Bariton tegas itu membuat semua orang yang ada di ruangan HRD menjadi panas, apalagi pria paruh baya yang namanya Pak Dandan tersebut.
"Ada apa ini?" tanya Pak Agung dengan tegas.
Senyum smirk Dirgham semakin terlihat di wajah Dandan.
Sial anak ini bisa-bisanya mengancam pekerjaanku, kalau pun aku tahu dia keponakan Pak Agung tidak akan aku bentak pemuda itu seperti ini, aku harus mulai akting jika begini batin Pak Dandan dengan percaya diri.
"Maaf, Pak ini salah paham saja, saya tidak tahu jika dia adalah keponakan Anda."
"Cih dasar penjilat, tadi saja marah-marah sebelum mendengar penjelasanku, sekarang sok baik," kesal Dirgham dengan lantang.
Tatapan Pak Dandan terlihat tajam, tapi pemuda tampan itu tidak takut sama sekali.
"Karena kinerja kamu baik, aku hanya memberikan kamu peringatan kecil, jika ada lagi seperti ini dengan sikap sombong kamu, aku pastikan jika jabatanmu aku turunkan."
Ancaman itu membuat Pak Dandan ciut.
"Maaf Pak, dan kamu, nama kamu siapa?"
"Dirgham Sanjaya."
"Dan Dirgham, aku tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama."
"Kalau begitu lekas berikan dia rincian apa saja benefit dan pekerjaan yang harus dia lakukan, jangan membuang banyak waktu."
"Baik, Pak."
Pria paruh baya itu mengerjakan apa yang dikatakan oleh Pak Agung dengan menggerutu di dalam hati, Jika karena bukan saudara sudah pasti akan sulit masuk di. perusahaan ini, dasar anak ingusan yang masuk dari jalur orang dalam.
Ternyata kalau Dad bicara seperti itu semua orang makin ciut, ha ha ha wajahnya sudah mirip wanita yang lagi PMS merah padam, kesel, dan juga pucat batin Dirgham senang melihat pertunjukan yang ada di depannya.
Setelah beberapa lama di ruangan HRD, Pak Agung sab juga Arsyila mengajak Dirgham ke ruangan direktur utama.
Ruangan Dad warna hitam, duh udah kaya penyihir kegelapan saja, serem, kalau aku sudah gantikan Dad bakal aku rubah jadi warna pingky biar ceria batin Dirgham senang.
"Terimakasih atas kerja kerasmu hari ini Syila, silahkan kembali ke ruangan kamu."
"Baik, Pak, saya permisi."
Arsyila pergi meninggalkan kedua laki-laki beda generasi itu.
"Jangan berpikir untuk mengubah cat rungan ini menjadi pingky, Nak! Jaga image kamu sebagai pewaris tunggal, berwibawa dan juga ditakuti karena rasa bangga mereka bukan rasa takut."
"Hah sulit kalau berurusan sama Dad lagian nih mana mungkin ruangan direktur warna merah muda dengan hiasan boneka hello kitty seperti rumah-rumahan Berlian di rumah ungkle Victor."
"Itu kamu paham 'kan kalau tidak suka warnanya ganti selain warna pink."
"Iya Dad iya, tapi ngomong-ngomong Dad yakin tidak memecat si HRD yang songong tadi. Aku kurang suka sama sikapnya sama orang baru, Dad. Iya kalau orangnya kuat mental kalau gak sudah gantung diri di pohon toge."
"Mau bagaimana lagi, dia itu orangnya gerak cepat dan rapi kalau kerja, makanya dad kasih dia kesempatan lagi, kalau buat kesalahan ya turunin jabatan kecuali dia mau jadi penghianat kelak."
"Iya juga sih, Dad. Tapi ada lagi Dad, trio ubur-ubur yang tadi mencegah aku masuk ruang HRD, mau minta uang jajan dulu baru boleh masuk, kata Arsyila namanya Dito CS, Dad gak berniat gitu memangkas kepalanya, eh pekerjaan mereka."
"Tunggu dulu, dad sudah punya rencana tapi dad butuh kamu untuk bermain sandiwara lagi."
Kerlingan genit membuat Dirgham bergidik.
"Apa lagi sih, Dad kurang apa lagi?"
"Kamu itu kurang lebih menderita, Nak."
"Astaga,Dad kurang menderita bagaimana lagi! Aku ini putramu yang paling sempurna dari ujung kaki hingga ujung kulon, ya kali di suruh hidup menderita, yang benar saja, Dad."
Helaan napas kesal itu membuat tawa pria paruh baya tersebut malah mengeluarkan sebuah catatan.
"Baca lalu pahami?"
"Apa ini, Dad? Surat cinta Mom ya?"
"Ngawur, baca dulu baru komentar."
Dirgham mengambil buku tersebut, lalu membuka dan membacanya dengan perlahan.
Netranya menyipit dan mendekatkan catatan tersebut hingga jelas.
Pemuda tampan itu meletakkan catatan tersebut dengan sedikit dibanting.
"Yang benar saja, Dad? Aku harus berakting selama 3 bulan, dan dalam 3 bulan harus menikah?" ucap Dirgham yang tidak tahu isi dari pikiran Sang Daddy yang sangat dia hormati.
"Ya itu terserah kamu, seluruh harta dad bisa saja disumbangkan ke yayasan amal, kalau kamu gak bisa selesaikan misi ini."
"Wah! Dad mengancam? Baik akan aku buktikan, siapkan saja pesta pernikahanku nanti sama calonku."
Setelah Dirgham keluar, pria paruh baya itu malah tertawa.
"Punya anak satu-satunya kenapa otaknya konslet, apa dia bisa melakukan apa yang aku katakan ya."
Pak Agung mengetuk jemarinya di atas meja hingga berbunyi, "Truk tuk tuk."
Dirgham berjalan menuju lift karyawan dia berpikir untuk mewujudkan apa yang ayahnya ucapkan tadi. Hingga tak sadar pintu lift terbuka, tampak Asyila yang ingin masuk dan menuju ruangannya.
"Lho Dirgham apa yang terjadi? Kenapa kamu tampak linglung?"
Pemuda tampan itu tersenyum dengan lembut lalu melihat wajah Arsyila yang sedikit bingung.
"Tidak! Paman ingin aku melihat ruanganku lebih dulu, tapi sepertinya aku lupa bertanya ada di mana ruanganku berada," kilah Dirgham cepat, dia berbicara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oh begitu, mari aku bantu buat melihat ruang kerja kamu."
"Terima kasih, Mbak."
Keduanya tampak berbincang ringan, namun tatapan beberapa orang kepada Dirgham mengisyaratkan tidak suka, akan tetapi pemuda tampan itu tidak peduli dengan pandangan orang yang melihatnya tajam seakan ingin menerkam, ditambah lagi karyawati yang mencuri perhatian kepada Dirgham, wajar saja wajah tampan pemuda yang masuk sebagai karyawan magang itu membuat semua orang terkesima.
Hingga Arsyila dan Dirgham masuk ke salah satu ruangan yang masih kosong.
"Nah di sini kamu bekerja, mau bekerja sekarang atau besok? Karena Pak Agung bilang terserah kamu mau bekerja kapan?" tanya Arsyila ramah kepada Dirgham, karena memang pemuda itu merupakan anak baru dan belum terbiasa akan sikap tegas, begitu pikiran Arsyila.
"Aku boleh bekerja hari ini 'kan, Mbak. Soalnya di rumah juga tidak ada pekerjaan selain tugas dari dosen," sahut Dirgham dengan ramah.
"Iya, silakan, kalau butuh sesuatu kamu bisa menelpon aku lewat telepon kantor, aku akan membantumu."
"Baik, Mbak terima kasih."
Arsyila meninggalkan Dirgham di ruangannya, pemuda itu menghidupkan layar komputer dan mulai menjelajahi semua jenis kegiatan di dalam perusahaan milik ayahnya. Tidak sulit baginya karena dia merupakan seorang hacker yang cukup terkenal dengan nama Black Shadow.
Hingga tak berapa lama senyumnya terukir di wajah tampannya.
"Wah keren banget nih orang, sudah pandai menyimpan rahasia dan uang perusahaan, tapi dia tidak akan bisa menjadi lawan seorang Dirgham Sanjaya," monolog pemuda yang kini melipat tangannya ke belakang dan menjadikan lengannya sebagai bantalan.
"Apa yang kamu lihat?" wajah Dirgham mulai pucat melihat seseorang masuk tanpa permisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Hanna Paluzi
warna loreng macan aja.../Grin/
2024-03-24
1
Di Yuan
Kamu kurang menderita, Nak.
astaga, Dad.. kurang menderita gimana lagi coba/Sob/
2024-03-24
1