Arsyila tersenyum mengingat jika suaminya sedang cosplay karyawan magang di perusahaan miliknya sendiri. Meskipun mereka satu perusahaan tetapi mereka tetap harus profesional. Hari ini keduanya tampak bersiap untuk menjalani harinya. Arsyila dan juga Dirgham satu mobil tetapi pemuda tampan itu turun di luar menjauh dari halaman kantor.
"Kamu hati-hati ya, jangan sampai kecapean," ucap lembut Dirgham kepada istrinya.
"Iya, Ai kamu juga, hati-hati, kita nanti ketemu di ruangan Dad saja saat istirahat."
Dirgham mengangguk, dirinya langsung turun dan berjalan di pinggir jalan dengan santai. Setelah istrinya dirasa sudah masuk ke halaman, dia mempercepat langkahnya.
"Hosh hosh capek."
Dirgham mulai mengatur napasnya, "Maaf, Bu saya telat sedikit, apakah saya akan mendapatkan hukuman?" ucap Dirgham dengan gayanya seperti biasa.
Arsyila tersenyum dalam hati, dia ingin mengusili suaminya tersebut.
"Kalau begitu lari keliling halaman sebanyak 10 kali, dan jangan berhenti jika aku belum memberikan izin."
Netra Dirgham membola dia yakin jika Arsyila sedang mengerjai dirinya, tatapannya memohon tetapi wanita muda itu malah tetap pada pendiriannya.
Alhasil Dirgham lari keliling halaman kantor 10 kali, namun yang membuat wanita cantik itu kesal adalah semua karyawati memuji suaminya tersebut.
Ternyata hukuman iseng itu malah membuat Arsyila kebakaran jenggot sendiri, dia kesal dengan para karyawati yang menggoda suaminya.
"Cukup!" seru Arsyila dengan nada keras.
"Kalian mau bekerja apa mau nonton karyawan magang saja," bentak Arsyila yang merasa kesal.
Dirgham yang ikut berhenti berlari malah tersenyum lucu melihat wajah istrinya merah padam.
Makanya jangan pernah jahilin aku, Ai jadi kamu sendiri yang marah dan kesal batin Dirgham merasa menang dari istrinya.
Semua karyawati yang tadi melihat Dirgham berbicara kesal, mengumpat kepada Arsyila dengan tidak jelas, bahkan dari mereka tidak pernah menyukai sikap wanita muda itu sehingga banyak yang ingin menjatuhkan sekretaris dari Pak Hanan.
Arsyila menatap tajam suaminya dari jauh yang sudah cengar cengir tak karuan. Dia merasa lucu melihat diri sendiri marah tanpa alasan yang jelas kepada karyawati, padahal niatnya untuk mengerjai suaminya.
Dirgham berjalan mendekati Arsyila, "Apa hukuman ku sudah selesai, Mbak?" ceplos pemuda itu pada setelan awal yaitu tengil kepada Arsyila.
Bola mata Arsyila menatap tajam wajah suaminya, dia ingin memukul wajah tampan yang sudah sah menjadi miliknya tersebut.
"Jangan galak-galak Ai, aku jadi takut kalau kamu seperti ini," bisik Dirgham samar kepada Arsyila.
"Pasang wajah cuek dan dingin kenapa sih, bisa-bisanya mereka malah memuji suamiku di depanku, bukankah harusnya meraka juga menjaga pandangan sama orang yang bukan muhrim?" sahut Arsyila sewot.
"Bagaimana kalau pernikahan kita sebar ke publik agar kamu tidak lagi merasa cemburu seperti ini, jujur saja cemburu itu menyiksa apalagi kalau tidak dikatakan, bisa fatal karena kesalahan pahaman pasangan saja," tawar Dirgham dengan enteng.
"Maaf Ai! Aku salah, lanjutkan saja tugasmu hari ini aku mau ke ruangan ku sendiri, hati-hati."
Dirgham bingung dengan sikap. istrinya tersebut, tadi marah karena dia cemburu, tetapi sekarang malah loyo dan meninggalkan pemuda itu dengan banyak pikiran yang terbang di ruang otaknya.
Karena Arsyila sudah masuk ke dalam, Dirgham juga masuk ke dalam dan mulai bekerja dengan teliti, namun dia juga menjadi agen mata-mata di perusahaan milik keluarganya.
Waktu pun terus berjalan, mereka kini masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Setelah selesai bekerja, mereka kini berada di ruangan Pak Hanan, wajah Dirgham tampak lesu dan juga pucat.
"Apa kamu sakit, Nak?" tanya khawatir pria paruh baya yang kini ada di depannya.
Pemuda itu menggeleng pelan, "Tidak apa, Dad mungkin karena pekerjaanku agak benyak jadi kelelahan," elak pemuda tersebut memaksa untuk tersenyum.
Arsyila yang tadinya kesal juga melirik wajah pucat suaminya, "Kalau kamu sakit kita ke rumah sakit sekitar, Ai daripada nanti kenapa-kenapa," bujuk wanita cantik itu kepada Dirgham.
"Kalian tidak usah cemas, aku baik saja."
Selesai memaksakan makan bersama, Dirgham menelpon Ken untuk bertemu dengannya di kantor sang ayah.
"Segera ke sini, Ken! Tubuhku sudah tidak kuat lagi!"
Dengan jalan terhuyung dan keringat keluarga tidak seperti biasanya, Dirgham berusaha untuk menggapai lift khusus untuk sampai di parkiran keluarga Direktur Utama. Pemuda itu rasanya tersiksa dengan sesuatu yang mulai menjalar di tubuhnya.
Sebelum kejadian Dirgham yang sengaja untuk memeriksa keadaan hotelnya dikejutkan oleh Argo yang sedang marah-marah di resepsionis, begitu juga dengan manager yang dirasa tidak profesional, karena geram dengan sikap teman lamanya, Dirgham segera meluncur ke hotel saat itu juga.
Pemuda tampan itu meminta Argo untuk tenang dan duduk sambil minum kopi di cafe dekat hotel.
"Langsung saja apa yang kamu mau dariku?" tegas Dirgham kepada Argo yang duduk dengan jumawa.
"Aku ingin tunanganku kembali lagi, dia adalah jodohku, kamu tidak berhak untuk ikut campur."
"Cih, tunangan kok mau dilecehkan, punya otak gak?" sindir Dirgham pada Argo.
"Sialan kamu!" geram Argo mengepakkan tangannya.
"Kenapa? Tidak terima? Dia sudah jadi istriku, kamu tak berhak meminta dia kembali." Dirgham geram kepada Argo yang terobsesi kepada Arsyila.
"Dia milikku, harusnya dia menikah denganku."
Suara Argo tak kalah kesal.
Pemuda yang merupakan pemilik hotel bintang 5 yang sebentar lagi akan menyandang status Direktur Utama di perusahaan keluarganya itu tersenyum sinis.
"Menikah atau cuma udah habis manis sepah dibuang, bukankah itu adalah sifat aslimu?"
Argo ingin meninju Dirgham saat itu, namun suami Arsyila itu kembali menghindari serangan dari lawannya. Argo malah tersungkur di atas lantai karena serangannya meleset.
"Sebenernya aku juga tidak mau mengotori tanganku jika berantem denganmu, tetapi kamu sendiri yang mencari masalah denganku, jadi tunggu saja waktu mainnya."
Saat itu juga Argo mulai melembutkan suaranya, dia duduk dengan tenang sambil menyesap minuman yang sudah disediakan oleh Dirgham.
Dirgham yang tidak bisa membaca gerakan lawan malah terkena jebakan dengan mudah, Argo sudah menukar minuman mereka dengan salah satunya diberikan obat menambah gairah.
Karena pemuda tampan itu tidak curiga akhirnya Argo tersenyum smirk melihat lawannya tidak mengetahui rencananya saat itu.
Kini Dirgham meminta Ken untuk mengunci dirinya di rumah dengan kunci luar, pemuda itu tidak ingin membuat istrinya khawatir dengan kondisinya saat ini, namun entah kenapa malah sesuai diluar prediksi terjadi.
Arsyila yang melihat suaminya berjalan sempoyongan meminta mertuanya untuk pulang lebih dulu, takut jika Dirgham sakit. Gadis muda itu kini ada di depan kamar mereka, dengan menggunakan kunci yang masih tergantung, Arsyila masuk dan mendapati suaminya sudah kacau.
"Ai, pergi dari sini, bahaya untuk kamu, aku mohon," suara Dirgham tampak memelas.
Arsyila yang polos tidak paham akan sesuatu yang terjadi kepada suaminya.
Tubuh wanita cantik itu terhuyung menghimpit tembok, deru napas suaminya tampak tidak beraturan.
"A-Ai...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments