Lacur itu berteriak dengan kencang, dari nada suara nya saja sudah terdengar jika wanita itu telah murka.
Mungkin sebentar lagi kepala nya akan berasap mengeluarkan semburan api warna hijau, agar aesthetic sama seperti rambut nyentink nya.
Mata Disya melotot dengan sedikit gestur terkejut, memundurkan langkah nya di saat pekikan kuat dan cempreng memasuki indra pendengaran nya.
'Sial sungguh menganggu indra pendengaran ku!'
"HEY.. KAU PIKIR SUARA MU ITU BAGUS, JANGAN MENERIAKI AKU!" Ketus Disya tak kalah seru. Bahkan suara nya mirip dengan tikus kejepit got.
Terlihat di sana Bryan memijat pelipis nya dengan pelan, dengan segera ia berdiri dengan tegap, lantas menatap Disya menusuk bagai belati yang siap memotong apapun itu.
Secara perlahan Bryan berjongkok menghadap kearah lacur itu, namun belum sempat terduduk, Bryan sempat terkejut bukan main saat tangan halus menarik nya dengan kasar.
"Sayang! Apa ini, aku bahkan sudah mengandung anak mu, tapi-!" Disya menarik tangan Bryan kuat, beriringan juga menarik dasi lelaki itu.
Menatap Bryan penuh ambisi dan kemarahan, tangan kanan Disya mengepal sedangkan tangan kiri nya menodong wajah Bryan menggunakan jari telunjuk nya.
Kening Bryan mengerut kesal. Menghembuskan napas, dan segera menghempaskan tangan Disya kasar.
Berani nya merusak dasi ku! Dengan mata tajam Bryan tujukan pada wanita yang berada di hadapan nya. Terkejut? Sedikit, apa lagi saat Disya mengatakan mengandung.
Namun bisa Bryan liat bawasa nya itu tidak mungkin, baru tiga hari, tidak mungkin cebong nya secepat itu untuk membuahi sel telur.
Toh Bryan juga menggunakan pengaman waktu itu, jadi apakah ada alasan agar Bryan percaya?
"Jangan bercanda, tidak mungkin! Mr. Bryan hanya milik ku, sialan kau!" Wanita berambut merah itu berdiri secara pelan, menatap Disya penuh keganasan yang siap untuk menerjang.
Kekehan kecil terdengar, "Aku telah mengandung, kau! Kau lah perusak hubungan ku! Kau orang ke-empat dalam hubungan ini!" Teriak Disya kencang.
Seolah-olah menguarkan semua rasa yang sesak di dalam hati Disya. Padahal hanya sebuah akting agar bisa menyakinkan penonton. Sungguh demi Tuhan Disya ingin tertawa melihat wajah wanita itu yang sudah merah, secerah tomato busuk.
"Empat?" Bryan bertanya, menatap Disya heran.
Bagaimana bisa empat!?
Salah, seharus nya lebih dari sepuluh bukan hanya empat saja, harga diri Bryan sebagai play boy terasa terancam! Enak saja!
Bibir Disya tersungging, lantas dengan keberanian yang full, Disya menarik tangan kiri Bryan secara perlahan, dan membawa itu ke perut rata nya.
"Dia, usaha kita siang malam yang terus di banjiri oleh keringat, sekarang telah membuahkan hasil sayang." Seru Disya merasa haru.
perjuangan mata mu! Bahkan mereka baru bertemu tiga hari, Bryan hanya terkekeh pelan dan tersenyum.
"Dalam tiga hari?" Tanya Bryan dengan senyuman devil milik nya. Menatap Disya dengan tatapan meremehkan.
Sial, Disya sedikit melotot, dengan gerakan sesual, Ia menarik dasi Bryan kasar.
"Ya tiga hari, haha.... Kita sudah tidak bertemu selama tiga hari sayang, aku sangat merindukan mu." Ujar Disya dengan nada manja, seolah-olah ia sangat merindukan Bryan.
Bulshit ! Disya berani bersumpah bahwa rasa rindu itu tidak ada pada hati nya, menjijikan.
Namun dengan segara Disya memeluk tubuh Bryan yang beraroma manis, mata nya berkedip beberapa kali dengan hidung yang berkempas-kempis.
Saliva Disya terasa berat untuk di telan, aroma ini, kenapa begitu amat memabukan, entah sudah berapa menit ia terus menghimpitkan tubuh nya pada lelaki bajingan itu.
Bahkan Disya dengan segaja mencari celah pada tubuh Bryan, ingin menghirup lebih leluasa aroma khas lelaki itu.
Kening Bryan mengerut, "Sayang ada apa? Kenapa diam hmm?" Bertanya dengan nada heran, di buat lembut dengan di iringi elusan pada kening Disya.
Disya sedikit mundur gelagapan, malu atas tingkah absurd nya yang sedikit menyeleneh, hampir saja ia akan jatuh pada pesona seorang CEO mesum dan setan itu.
"Tidak, aku... Hanya merindukan aroma, sentuhan, dan belaian mu."
"Benarkah? Aku juga sangat merindukan mu, apa lagi dengan baby kita, sungguh aku ingin menjenguk nya." Sarkas Bryan dengan kekehan kecil, menarik pinggang Disya secara pelan.
Hingga sekarang tangan mesum Bryan telah masuk menyeruak keperut Disya secara perlahan, mengelus perut rata itu sensual penuh gairah.
Erangan kecil terdengar, namun Disya mencoba untuk menghentikan nya dengan menahan bibir.
"Ahh, benar kah? Lalu kenapa ada wanita ini, kau menyakiti ku honey." Tangis Disya mulai pecah, mata nya sedikit menutup rabun, bukan bermaksud menghentikan tangis nya, namun Disya berusaha menahan erangan yang terasa tak bisa untuk ia tahan.
Tangan lelaki itu lancang, namun Disya akui, Ia tergoda dan ingin terus di belai.
"Maaf, Aku hanya bermain sebentar, tanpa mu selama tiga hari, membuat ku mencari barang lain." Bryan berucap dengan santai. Bahkan kata 'barang' sudah membuat darah Disya mendidih sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments