Sepulang dari Villa dengan liburannya bersama teman-teman, Zayyan kembali pulang ke rumahnya. Ketika saat diluar dia selalu merasa tenang dan bisa tertawa dengan lepas. Tapi sekarang saat dia sudah berada di rumah, Zayyan bahkan tidak mempunyai alasan untuk itu.
"Pulang juga akhirnya"
Zayyan menoleh pada seorang wanita yang berdiri bersandar di dinding dengan bersidekap dada. Menatap Zayyan dengan tatapannya yang tajam.
"Kenapa harus pulang, kalau memang masih senang untuk bersama teman-temanmu itu. Tidak usah pulang saja sekalian!"
Zayyan membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah. Berlalu ke kamarnya tanpa memperdulikan istrinya.
"Zayyan, kamu itu kenapa? Aku memohon dan meminta maaf padamu, kenapa masih seperti ini padaku?!" teriak Maura sambil memegang tangan Zayyan sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Zayyan menghempaskan tangan Maura yang memegang lengannya. "Aku malas berdebat, Maura. Aku lelah dan ingin istirahat"
Zayyan masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengunci pintu. Hal itu membuat Maura sangat kesal. "Dia tidak bisa lepas dariku apapun itu alasannya. Biarkan saja jika dia ingin menikmati banyak wanita di luar sana, yang jelas aku harus tetap menjadi istrinya"
Namun di dalam kamar, Zayyan hanya sedang diam terduduk di atas sofa dengan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Memejamkan matanya hanya untuk menghilangkan segala setres dalam dirinya ini. Tapi tiba-tiba malah bayangan kejadian malam di Villa yang terlintas dalam ingatannya. Bertemu dengan gadis di Pantai hingga akhirnya bermalam bersama.
"Dia bukan wanita biasa"
Zayyan memang menjadi penggila wanita sejak dia mengetahui jika istrinya sendiri telah berselingkuh dengan temannya. Namun, dia tidak bisa menceraikan dia karena orang tuanya dan juga Maura yang terus meminta agar dia memberikan kesempatan kedua untuknya. Tapi, ternyata setelah ada sebuah noda perselingkuhan dalam pernikahan, maka sebuah pernikahan itu tidak akan berjalan seperti dulu lagi. Zayyan cenderung sangat dingin pada Maura dan hanya berbicara seadanya.
Dan biasanya semua wanita yang tidur dengannya, hanya untuk semalam saja dan semuanya selalu meminta bayaran yang cukup atas kerja kerasnya memuaskan Zayyan. Tapi kali ini, dia merasa heran dengan wanita itu yang bahkan tidak meminta dirinya sedikit uang pun. Bahkan dia langsung pergi begitu saja.
"Ah, kenapa aku malah terus memikirkannya"
Zayyan merasa heran dengan dirinya sendiri, kenapa dia malah memikirkan tentang wanita yang bermalam dengannya. Padahal jelas sekali kalau dia tidak biasa seperti ini jika setelah bermalam dengan wanita mana pun.
"Aku sendiri yang memintanya untuk melupakan semua yang terjadi. Kenapa sekarang malah aku yang sulit melupakannya?"
Zayyan menggelengkan kepalanya, mengusir bayang-bayang dari kejadian malam itu. "Sial, aku harus melupakan dia"
Zayyan langsung masuk ke dalam kamar mandi, hanya untuk berendam dan mencoba melupakan wanita yang dia temui di Pantai.
*
Zayyan menyelesaikan meeting pertamanya hari ini dengan sukses. Bagaimana dia melihat kemampuan Nara dalam berbicara untuk menjelaskan semua topik meeting kali ini. Zayyan hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.
"Pak Zayyan, saya sudah pesan Restoran untuk anda makan siang. Kita sebaiknya segera berangkat, karena setelah makan siang, kita langsung bertemu dengan klien dari Perusahaan xx" ucap Nara sambil melihat ipad di tangannya, mengecek jadwal Zayyan hari ini.
Zayyan berhenti secara tiba-tiba, sampai Nara yang sedang fokus dengan ipadnya langsung menabrak punggungnya. Nara begitu terkejut dengan itu, memegang dahinya yang membentur punggung bidang itu.
Zayyan langsung berbalik dan menatap Nara dengan lekat. "Kenapa cepat sekali? Apa tidak ada waktu istirahat sebentar saja untukku?"
Nara menghela nafas pelan. "Memang terkadang seperti ini, Pak. Tapi kalau memang sedang senggang, kadang seharian tidak ada jadwal pertemuan dan meeting"
"Baiklah"
Nara mengangguk saja, dia membiarkan Zayyan masuk ke dalam ruangannya. Lalu dia kembali ke meja kerjanya yang berada di depan ruangan Zayyan itu.
"Dia itu sudah dewasa, kenapa seperti belum pernah berpengalaman bekerja apapun. Tapi aku lihat saat dia berbicara dengan klien tadi, seperti sudah begitu biasa menghadapi klien"
Nara yang sedang merasa bingung dengan sikap Zayyan. Dia menghembusan nafas kasar. "Ah, untuk apa juga aku memikirkannya. Terserah dia mau seperti apapun"
Pintu ruangan yang terbuka membuat Nara langsung berdiri dan mengambil tasnya juga map di atas mejanya untuk bahan meeting siang ini.
Tidak bicara apapun, Nara berjalan di belakang Zayyan. Saat di dalam lift pun, dia masih diam saja. Karena memang dia tidak ingin banyak bicara dengan Zayyan, selain tentang pekerjaan.
Saat mereka keluar dari lift dan berjalan di Lobby Kantor, semua orang menatap Zayyan dengan penuh kagum. Sebenarnya belum ada yang tahu siapa sebenarnya Zayyan. Karena Pak Edgar yang belum mengumumkan secara resmi kalau dia akan mundur dan di gantikan oleh anaknya.
"Sekretaris Anara"
Panggilan seseorang membuat Nara menoleh, dia tersenyum pada teman kerjanya itu. Sementara Zayyan juga ikut berhenti melangkah dan menata seorang pria yang menghampiri Nara.
"Rifai, ada apa? Sudah makan siang?" tanya Nara.
"Baru mau ke Kantin, kamu sudah makan Nar?"
Nara menggeleng pelan, dia menepuk bahu Rifai dengan menghela nafas lelah. "Biasa, aku makan diluar karena ada rapat siang ini"
Rifai mengangguk mengerti, lalu dia menatap Zayyan. Seperti yang lainnya, Rifai juga merasa heran dan bingung dengan keberadaan Zayyan disana yang tidak dia kenal.
"Dia siapa, Nar?" bisik Rifai sambil melirik ke arah Zayyan.
"Anaknya Pak Edgar, dia yang akan menggantikan Pak Edgar selama satu bulan ini" jawab Nara dengan berbisik juga.
Rifai terlihat sangat terkejut dengan ucapan Nara, dia memang pernah mendengar tentang anaknya Pak Edgar itu, tapi tidak pernah tahu yang mana orangnya.
"Anara, apa kau akan tetap disana?" ucap Zayyan dengan penuh penekanan.
Nara langsung terdiam, dia menepuk bahu Rifai. "Aku pergi dulu ya, nanti aku ke rumahmu"
Rifai mengangguk saja.
Rumahmu? Kening Zayyan mengerut tajam saat mendengar ucapan Nara barusan. Hatinya seolah bergemuruh tidak suka dan marah. Namun dia langsung menggeleng cepat untuk menghilangkan perasaan aneh ini dalam dirinya.
"Mari Pak"
Zayyan mengerjap pelan, dia melihat Nara yang sudah membukakan pintu mobil belakang untuknya. Lalu dia masuk tanpa banyak berkata, Zayyan melihat Rifai yang masih menatap ke arah mereka.
Tatapan mata Zayyan langsung menajam saat melihat Nara yang membuka kaca jendela dan melambaikan tangannya pada Rifai.
Siapa pria itu? Apa dia kekasihnya?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
lanjut kak semangat 💪💪💪
2024-02-03
0