Dirgham menatap lekat wajah istrinya yang begitu cantik dengan make up tipis.
"Kamu tidak salah, Ai, jadi jangan pernah menyalahkan diri sendiri," terang pemuda tampan itu menenangkan hati istrinya.
"Tapi, Ai karena aku...."
Dirgham membungkam bibir istrinya dengan jari telunjuk miliknya, "Ini rumah tangga kita, Sayang jangan bicara masalah ini di depan orang tuaku," pinta pemuda tampan tersebut kepada istrinya.
"Maaf, Ai aku lupa."
"Sekarang kita makan dulu, lalu aku akan mengajak kamu ke panti asuhan dan ke pantai, aku ingin kamu merasakan bahagia hari ini," bisik Dirgham lembut kepada istrinya.
Mereka makan dengan tenang hingga akhir acara syukuran kecil-kecilan.
"Masakan kamu enak, Nak! Dirgham beruntung punya kamu, sudah cantik, rajin, mandiri, dan pintar memuaskan perut suami dengan masakannya," puji wanita paruh baya itu pada Arsyila.
"Mom bisa saja, aku juga baru belajar masak sama Bi Marning, Mom!"
"Tapi kamu belajar dengan cepat sayang, mom bangga sama kamu," tutur ibu Dirgham lagi.
"Aku yang beruntung karena memiliki suami seperti Dirgham, Mom, dia banyak memberikan aku pelajaran berharga dan juga bermakna dalam hidup."
"Semoga kalian selalu bahagia, Nak, doa kami selalu bersama kalian."
Mereka berbincang santai hingga Dirgham melihat jam tangan yang ada di tangannya.
"Sudah waktunya kita pergi, Ai."
Arsyila hanya mengangguk saja, dia langsung menyalami kedua paruh baya yang melepas putra dan menantunya.
"Kamu gugup, Ai?" tanya pemuda tampan itu kepada istrinya.
"Aku belum pernah ke panti, Ai ini pertama kali buatku, dan itu bersama suami yang penuh kejutan seperti kamu, Ai."
"Ini pujian apa sindiran, Ai," jawab Dirgham dengan gurauannya.
"Sepertinya ini termasuk kategori pujian, Ai, cuma kalau sama kamu itu sesuatu, Ai."
"Sesuatu gimana?"
"Aku sempet berpikir, kamu itu bisa santai dan juga ramah sama semua orang bagaimana, sedangkan aku harus beradaptasi dulu baru akrab sama seseorang."
"Aku sama seperti kamu, Ai pada jaman dulu, gak berani berbicara sama orang asing bahkan teman sebaya sekalipun, hingga seseorang membuatku berani untuk keluar dari zona nyaman," tutur Dirgham dengan santai.
"Siapa itu? Bolehkah aku mengenalnya juga, Ai."
"Sayangnya aku hanya bertemu sekali saja, sewaktu masih berusia lima tahunan, itu pun dalam keadaan kacau," kenang Dirgham menceritakan kisah masa kecilnya.
"Pasti masa itu kamu imut ya, Ai hingga ada yang membuat kamu seperti ini sekarang."
"Aku berterima kasih sama gadis kecil yang masih belia di bawahku, dia mengulurkan tangannya dan bersuara cadel, sambil membawa boneka bintang laut berwarna merah muda." Hingga tak terasa mereka sampai di sebuah rumah bertingkat dengan halaman sangat luas penuh dengan bunga dan juga kebun sayur.
"Ai ini rumah singgah untuk anak terlantar dan juga yatim piatu?" tanya Arsyila takjub.
"Iya Ai, gedung depan untuk anak-anak yang tidak memiliki orang tua sedangkan gedung paling belakang adalah panti untuk para lansia," jelas Dirgham pada istrinya.
"Ini juga kamu yang mengelola, Ai?"
Dirgham mengangguk, "Aku yang merubah semuanya agar mereka nyaman dan bisa dijadikan tempat tinggal yang lebih layak, mereka juga manusia yang butuh perhatian dan juga kasih sayang, Ai."
"Kamu benar, Ai."
Semakin hari aku semakin mencintai kamu, Ai entah hal baik apa yang pernah aku lakukan, hingga Allah Maha Esa mengikatku dengan kamu dalam pernikahan suci, semoga kamu selalu sehat dan juga banyak rezeki ya, Ai batin Arsyila pada sosok tinggi yang kini mengulurkan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments