Setelah pulang liburan, hanya dua hari berada di rumah dan Nara hanya berdiam diri di rumah dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja lagi setelah mengambil cuti liburannya.
Nara bekerja sebagai Sekretaris pemilik Perusahaan ini. Dia termasuk orang yang bisa diandalkan untuk beberapa pekerjaan. Seperti tentang dia mengatur semua jadwalnya dan juga dia yang mengatur semua pertemuan penting untuk Bosnya ini.
"Nara, masuk ke ruangan saya sebentar"
"Baik Pak"
Nara menyimpan kembali telepon seluler di atas mejanya. Lalu segera masuk ke dalam ruangan Bosnya, dia baru datang dan belum bertemu dengan Bosnya karena sedang mengatur pertemuannya dengan beberapa klien penting. Namun, saat dia masuk ke dalam ruangan Bosnya, dia terdiam saat melihat seorang pria yang duduk di sofa.
Tuhan apa ini? Kenapa dia bisa berada disini?
Nara mengerjap pelan, takut jika penglihatannya yang salah. Namun jelas dia tidak mungkin salah melihat saat ini. Kejadian itu hanya terjadi tiga hari yang lalu. Jelas, Nara masih mengingat wajahnya.
"Anara, kenapa kamu malah bengong di sana?"
Nara langsung mengerjap kaget, dia segera berjalan ke arah meja kerja Bosnya. Sementara pria yang tadinya sedang fokus pada sebuah map di tangannya, langsung mendongak saat mendengar Ayahnya memanggil Nara. Dia menatap Nara dengan tatapan penuh arti.
"Semua jadwal Bapak hari ini adalah..."
"Aku memanggilmu bukan untuk itu, sekarang kau berikan jadwalku padanya" tunjuk Pak Edgar pada pria yang duduk di sofa.
Nara langsung mengerjap kaget, bahkan dia sengaja untuk menghindari bertatapan dengan pria itu. Tapi Bosnya ini malah sengaja membuatnya berbicara dengan pria itu.
"Maaf Pak?" ucap Nara yang masih kebingungan dan belum merasa jelas dengan ucapan Pak Edgar barusan.
"Dia adalah Putraku, sekarang dia sudah harus mulai mempelajari semua tentang Perusahaan. Karena dia akan segera menggantikanku. Jadi untuk jadwal hari ini, kamu berikan saja pada dia. Biarkan dia mengetahui semua rekan bisnis kita" jelas Pak Edgar.
Nara terdiam dengan terkejut atas ucapan Pak Edgar barusan. Dia tidak salah dengar 'kan? Jelas Pak Edgar mengatakan kalau pria yang duduk di sofa itu adalah anaknya. Sungguh rasanya Nara ingin untuk menghilang saja saat ini.
"Tapi Pak, kenapa saya? Lagian klien kita itu bekerjasama dengan Bapak, apa bisa di gantikan?" Ayo Nara, mencoba untuk mencari alasan yang tepat.
Pak Eedgar tersenyum. "Kamu tahu kalau aku begitu percaya padamu. Pastinya kamu akan bisa membimbing dia untuk memimpin Perusahaan ini dengan baik. Urusan para klien, kamu tinggal bilang kalau Zayyan ini adalah anakku"
Nara terdiam, dia menghela nafas panjang karena jelas dia tidak akan bisa menolak lagi saat ini. Sekarang bahkan dirinya saja tidak mengerti harus melakukan apa, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Bosnya saja sudah mengambil keputusan, jadi tidak mungkin juga Nara akan membantahnya.
"Sekarang kamu urus dia, saya ada liburan dengan istri saya selama satu bulan. Jadi dia yang akan menanggung jawab semua pekerjaan saya"
Ah, jika sudah seperti ini, Nara benar-benar tidak bisa menolak lagi sekarang. Sudah pasti kalau Pak Edgar memang merencanakan semuanya sejak awal. Tapi kenapa harus dia? Kenapa harus pria itu? Ah, rasanya Nara ingin berteriak kesal saat ini.
"Pak, saya tidak yakin bisa bekerja dengan baik seperti saya sama Bapak" ucap Nara dengan wajah memohon agar Bosnya membatalkan semua ini.
Pak Edgar berdiri dari duduknya, dia mengancingkan kancing jasnya lalu menghampiri Nara yang sejak tadi berdiri di depan meja kerja. Pak Edgar menepuk bahu Nara.
"Kamu pasti bisa, lagian kemarin sudah liburan selama satu minggu. Sekarang pasti sudah terkumpul semua tenaga baru. Dan sekarang giliran saya yang liburan" ucapnya sambil terkekeh.
Nara hanya tersenyum masam dengan ucapan Pak Edgar barusan. Tentu saja dirinya sudah tidak bisa menolak lagi. Bahunya langsung lemas begitu saja.
"Zayyan, sini kamu!" ucap Pak Edgar sambil melambaikan tangannya pada anaknya itu.
Zayyan yang sejak tadi hanya diam dan menyimak percakapan diantara keduanya itu, lalu langsung berdiri ketika Ayahnya menyuruhnya untuk menghampiri mereka. Tatapan Zayyan yang begitu tajam menusuk, selalu tertuju pada Nara. Sebenarnya dia juga tidak pernah mengerti kenapa bisa bertemu lagi dengan wanita ini. Namun, Zayyan cukup senang juga, meski dia tidak tahu kenapa dirinya bisa merasa senang seperti ini.
"Ini adalah anakku, Arya Zayyan Sugarda. Kamu panggil dia Zayyan saja" ucap Pak Edgar memperkenalkan anaknya.
Nara menghembuskan nafas pelan, masih tidak percaya dengan takdir seperti ini. Lalu dia mengangguk dengan hormat pada Zayyan.
"Saya Nara, Pak Zayyan"
"Mulai sekarang, kamu bekerja dengan dia, Zay. Dia adalah Sekretaris andalan Papa. Namanya Anara Malika" ucap Pak Edgar.
Zayyan tersenyum dengan terus menatap Nara, jelas dari tatapannya itu seolah menyimpan sebuah arti yang besar. Zayyan mengulurkan tangannya pada Nara untuk berjabat tangan dan berkenalan.
"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik"
Nara menatap tangan Zayyan yang terulur padanya, hanya bisa menghela nafas pelan dan perlahan menjabatnya meski sedikit ragu.
"Iya Pak"
Pak Edgar tersenyum, dia merasa kalau kali ini anaknya akan benar-benar serius belajar akan bisnis dan menjadi pemimpin Perusahaan ini.
"Baiklah, kalau begitu semuanya aku serahkan pada kalian berdua. Zayyan, Papa pergi dulu" ucap Pak Edgar sambil menepuk bahu anaknya.
Zayyan mengangguk dengan hormat. "Baik Pa, selamat bersenang-senang dengan liburanmu dan Mama"
Setelah Pak Edgar keluar dari ruangan ini, Zayyan langsung duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Ayahnya. Menatap Nara yang berdiri di depannya.
"Jadi, apa saja jadwalku hari ini?" tanya Zayyan.
Nara memejamkan matanya pelan, dia berbalik badan dan menatap Zayya sekilas. Lalu dia menyebutkan beberapa jadwal pekerjaan Zayyan hari ini. Kali ini dia sedang berada di mode serius dalam pekerjaannya.
Zayyan mengangguk mengerti atas penjelasan Nara barusan. "Bahan meeting yang harus aku pelajari sebelum meeting, yang mana?"
Nara memberikan ipad di tangannya dan memperlihatkan bahan meeting yang akan nanti di bahas di meeting pertama hari ini.
"Kalau begitu aku pelajari ini dulu" ucap Zayyan.
Nara mengangguk. "Meetingnya masih berlangsung setengah jam lagi. Kalau begitu saya permisi keluar dulu, Pak"
Melihat Zayyan yang hanya mengangguk saja, membuat Nara segera keluar dari ruangan itu. Dia kembali ke meja kerjanya dan memegang dadanya dengan tangan bergetar. Dia menjatuhkan kepalanya di meja kerja dengan menjerit tanpa suara.
"Kenapa harus bertemu dengan dia lagi?"
Nara mengerjap pelan, lalu dia kembali menegakkan tubuhnya. "Sepertinya dia juga tidak ingat dengan aku. Buktinya barusan saat kita berdua saja, dia sama sekali tidak membahasnya. Ah iya, dia pasti sudah sering bermalam dengan banyak wanita. Jadi pasti akan mudah lupa"
Nara tersenyum sendiri, dia mengingat ucapan Zayyan saat malam itu. Bagaimana dia yang meminta Nara untuk melupakannya setelah kejadian malam itu. Jadi, sekarang Nara sudah tidak perlu merasa takut lagi, karena Zayyan pasti melupakan semuanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
kamu harus lebih waspada ya Nara Zayyan bukan ngak ingat sama kamu tapi dia pasti ada rencana licik buat kamu
2024-02-03
0