Sepertinya tidak akan mudah bagi Nara untuk menghadapi sikap Bosnya yang sekarang. Terkadang selalu bersikap arogan dan dingin, tapi tidak jarang dia juga bersikap begitu hangat dan penuh perhatian. Sungguh saat ini Nara merasa bingung dengan Zayyan. Mereka bekerja sama sudah hampir satu bulan, dan semuanya hanya seperti ini. Diluar pekerjaan maka sikap Nara juga cukup menjaga jarak darinya.
Ungkapan cinta yang pernah terungkap pun tidak pernah terdengar lagi. Dan Nara bersyukur karena dia tidak mau kalau sampai dia harus terjebak dengan pria pemain wanita seperti Zayyan. Namun, entah itu memang dari kata hatinya atau tidak. Karena nyatanya dia selalu memikirkan Zayyan, apalagi dengan kejadian Pantai saat itu, masih belum bisa dia lupakan.
Nara masuk ke dalam ruangannya ini, dia menatap Zayyan yang sedang fokus pada sebuah berkas di tangannya. Tanpa sadar Nara tersenyum sendiri melihat ketampanan Zayyan saat ini.
"Pak Zayyan, siang ini jadwal anda kosong. Anda mau makan apa? Biar saya pesankan" ucap Nara.
Zayyan langsung mendongak, membenarkan kacamata baca yang di pakainya. "Kita makan diluar, bagimana?"
Nara sedikit tertegun dengan ucapan Zayyan barusan. Kita? Itu artinya mereka berdua. "Em, baiklah saya akan pesankan Restoran untuk anda makan siang"
"Aku bilang kita, apa kau tuli!"
Nara menghela nafas pelan, beginilah jika Zayyan di bantah. Maka nada bicaranya akan naik satu oktav. "Baik Pak, sekarang kita berangkat. Anda mau makan dimana?"
"Katanya kau akan pesankan Restoran untukku, ya sekarang ka pesankan saja. Aku ikut saja" ucap Zayyan.
Nara mengangguk mengerti, setelah dia reservasi tempat, maka mereka langsung pergi. Sejak saat itu, maka memang Zayyan yang selalu mengemudi kemana pun mereka pergi.
Sesampainya di Restoran dan mereka sudah memesan makanan juga. Kini keduanya hanya diam menunggu pesanan mereka datang. Nara yang menatap ke arah jendela Restoran. Menatap aktivitas di luar sana.
Zayyan tersenyum menatap Nara yang terlihat sangat cantik ketika dia tersenyum seperti itu. "Untuk pembukaan Hotel di Luar Kota itu, kapan?"
Nara langsung menoleh pada Zayyan, dia mengambil ponselnya dan mengecek jadwal Zayyan satu minggu ke depan. "Lusa Pak, kita mungkin akan tinggal disana selama 3 atau 4 hari"
"Kau ikut bersamaku?" tanya Zayyan, entah kenapa dari nada bicaranya seolah dia tidak ingin jika Nara tidak ikut dengannya untuk perjalanan bisnis ini.
"Iya Pak, biasanya jika Pak Edgar ada perjalanan bisnis, saya selalu ikut" ucap Nara.
Zayyan langsung menghela nafas pelan, sekarang bahkan dia tidak bisa membohongi hatinya lagi. Selama ini dia yang terus menganggap jika perasaannya ini adalah sebuah perasaan nyata. Selama 3 minggu ini, dia bisa merasakan semuanya. Bagaimana dia yang selalu kesal dan marah saat Nara berdekatan dengan pria lain. Itu artinya, memang sekarang dirinya sudah terperangkap dengan Nara sejak dia bermalam bersamanya di Pantai waktu itu.
Saat makanan datang, mereka langsung makan. Nara yang menjadi sekretaris Zayyan, sedikit demi sedikit mulai mengetahui apa kebiasaan Zayyan. Dia langsung mengambil makanan Zayyan dan membantunya mengambil bawang goreng dari makanannya. Tahu jika Zayyan tidak suka makan bawang goreng.
Zayyan tersenyum, dia menatap Nara dengan penuh bangga padanya. Melihat Sekretarisnya ini yang bisa langsung tahu apa yang dia sukai dan yang tidak dia sukai.
"Ternyata kau begitu memperhatikan aku ya" ucap Zayyan.
Nara hanya tersenyum saja, dia memberikan kembali makanan Zayyan padanya setelah dia memisahkan bawang gorengnya. "Saya pernah lihat anda memisahkan bawang goreng saat makan bersama klien"
Zayyan tersenyum mendengar hal itu, dia merasa kalau Nara begitu perhatian padanya. Bagaimana dia yang bisa mengetahui apa yang tidak dia suka. Padahal Maura saja tidak pernah tahu apa yang dia suka dan tidak. Seolah memang dia tidak pernah memperhatikan Zayyan sampai sedetail itu.
"Pak, kapan Pak Edgar kembali dari liburannya?" tanya Nara.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau ingin segera beralih pada Papaku dan tidak mau menjadi Sekretarisku lagi?"
Nara menggeleng pelan, dia menatap Zayyan dengan lekat. "Saya hanya bertanya saja. Apa Pak Edgar akan lanjut memimpin Perusahaan?"
Zayyan mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku tidak tahu, tapi sebenarnya sudah sejak dulu Papa ingin aku yang memimpin Perusahaan ini"
"Lalu kenapa anda baru sekarang melakukannya? Bukannya usia anda juga seharusnya sudah cukup untuk menjadi seorang pemimpin Perusahaan" ucap Nara.
"Em, karena sebenarnya aku sibuk mengurus Restoran. Aku mempunyai usaha sendiri, meski belum menjadi Restoran yang benar-benar terkenal. Tapi saat itu aku masih fokus pada bisnis aku yang ini"
Entah keduanya sadar atau tidak, namun memang keduanya sedang berbicara dengan santai. Dan Zayyan yang tanpa sadar banyak menceritakan tentang dirinya dan kehidupannya selama ini. Padahal dia termasuk sebagai pria yang tertutup selama ini. Namun pada Nara, dia sungguh berbeda.
Nara mengangguk mengerti atas ucapan Zayyan barusan. "Dan sekarang anda sudah siap mengurus Perusahaan? Kasihan loh Pak Edgar itu, sudah terlalu rentan untuk terus mengurusi Perusahaan sebesar ini"
"Mungkin karena ada kamu, aku akan lanjut menjadi pemimpin Perusahaan"
Deg,, Nara terdiam dengan ucapan Zayyan barusan. Sungguh terkadang dia memang selalu mengucapkan kata-kata yang begitu mengejutkan. Seolah apa yang terlontar dari mulutnya itu, tidak pernah dia pikirkan terlebih dahulu.
"Sudah selesai, apa kita akan kembali sekarang ke Kantor Pak?" tanya Nara, sengaja mengalihkan pembicaraan yang sedang terjadi.
*
Nara kembali ke rumahnya dengan perasaan lelah. Dia melihat keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tengah. Sepertinya Ayahnya juga baru pulang bekerja, karena dia masih menggunakan pakaian Kantor.
Nara berjalan menghampirinya, meski sebenarnya dia selalu malas untuk berbicara terlalu lama dengan keluarganya ini.
"Nara, apa kamu tahu dimana Nayra berada sekarang? Kenapa dia pergi tanpa bilang dan sekarang tidak kembali lagi ke rumah" ucap Mama.
Nara hanya tersenyum saja, sesungguhnya dia ingin sekali memaki wajah bermuka dua itu. Namun, dia hanya menghargai Ayahnya yang mencintainya dan juga adiknya yang pastinya akan menyayangi Ibunya.
"Aku tidak tahu, lagian aku tidak pernah mengurusinya"
Hatinya begitu hancur saat dia berkata seperti itu. Tapi dia harus melakukannya, agar Ibu tirinya tidak mencari keberadaan adiknya dan malah membuat hidupnya semakin susah.
"Anak itu memang tidak seperti kamu, sejak dia lahir memang selalu membawa kesialan untuk keluarga ini" ucap Ayah.
Ya Tuhan. Nara sangat ingin berteriak sekarang. Bahkan Ayahnya saja tidak pernah peduli pada anaknya yang satu itu. Padahal jelas jika Nayra juga anak kandungnya.
"Aku capek banget, mau ke kamar dulu"
Akhirnya daripada harus berdebat disana, Nara memilih untuk pergi ke kamarnya. Dia tahu jika selama ini dia hanya menghindar saja. Tapi dia juga bingung apa yang harus dia lakukan. Seolah dia juga tidak mempunyai kekuatan untuk membela adiknya saat ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pujiastuti
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪
2024-02-05
0