Semenjak kejadian di hotel Dirgham gak pernah lagi keluar dari rumah untuk menjaga istrinya, hingga Arsyila pun bingung dibuatnya.
"Ai sekarang aku lihat kamu menghabiskan waktu meeting hanya di rumah, apa tidak keluar ke hotel seperti biasanya?"
Pemuda itu menoleh kearah istrinya, lalu membuang napas kesal tapi dia dengan mudah merubah emosi dengan cepat. Dengan ucapan lembut dia menjawab, "Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu lagi nanti, apalagi ada yang merendahkan istriku, cukup kemarin saja aku kecolongan."
Entah bagaimana perasaan Arsyila saat itu antara senang dan juga sedih, mendengarkan ucapan yang keluar dari bibir suaminya tersebut.
"Apa aku beban untuk kamu, Ai!"
Dirgham menghentikan kegiatannya dia menoleh kepada iris coklat yang sedang bertanya kepada dirinya. Pemuda itu menggeleng, "Kamu itu anugerah terindah untuk aku, Ai bukan beban. Allah sudah memberikan hadiah terindah di saat usiaku bertambah."
Arsyila terhenyak kaget, "Bertambah usia? Kamu ulang tahun, Ai kenapa tidak memberi tahu aku kalau kamu sedang ulang tahun, Ai," oceh wanita cantik itu kepada suaminya.
"Ai hari lahirku itu tidak berarti lagi, lagian aku sudah dewasa gak ada lagi namanya ulang tahun buatku," jelas Dirgham enteng.
"Tetap saja itu pen........"
Cup!
Kecupan lembut di bibir Arsyila membuat wanita muda itu mematung.
"Wajahmu tambah cantik Ai kalau sedang merah seperti itu. Apa mau lagi," goda Dirgham yang kini memajukan wajahnya.
"A-Aku harus keluar dulu, mungkin kamu butuh sendiri saat meeting lagi."
Arsyila segera kabur dari kamar, pipinya merah dan jantungnya berdegup kencang.
"Jantungku hampir mau meledak karena suamiku begitu lihai menggodaku."
Wanita cantik itu kini menormalkan degup jantung miliknya, lalu turun ke lantai satu untuk meminta bantuan para ART membuatkan pesta kecil untuk Dirgham-Suaminya.
"Bi Marning, apa bibi sedang sibuk hari ini?" tanya Arsyila dengan nada ramah.
"Tidak Non, ada yang bisa saya bantu, Non?"
"Em begini, Bi aku ingin membuat kejutan kecil untuk suamiku yang lagi berulang tahun, tapi aku tidak tahu harus buat apa saja, karena belum tahu kebiasaan suamiku," tutur Arsyila ragu.
Wanita paruh baya itu tersenyum lembut, "Saya bantu, Non, Nona bisa buat pudding buah 'kan? Kami akan membuat kue vanilla dan juga nasi kuning kesukaan Aden," jawab Bi Marning ramah.
"Baik, Bi. Terimakasih sebelum dan juga sesudahnya."
"Tidak masalah, Non. Sekarang ayo kita buat dulu nasi kuningnya, setelah itu buat kue dan pudding buah," terang Asisten Rumah Tangga yang sudah dianggap keluarga sendiri.
Mereka bekerja sama demi keinginan Arsyila membuatkan kejutan untuk tuan muda mereka.
Beberapa jam berlalu, Arsyila dan ART sudah selesai membuat makanan untuk acara nanti malam, mereka terlihat senang dengan hasil kerjanya.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga buat syukuran kecil," ujar Arsyila senang.
"Syukuran buat apa?" bariton tegas itu membuat wajah wanita muda itu kaget.
"A-Ai sejak kapan kamu ada di sini?"
"Sejak tadi!" sahut enteng Dirgham yang melihat semua persiapan ulang tahunnya.
"Jadi, Ai sudah lihat semua ini dong?"
Ada rasa kecewa dalam diri Arsyila, dia gagal memberikan kejutan untuk suaminya.
Dirgham memberi kode kepada ART dari tangannya untuk keluar dari sana, hingga menyisakan Arsyila dan juga dirinya.
Wanita muda itu menunduk sedih karena merasa gagal memberikan kejutan kecil untuk suaminya.
Dirgham langsung menggendong istrinya dengan gaya romantis, tetapi Arsyila malah menangis dalam gendongan suaminya.
Saat menaiki tangga untuk ke lantai dua, "Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini Ai, aku memiliki cara sendiri untuk merayakan hari ulang tahunku, jangan menangis lagi ya."
"Tetapi aku sudah menyiapkan semuanya Ai tapi kamu sudah tahu lebih dulu."
"Apa aku harus pura-pura terkejut Ai 'kan ini bukan shooting film layar lebar apalagi short movie," ujar Dirgham mencoba menghibur istrinya.
"Tahu lah, Ai aku capek ingin tidur."
"Tidur saja Ai apa kita ibadah dulu sebelum kamu mau tidur."
"I-Ibadah!" ulang Arsyila yang mendadak membeku.
"Iya ibadah di atas ranjang."
Pipi wanita muda itu memerah, Dirgham masuk ke kamar dan meletakkan istrinya dengan hati-hati, lalu beralih ke pintu. Pemuda itu mulai mengunci pintu dan meminta hak kepada istrinya.
Selesai dengan kegiatan panas mereka, Dirgham mengecup lembut kening Arsyila.
"Ai kita mandi bersama ya, lalu setelah itu kita keluar," ucap Dirgham kepada istrinya.
"Mau ke mana, Ai?"
"Ke rumah Mom dan Dad mereka sedang membuat acara untukku."
"Ya sudah ayo, Ai."
Keduanya mandi bersama selesai bersiap dengan memakai pakaian formal, akhirnya Dirgham dan juga Arsyila melaju menuju rumah besar kediaman Pak Agung.
Senja sudah mulai menyapa dua insan yang saling melengkapi tersebut. Hingga mereka sampai di rumah besar keluarga Agung.
"Assalamu'alaikum, Mom, Dad!" sapa Dirgham dan Arsyila bersamaan, keduanya mencium punggung tangan kedua paruh baya yang tampak begitu bahagia tersebut.
"Kalian sudah makan belum?"
"Belum Mom! Orang aku tadi cuma makan A....."
Wanita muda itu segera menutup mulut suaminya.
"A-Apa? Ayam?" tanya wanita paruh baya itu bingung.
"Kita masuk saja yuk, Mom daripada Ai bilang aneh-aneh," tukas wanita muda itu dengan cepat. Dia membawa mertuanya ke dalam meninggalkan Dirgham yang tersenyum lucu.
"Bikin gemas saja sih istriku itu," lirih pemuda tampan itu kepada istrinya yang sudah menggandeng erat tangan ibunya.
Setelah sampai di meja makan, mata Arsyila terperangah, dia bingung kenapa semua masakan yang dia masak tadi ada di meja makan, apalagi di rumah mertuanya.
"Ini kata Dirgham kamu yang buat ya, Nak? Kamu pengertian sekali sama suamimu?" puji Pak Agung kepada menantunya.
"I-Iya, Dad ini saya dan ART yang tadi buat untuk kejutan ulang tahun suami, ternyata dia sudah tahu duluan," cerita Arsyila kepada kedua mertuanya.
"Nak, suamimu itu tidak mau seperti orang lain, setiap hari ulang tahunnya, dia menyisihkan sebagian gaji yang dia dapat untuk menyalurkan hasil jerih payahnya ke panti asuhan atau panti jompo, dia juga menyiapkan beberapa makanan untuk dibagikan kepada petugas kebersihan ataupun orang yang membutuhkan, baginya membuat orang lain tersenyum adalah doa terbaik," tutur wanita paruh baya yang kini mengelus lembut surai Arsyila.
Wanita muda itu takjub sekaligus bangga dengan pemikiran Dirgham, tidak semua orang mempunyai pemikiran seperti suaminya, malah banyak yang berfoya-foya hanya untuk predikat orang kaya tanpa melihat sulitnya orang kecil mencari uang untuk makan walaupun hanya nasi dan juga garam.
"Jangan menangis, Nak! Begitulah sifat suamimu, dia unik dan juga tengil," terang pria paruh baya itu terkekeh.
"Ai.. Aku minta maaf!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments