Aku. Dukun!

Wajah Dirgham mulai terlihat panik, yang masuk tadi ternyata daddy-nya yang pakai wajah tegas seakan itu adalah saudaranya padahal anaknya sendiri.

"Ada apa, Nak? Kamu kira wajah tampan dad ini mirip hantu?" ketus Pak Agung kepada putranya.

"Dad sendiri yang ngagetin, hampir saja aku pakai jurus seribu bayang buat hadapi orang yang suka masuk ruangan orang lain tanpa permisi," sahut Dirgham dengan wajah sewot.

"Segitunya kamu sama, Dad. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang? Main-main sama data perusahaan lagi?"

Tebakan tepat Pak Agung saat melihat layar komputer itu menyala.

"Dad sudah mirip paranormal, suka nebak yang bener tapi belum tentu bener," sahut Dirgham meledek ayahnya.

"Cih, sikapmu sungguh menyebalkan sekali, Nak, andai ibumu ada di sini sudah dia jitak kamu pakai centong nasi andalannya."

"Sayangnya aku ini duplikat Dad semasa remaja, ya kali gak sama anak dan bapak," sindir Dirgham yang mulai duduk dengan baik, menghadap komputer, lalu mulai bekerja seperti biasa.

Tak lama kemudian Arsyila datang menemui Pak Agung di ruangan Dirgham, pemuda itu dengan santainya sedang membaca dokumen yang ada di komputer tersebut.

"Pak nanti ada rapat dewan, Anda harus segera ke ruangan rapat segera, mereka sudah menunggu Anda."

"Baik, kamu duluan saja, aku mau melihat pekerjaan Dirgham lebih dulu."

Arsyila mengangguk lalu berjalan meninggalkan ruangan Dirgham. Sementara pria paruh baya itu memberi peringatan kepada putranya.

"Beri pelajaran kepada mereka yang berusaha menjatuhkan kita, bermainlah dengan cerdas, pakai cara halus," bisik lembut Pak Agung kepada putranya.

"Mudah, Dad. Sana cepat rapat jangan lama-lama ada di sini, nanti ada yang curiga kalau aku ini putra Dad satu-satunya."

Pak Agung mengangguk lalu mulai meninggalkan Dirgham sendiri.

Tak lama setelah kepergian ayahnya, banyak karyawati yang ingin masuk ke ruangannya.

"Susah memang kalau punya wajah cakep kayak aku begini, sudah tajir, pandai, tapi jomblo akut," monolog Dirgham pada komputer yang menyala.

Ketukan pintu akhirnya membuat pria tampan itu mulai mendekati pintu ruangannya. Saat dia membuka banyak para karyawati yang mengantri untuk berkenalan dengan Dirgham.

"Hai namaku Tasya, bolehkah kita berteman."

"Udah jangan dengerin Tasya dia sudah punya pacar, kenalan sama aku saja, namaku gendhis," ucap salah satu karyawati yang menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Ehem."

Deheman tersebut membuat para karyawati menoleh kepada sosok yang berdiri dengan bersedekap dada.

"Eh ada Bu Syila."

Salah satu dari mereka terlihat gugup dan juga takut.

"Kalian di gaji untuk seperti ini ya? Atau mau ganjen ganjenan sama keponakan direktur utama?" sindir Arsyila dengan tegas.

"Sekarang bubar."

Setelah ucapan itu keluar banyak yang langsung pergi ke ruangan mereka masing-masing, takut sama ketegasan dari sekretaris Pak Agung.

"Dirgham kamu bisa kembali bekerja lagi, mereka sudah kembali pada ruangan masing-masing."

Terdengar dingin dan tegas, tapi pemuda itu malah tersenyum sambil berucap, "Terimakasih, Mbak."

Pemuda tampan itu segera menutup lagi pintu ruangannya, dia mulai menjadi hacker dan memberi pelajaran kepada para penggelap dana dan pencuri berkas perusahaan ayahnya.

Dirgham fokus dengan satu nama yang pernah membuat dirinya terkena imbas dari HRD. Senyumnya tampak tertahan, ada sorot mata yang tajam melihat pada komputer di depannya.

"Saatnya aku bermain denganmu, boy."

Dirgham memang tidak bekerja hari itu, tetapi kegiatannya memantau para penyusup yang masuk ke dalam perusahaan Black Star dengan meretas beberapa akun yang dipakai oleh karyawan ayahnya.

Dito Farhan, kamu sudah salah membuat masalah sama seseorang, hari ini kamu bisa merindukan aku di depan dua temanmu yang naif itu, tetapi esok hari adalah hari terakhir untuk kamu bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, batin pemuda tampan itu tersebut tipis. Dia masih berselancar di dunia maya dan menemukan beberapa bukti lain yang akan memberatkan Dito, mudah saja bagi Dirgham jika membuat orang lain terjatuh dengan taktik cerdiknya tanpa turun tangan seorang diri. Dia hanya terima bersih saja dan mendapatkan lawannya akan hancur dalam kurun waktu kurang dari 60 menit.

Anak Pak Agung itu menekan sebuah nomor lalu berbicara dengan tenang.

"Aku serahkan semuanya kepada kamu, Say."

Setelah ponsel tersebut mati, pemuda tampan itu mulai melirik arloji miliknya.

"Ternyata aku di sini sama saja, gak ada kerjaan sama sekali, mungkin jalan-jalan sebentar gak masalah 'kan ya, lagian dua jam lagi waktunya pulang."

Dirgham mematikan layar komputer miliknya, tak lupa ponsel yang merupakan keluaran terbaru itu masuk ke dalam saku miliknya. Pemuda tampan itu memang memiliki visual yang begitu sempurna, banyak karyawati yang mulai memuji dirinya dan berharap mendapatkan hatinya.

Akan tetapi saat Dirghan mulai keluar dari lorong, kembali Dito CS menghentikan langkahnya.

"Lo mau apa? Kerja saja belum selesai tapi sudah berani untuk keluar perusahaan dengan begitu santai."

"Oh, Mas tadi ya, yang kata Mbak Arsyila namamu Dito, kepanjangannya dari Dito...lak sama Mbak Arsyila," ujar Dirgham santai.

Dito merasa malu, dia bahkan ditertawakan oleh dua temannya akibat sindiran dari Dirgham.

Pemuda yang ada di depan Dirgham tersebut meradang akibat ucapan orang baru yang dirasa cukup menyebalkan baginya.

Dia mengepalkan tangannya dan berusaha untuk meninju wajah tampan Dirgham, pemuda yang merupakan ahli bela diri itu hanya menghindari serangan karena dia tidak ingin terlihat sebagai orang kuat dan mencoreng nama ayahnya nanti.

Dito menyerang tanpa ampun tapi lawannya hanya menghindar dan menghindar. Hingga tenaga Dito mulai berkurang dan terlihat napasnya yang tersengal-sengal.

Dirgham masih dengan posisi yang sama, dia menyelipkan tangannya pada saku celana.

"Sudahlah jangan pernah berantem, gak akan ada artinya sama sekali, apa kamu mau terlihat seperti jagoan, atau ingin jadi jutawan?"

Dirgham men-jeda ucapannya lalu menarik napas dalam dan melanjutkan kalimatnya, "Mau bermimpi bagaimana!"

"Banyak bicara sekali anak magang ini, apa kamu tak tahu siapa gue!"

Lawan bicara Dito tampak santai dan tersenyum mengejek.

"Dito Farhan sang cassanova yang tidak mau bertanggungjawab dengan apa yang dia lakukan oleh beberapa banyak gadis, suka ke luar masuk club malam dengan keadaan mabuk, keluarganya berhutang banyak untuk menyelamatkan perusahaan yang mereka dirikan, sedangkan anaknya hanya sebuah beban dan mendorong mereka ke jurang kehancuran esok hari," jelas Dirgham panjang lebar dengan begitu tenang, sementara dua temannya saling melirik bingung, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi oleh Dito, yang mereka tahu jika Dito anak yang loyal.

"Dan satu hal lagi."

Dirgham melangkah mendekati Dito yang geram, "Jangan kira aku tidak tahu kelakuan aslimu yang menjadi masalah perusahaan ini, menggelapkan dana hanya untuk foya-foya sama gadis rendahan," bisik Dirgham dan melewati Dito yang menegang.

Bagaimana dia bisa tahu apa yang gue lakukan, padahal dia anak baru, apa jangan-jangan? .

Dito hanya bisa melihat Dirgham semakin menjauh lalu senyum liciknya terlihat.

Terpopuler

Comments

Di Yuan

Di Yuan

dan Dirgham langsung balas ucapan Dito, lah! situ nggak tahu gue siapa!

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!