Bab 7

Bedebeh! Disya memaki diri nya sendiri, menatap pemandangan yang membuat mata nya begitu sakit.

Lelaki bajingan itu membuat Disya segera melangkah maju cepat berniat ingin memberi bogeman mentah. Namun tatapan Disya terpana pada wanita berambut merah menyala yang berada di pangkuan Bryan.

*Cu*ihh... Menjijikkan.

Ketukan hels dengan lantai terdengar bergesekan, menampilkan suara yang berdentingan. Disya mendongok kesal di saat kedua sejoli tidak tau malu itu, masih melanjutkan aksi menjijikan mereka.

Napas Disya terengah-engah ia berusaha sekuat tenaga menahan amarah, jujur ia ingin sekali menarik rambut wanita jadi-jadian itu.

Lihat lah bagaimana dia bergelantungan manja seperti monyet pada tubuh Bryan.

"Max, keluar! Lancang!" Bryan yang memang mendengar pintu di buka, membuat nya ingin menoleh namun ciuman ganas yang di lakukan oleh wanita lacur nya, membuat ia enggan untuk menoleh.

Disya menggertakan bibir nya kuat, "Apa?Kau pikir aku pelayan mu?" Seru Disya melangkah lebih depan, mendongok menatap Bryan dan monyet merah itu secara ganas ingin menerjang.

Bukan tanpa sebab, namun melihat Bryan dan monyet merah sedang melakukan aksi bejat membuat nya merasa panas seolah-olah pasokan oksigen telah hilang kandas tak tersisa.

Cemburu? Tidak! Bahkan Disya menolak argument kata cemburu, ia hanya tak suka lelaki yang merebut sesuatu dari nya mendua, jelas-jelas harus bertanggungjawab, minimal meminta maaf oke!?

Kepala Bryan menoleh secara cepat, saat mendapati suara halus menyeruak masuk keindra pendengaran nya, mata nya memincing sempurna, sedikit mengorek ingatan nya secara cepat.

Dan yeahh Bryan berhasil menginggat. Wanita yang menjadi korban nya pada malam club tiga hari lalu.

"Honey? Who? Do you have bf else?" Monyet merah itu berceletuk, menatap penampilan Disya yang terkesan biasa saja.

Dengan tatapan merendahkan di tujukan pada Disya, tangan lacur itu pun sudah mulai membelai dada bidang Bryan secara sensual.

What!? Tatapan hina macam apa itu, Mata Disya menyepit dengan sempurna, membalas tatapan monyet merah itu lebih menyala dan menghina.

"Oh jalang nya diri mu, apakah urat malu mu telah tertelan dengan rambut merah menyala layak nya buto ijo ini?" Tanya Disya berdesis, dengan senyuman remeh.

Tangan Disya pun spontan memegang rambut merah panjang itu secara ogah-ogahan.

"Honey, dia mencela ku, apakah aku jalang? Hiks.. " Monyet merah yang entah bernama siapa. Dia menangis dengan sesenggukan dan terlalu menghayati setelah mendengar tuturan Disya, yang mungkin sedikit menyakiti hati nya.

Namun siapa peduli akan hal itu?

Bryan menatap Disya sinis, lantas tangan nya membelai punggung dengan pakaian terbuka itu secara pelan, milik lacur nya.

"Tidak, kau bukan jalang, tenang lah." Seru Bryan mencoba menenangkan wanita nya. Mungkin.

"Usir wanita jalang ini, dia menggangu!" Ujar Monyet merah dengan mata yang sudah terpenuhi oleh air mata, berkata dengan manja dan sinis.

Napas Disya terengah-engah dengan deru napas tak beraturan, Mata nya menyelot tajam dengan tangan yang mengepal.

"Bedebeh!" Disya berteriak murka, tangan nya membuang tas mahal itu kearah sofa hitam, tak peduli jika ada kelecetan, toh ia bisa membeli lagi.

"Tidak tau diri kata mu." Disya menarik rambut merah bak kotoran babi itu dengan kasar, membuat sang lacur segera terjatuh kebawah, padahal mula nya jelas, dia duduk di pangkuan Bryan.

Darah Disya terasa mendidih bukan tanpa sebab, seolah-olah pancingan amarah itu telah memasuki saraf-saraf nya hingga otak nya terlalu merespon dengan jambakan kuat.