Tanggungjawab

Dirgham membawa Arsyila ke rumah sakit sejak dia menyelamatkan gadis cantik itu di hotel bersama Argo. Pemuda itu hanya diam di ruang tunggu hingga dua paruh baya menghampiri dirinya.

Tamparan keras menghantam pipi Dirgham yang tidak tahu apapun.

"Kurang ajar sekali kamu, sudah mengotori putriku, dia akan menikah tapi apa yang sudah kamu lakukan," bentak pria paruh baya itu emosi.

Dirgham tetap tenang meskipun rasa panas menjalar di pipinya.

"Pergi kamu, jangan pernah ganggu putriku lagi," usir pria paruh baya itu pada Dirgham dengan marah.

"Baik, Om, Tante saya permisi."

Dirgham meninggalkan rumah sakit dalam keadaan dingin dan datar, tidak se-tengil biasanya. Dia mengendarai mobil sport yang terparkir di halaman rumah sakit.

Sementara itu di ruangan Pak Agung suasananya menjadi tegang, wajah datar pria paruh baya itu mengisyaratkan akan sesuatu hal yang penting.

Kepala pria paruh baya itu mulai berputar, "Kenapa bisa kalian kecolongan, hah! Sekarang bagaimana nasib Arsyila?" tanya Pak Agung dengan nada tegas.

"Tuan Muda sudah membawa Nona Arsyila ke rumah sakit, tadi di hotel sempat terjadi perkelahian antara Tuan Muda dan rivalnya, Tuan!" jelas bodyguard tersebut pada Pak Agung.

Helaan napas kasar keluar dari hidungnya, "Anak itu sungguh ceroboh, jika dia yang dituduh sebagai dalang dari semua ini bagaimana?"

"Aku akan tanggungjawab, Dad," sahut Dirgham yang langsung masuk ke dalam ruangan ayahnya.

"Apa yang akan kamu lakukan? Jika orang tua Arsyila meminta kamu untuk menikahi putrinya?"

"Ya tinggal nikah saja sih, Dad masalah nafkah aku ada tabungan untuk hidup," jelas Dirgham enteng.

"Nak bukan itu yang jadi permasalahan saat ini, kalau kamu nikah bagaimana kamu bisa selesaikan misi ini, ini belum ada setengah jalan, baru mulai loh kamu itu, jangan bikin Dad berpikir ulang untuk berikan semua aset ini pada panti sosial," ancam pria paruh baya itu pada Dirgham.

Pemuda itu menghela napas kesal, dia memandang raut ayahnya yang sudah menua, lalu dengan yakin dia menjawab, "Aku ikhlas Dad jika semua aset ini masuk ke panti sosial, mereka berhak untuk semua rezeki yang sudah kita dapatkan ini, lagian aku ingin memulai bisnis ku dari nol," terang Dirgham santai.

Wajah tegang itu membola, dia tidak menyangka jika ancamannya malah tidak membuat putranya untuk berpikir ulang, ada kelegaan dan kebaganggaan di dalam hati Pak Agung, mengetahui jika putranya sudah benar-benar dewasa.

"Lalu kapan kamu akan bertanggungjawab pada Arsyila?" tanya pria paruh baya itu dengan nada lembut.

"Secepatnya, Dad karena suatu hal aku ingin melindungi Arsyila dari gangguan keluarga Valco yang sok tinggi, padahal jika mereka bersaing dengen kita, mereka kalah jauh, dan...."

"Ada apa? Apa kamu berpikir ulang untuk menikah?"

Dirgham menggeleng, "Bukan, Dad mereka mengira aku ini adalah anak orang tak mampu, sejak dulu 'kan aku memang tidak menunjukkan identitas asliku di mata orang lain, memakai pakaian sederhana yang murahan, mengendarai motor butut ke sekolah, hal itu membuat mereka mem-bully aku dan bilang jika aku tidak pantas bersekolah di sana, padahal mereka mem-bully orang yang salah," jelas Dirgham yang angannya kembali pada masa putih abu-abu.

"Hey anak miskin, masih berani bersekolah di sekolah elit ini? Punya urat malu berapa hingga kamu masih sekolah di sini," ejek Argo the genk yang mengerumuni Dirgham yang sengaja berpenampilan culun dan memakai kaca mata.

"Kalian mau main keroyokan? Gak malu sama anak TK yang berantem satu lawan satu?"

Dirgham dengan begitu santai membalas ucapan Argo.

"Sialan kamu! Mau cari mati?"

"Memang kamu itu malaikat pencabut nyawa bisa bikin aku mati hari ini, paling juga kamu yang bakal nangis kalau kalah," tantang Dirgham dengan senyum tipis.

Perkelahian itu tak bisa terelakkan dan dari itulah perselisihan antara Dirgham dan Argo muncul, apalagi saat tahu Kanaya yang merupakan kekasih Dirgham, berselingkuh dengan Argo karena Dirgham mengaku hanya orang biasa saja, padahal kenyataannya dia merupakan anak penguasa ternama dan terkenal hingga Eropa.

"Nak!"

Panggilan itu membuat Dirgham tersebtak dalam lamunannya.

"Bagaimana?" tanya Pak Agung memastikan jika Dirgham bertanggungjawab pada Arsyila.

"Iya, Dad, jika boleh hari ini pun aku mau menikah dengannya, agar dia juga aman jika sudah bersama denganku," tegas Dirgham dengan tenang.

"Baiklah, hari ini dad dan Mom akan melamar sekaligus menikahkan kamu dengan Arsyila, namun ada syaratnya, kalian harus nikah sah secara agama dan juga negara, jangan ada yang tahu kalau kalian menikah, karena Arsyila akan dalam bahaya jika musuh tahu menantuku ikut bekerja di perusahaan."

"Iya, Dad, kami akan menyembunyikan identitas, tapi restui kami dulu, Dad, niat baikku untuk menikahi seseorang untuk menjaga nama baiknya dan menjadi tempat dia bersandar."

Di rumah sakit tempat Arsyila dirawat, gadis cantik itu menangis meratapi nasibnya.

"Sudah sayang jangan menangis terus, kamu harus kuat dan sehat, kita kasih pelajaran sama anak yang sudah membuatmu seperti ini."

"Mama sudah tahu jika Argo yang melecehkan aku?" sahut Arsyila yang masih menangis takut.

"Argo? Bukankah anak yang tadi menunggu kamu di ruang tunggu dengan wajah datar tadi yang melecehkan kamu?" tanya pria paruh baya yang merupakan ayah Arsyila.

"Bukan! Dia yang menolongku Yah, dia yang membawa aku ke sini dan mungkin dia juga yang menghubungi kalian," jelas Arsyila pada kedua orang tuanya.

"Tapi Argo yang bilang jika kamu itu dilecehkan sama orang di hotel."

Arsyila menggeleng lalu menceritakan kejadian tragis itu kepada orang tuanya.

"Jadi yang bener yang mana? Mama dan Ayah bingung sama kalian."

"Kalian bisa melihat bukti itu sekarang jika kalian mau," tukas Dirgham yang kini berada di ambang pintu dengan wajah datarnya.

"Apa maksud kamu!"

"Kalian akan mengerti saat melihat ini."

Dirgham mulai menyalakan televisi yang ada di ruangan Arsyila, pemuda yang pakaiannya sudah ganti dengan pakaian biasa namun sopan tersebut mencolok kan flashdisk pada layar televisi, di mana video tersebut merupakan hasil dari pantauan anak buah Dirgham ditambah dengan CCTV yang ada di hotel tersebut.

Dua paruh baya serta Arsyila menatap tajam layar televisi tersebut dengan mengepalkan telapak tangannya.

"Jadi selama ini mereka sudah mempermainkan kita, dan hubungan kerja sama itu semua palsu," geram pria paruh baya yang merupakan ayah dari Arsyila.

"Untuk itu kami ada di sini bertanggungjawab untuk menjaga nama baik Arsyila," bariton Pak Agung membuat Arsyila menoleh.

"Tuan Besar, Anda kenapa ada di sini, lalu untuk apa kalian bertanggungjawab?"

"Aku ke sini bersama dengan istri dan putraku untuk meminta izin menikahi kamu Arsyila, untuk menjaga nama baik kamu dan juga menjadi pelindung kamu hari ini, esok dan seterusnya," sahut Pak Agung ramah.

"M-Menikah dengan putra Tuan besar?"

Pak Agung mengangguk mantap, lalu menatap istrinya dengan mengusap lembut punggung tangannya.

"Niat kami untuk menjadikan kamu menantu keluarga kami, jika kamu mau maka putra kami akan sangat bahagia, tapi semua terserah kepada kamu, Nak. Kami sebagai orang tua hanya mendukung apa yang menjadi niat baik putra kami."

Sukma menjelaskan panjang lebar.

"S-Siapa putra kalian?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!