinya sendiri itu.
"Sepertinya memang aku telah jatuh cinta padanya"
Zayyan jadi ingat saat bertemu pertama kali dengan Nara.
Saat itu dia sedang memandang luasnya lautan di hari yang sudah petang. Matahari tenggelam terlihat sangat indah dengan sinar orange nya yang perlahan menghilang di ufuk barat. Zayyan menyadari jika ada seorang perempuan yang berdiri beberapa meter darinya.
Angin yang menerpa wajahnya membuat rambutnya sedikit berantakan dan ada yang sampai menutupi wajahnya. Dia benarkan rambutnya itu dengan menyalipkan ke belakang telinga.
Pada saat itu, Zayyan hanya tersenyum sendiri ketika melihat Nara. Padahal tidak ada hal yang spesial yang dilakukan oleh Nara, tapi entah kenapa dia cukup menggetarkan hatinya sampai menghampirinya.
Awalnya memang Zayyan berniat bermain-main saja dengan Nara. Tidak menyangka juga jika Nara akan mau saat dia mengajaknya untuk pergi ke pesta yang di adakan di Villa. Sampai setelah malam itu dan mereka bermalam bersama, melihat Nara yang lebih dulu mengatakan untuk melupakannya tanpa meminta kompensasi apapun dari Zayyan. Membuat dia sedikit kebingungan dan terus kepikiran Nara sampai mereka bertemu kembali di Perusahaan Ayahnya.
Sekarang Zayyan berpikir, apa mungkin dirinya memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Nara sejak di Pantai waktu itu?
Saat hari sudah malam, Zayyan keluar kamarnya dan mengetuk pintu kamar hotel yang ditempati oleh Nara. "Nara, ayo kita keluar untuk jalan-jalan dan cari makan diluar"
Pintu kamar terbuka, menampilkan Nara yang baru saja selesai mandi. Dia masih memegang handuk kecil di tangannya untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. Dia sudah memakai pakaian lengkap, hanya saja belum benar-benar siap untuk di ajak pergi oleh Zayyan malam ini.
"Pak, saya belum siap. Tunggu sebentar ya" ucap Nara yang langsung menutup kembali pintu kamarnya.
Zayyan hanya tersenyum saja, merasa lucu dengan wajah polos Nara yang baru saja selesai mandi. Bibirnya yang berwarna merah muda alami tanpa polesan pewarna bibir seperti biasanya. Lagi, hati Zayyan bergetar hanya karena hal yang sebenarnya biasa saja. Tidak ada hal yang dilakukan Nara yang spesial.
Beberapa menit kemudian, Nara kembali keluar dari kamarnya. Dia sudah siap dengan memakai mantel dan juga rambut yang dibiarkan tergerai begitu saja. Zayyan tersenyum melihat itu.
"Kita berangkat sekarang"
Nara terdiam saat tangan Zayyan yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Jantungnya sudah kembali berdebar kencang, padahal dia mencoba untuk menahannya. Namun, apa bisa di tahan ketika perasaannya sudah membelenggu hatinya.
"Ayo" ucap Zayyan yang menoleh pada Nara yang malah diam saja saat dia ajak untuk segera pergi.
Nara langsung mengerjap pelan, dia mengikuti langkah Zayyan tanpa mencoba untuk melepaskan gandengan tangan pria itu. Sepertinya Nara memang menerimanya.
Mereka pergi keluar hotel, mencari udara segar dengan berjalan-jalan di pinggir jalan. Saling bergandengan tangan di bawah sinar lampu jalanan yang menerangi. Sudah seperti pasangan saja.
"Mau makan dimana?" tanya Zayyan.
Nara sedikit berpikir, bahkan dia saja tidak merasa risih lagi dengan genggaman tangan Zayyan itu. Nara melihat sebuah kedai nasi goreng di pinggir jalan, membuat dia langsung menarik tangan Zayyan untuk menyebrangi jalan.
"Kita makan disana saja" tunjuk Nara pada kedai nasi goreng itu.
Zayyan tersenyum, dia ikut setengah berlari saat Nara berlari begitu antusias untuk makan disana. Sampai Zayyan menarik tangan Nara sampai tubuhnya langsung berbalik dan jatuh dalam pelukannya. Nara terdiam dengan detak jantung yang semakin kencang. Wajahnya yang sekarang berada tepat di dada Zayyan.
Zayyan mengelus kepala Nara dan mengecup keningnya. "Berjalan dengan benar, tidak perlu lari. Kau bisa jatuh"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
waduh tambah klepek² lah si Nara sama perlakuan Zayyan ke Nara
2024-02-10
0