Akhirnya pelepasan antara suami istri itu terjadi, Arsyila cuma bisa pasrah setelah suaminya meminta haknya siang itu.
Saat sadar, Dirgham memeluk tubuh istrinya dengan lembut, "Maaf! Jika aku menyakitimu tadi, bukan maksudku membuat kamu terluka, tapi ini karena jebakan teman lama yang memberikan aku obat penambah gairah, sekali lagi maaf!"
Arsyila bingung, siapa teman yang dimaksud suaminya tersebut.
"Aku akan bilang Dad kalau kamu pulang, maaf buat kamu khawatir tadi hingga ikut pulang bersamaku," ucap Dirgham lagi dengan lembut, pemuda itu menghubungi Pak Hanan lalu berbicara dengan tenang.
Menghela napas, "Iya, Dad maaf ini semua karena aku ceroboh, kami akan ke sana lagi."
Panggilan itu di tutup dan Arsyila tampak menyerngit bingung.
"Bersiap-siaplah, bersihkan dirimu dulu kita kembali ke kantor, Ai."
"Kamu kena marah Dad ya, Ai!"
Dirgham tersenyum samar, "Jangan dipikirkan, meskipun aku anaknya, beliau akan tetap profesional jika sudah berada di kantor, begitulah orang tua yang ingin anaknya itu bertanggungjawab," terang pemuda tampan itu kepada istrinya.
Wanita muda itu mengangguk, setelah selesai mandi dan ganti pakaian, Arsyila menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya. Dirasa sudah siap, Arsyila dan Dirgham kembali ke kantor, mereka kini berada di ruangan Pak Hanan.
"Kenapa kamu pulang sebelum jam pulang?" cecar pria paruh baya itu kepada putranya.
"Maaf, Dad aku kena jebakan Argo tadi, dia memberikan aku obat penambah gairah, makanya aku pulang karena tidak kuat, dan soal Arsyila....."
"Maaf juga, Pak, saya khawatir dengan keadaan suami saya, jadi saya juga ikut pulang dan melihat keadaan suami saya yang tadi seperti tersiksa, maaf jika saya melanggar peraturan," pungkas wanita muda itu kepada Pak Hanan.
Pria paruh baya itu mengesah pelan, dilihatnya kedua anaknya yang bersalah karena tidak meminta izin terlebih dahulu, tetapi dalam hatinya dia bangga kepada anak dan menantunya yang kini berdiri di depannya dengan rasa bersalah.
"Hari ini aku maafkan kalian berdua, tetapi jika diulangi lagi, aku pastikan kalian yang akan mendapatkan hukuman."
Mereka mengangguk bersamaan dan mengucapkan terima kasih. Setelah dari ruangan Direktur Utama, Arsyila kembali ke ruangannya begitu juga dengan Dirgham yang kembali fokus kepada pekerjaan miliknya.
Setelah melihat Dirgham berganti pakaian lain, banyak orang berspekulasi negatif kepada pemuda itu, tetapi suami Arsyila itu tidak terlalu memikirkan ucapan orang lain, dia lebih santai dan fokus akan pekerjaan yang ada di mejanya.
Jam pulang mulai datang, semua karyawan maupun karyawati sibuk dengan kegiatan masing-masing, namun berbeda dengan Dirgham yang belum beranjak dari ruangan miliknya. Hingga sebuah pesan masuk ke ponsel pemuda tampan itu.
[Ai, kamu sudah siap untuk pulang belum? Aku menunggu kamu di ruanganku.]
Pesan singkat dari istrinya membuat senyum manis terbit di wajah pemuda itu.
[Iya sebentar lagi, tunggu dulu ya.]
Selesai dengan pekerjaannya, perusahaan juga tampak semakin sepi, Dirgham melangkahkan kakinya ke ruangan sang istri.
Tok tok tok
"Masuk saja, Ai."
Pemuda tampan itu tersenyum lembut. "Bagaimana kamu bisa menebak siapa aku, padahal kaca ini tidak tembus pandang."
"Karena orang yang aku kirimi pesan hanya suamiku saja," sahut Arayila dengan nada tenang.
"Terimakasih, istriku."
Cup
Kecupan singkat mendarat di dahi Arsyila, dia tersenyum malu kali ini, merasakan cinta yang luar biasa.
Dirasa kantor sudah sepi, pasangan sah itu kini berjalan ke lift khusus, mereka bergandengan tangan seakan tidak ingin melepaskan.
Di dalam kamar, mereka kini sedang duduk berdampingan, namun mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang belum selesai.
"Ai!" panggil Dirgham dengan suara lembut, dia menutup layar laptop miliknya dan menoleh kepada gadis cantik yang kini sedang fokus di samping dirinya.
"Iya, Ai ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" sahut lembut Arsyila yang kini menatap manik hitam suaminya.
Dirgham menghembuskan napas dengan perlahan, lalu dia mulai memindahkan benda kotak pipih itu dari pangkuan istrinya. Setelah laptop mereka berada di atas meja, Dirgham tidur di pangkuan Arsyila dengan manja.
Istri CEO muda itu mengelus lembut rambut hitam suaminya, "Ada yang ingin kamu bicarakan, Ai sepertinya begitu penting?"
Dirgham mencoba untuk menormalkan detak jantung miliknya yang tidak konsisten setiap kali dekat dengan istrinya, mencium aroma lavender yang Arsyila gunakan.
"Ai apapun yang terjadi ke depannya nanti, tolong jangan pernah ragu dengan kesetiaan yang aku miliki, aku sudah berjanji di hadapan malaikat dan Tuhan menjaga kamu dan memberikan kenyamanan untuk kamu, jadi percaya kepadaku ya."
Arsyila memicingkan matanya, berusaha untuk tetap sabar dan juga perhatian kepada suaminya, mungkin suaminya lelah, begitu pikir wanita muda yang sedang memanjakan suaminya.
Dirgham merasa nyaman hingga dia akhirnya tertidur dipangkuan Arsyila. Dengan penuh hati-hati wanita cantik itu memindahkan kepala suaminya ke bantal, lalu perlahan dia mengecup lembut kening suami dan membisikkan sebuah kata, "Aku akan selalu mempercayai kamu, Ai terimakasih untuk cinta yang begitu besar untuk diriku."
Arsyila menyelimuti tubuh Dirgham dengan selimut tebal, dia sendiri meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda karena suaminya yang mendadak manja.
Dirgham mengerjap melihat sekeliling, ternyata jam dinding masih menunjuk angka tiga dini hari, dia kini memandang sosok cantik yang tertidur dengan ter- duduk, "Kamu pasti lelah, Ai. Biar aku yang melanjutkan tugasmu."
Pemuda itu memindahkan tubuh istrinya dan menyelimuti wanita yang terlelap dalam tidurnya dengan selimut tebal.
Jemari Dirgham dengan lancar menari di atas keyboard laptop yang masih menyala, dia melanjutkan tugas Arsyila agar segera selesai, setelah dirasa sudah selesai, pemuda itu menutup laptop setelah mematikannya. Mengecas daya yang tinggal sedikit, lalu berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu.
Dirgham menjalankan sholat sunnah tahajud lalu disambung dengan membaca ayat suci Al-Qur'an.
Saat hampir mendekati adzan subuh, pemuda tampan itu membangunkan istrinya, "Ai ayo sholat sunnah fajar lebih dulu, sebentar lagi sudah adzan subuh," ujar lembut Dirgham kepada istrinya.
Meskipun dengan malas dan masih mengantuk, Arsyila segera mengambil wudhu dan mulai sholat sunnah bersama suaminya, dia juga gantian membaca ayat suci.
Dirasa sholat subuh sudah dilakukan, Arsyila segera masuk ke kamar mandi untuk mandi lebih dulu, dia juga menyiapkan air hangat untuk suaminya.
Arsyila mengenakan baju santai dan turun ke bawah setelah selesai berpakaian, wanita muda itu kini ingin menyiapkan makanan untuk suaminya.
Istri Dirgham itu mulai turun dan mencoba untuk membuatkan kopi, tanpa sengaja dia bertemu Bi Marning yang baru melakukan sholat subuh di mushola mansion bersama dengan ART yang lain.
"Nona muda mau apa? Biar bibi yang buatin?"
"Tidak apa, Bi aku ingin membuat kopi untuk suamiku, dia sekarang masih ada di kamar Bibi bisa bantu buat makanan untuk kita sarapan nanti," ujar lembut Arsyila kepada ART senior.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments