Arsyila melupakan kejadian yang membuat harinya kesal saat di panti, namun kini lihatlah, dia bahagia dengan bermain air di pantai dengan pasir merah muda dan batu-batuan yang bersinar indah menghiasi tepi pantai. Dirgham menatap istrinya yang sedang bahagia, lalu dia teringat dengan Zara, wanita yang terobsesi akan dirinya.
"Kim! Selesaikan gadis itu secepatnya, jangan sampai membuat hidupku dan Arsyila terancam, aku sudah muak dengan gadis yang centil dan gatal seperti dia," ucap dingin Dirgham pada tangan kanannya.
"Baik, Tuan."
Kim berlalu meninggalkan pemuda itu duduk di teras sambil melihat istrinya yang senang di ujung sana. Tak lama kemudian, Arsyila mendekat dan mengajak suaminya untuk ikut bermain di tepi pantai.
"Ayo main di pantai, Ai!" ajak Arsyila ketika dia dekat dengan Dirgham.
"Kita istirahat dulu, Ai malam hari pemandangan laut dan juga sekitar cukup indah, apalagi ditambah sinar bulan yang secara alami menambah romantis kegiatan kencan kita ini," tolak Dirgham halus pada Arsyila. Wanita muda itu tidak berdebat dia duduk di sebelah suaminya dan mengibaskan tangannya, berharap gerah segera hilang.
"Kita makan siang dulu ya, Ai. Kamu juga butuh energi untuk kegiatan kita nanti malam, jadi harus ekstra kuat dan juga tetap fit," ujar Dirgham menggoda Arsyila.
"M-Maksud Ai apa?"
"Kita 'kan nanti kencan di bawah sinar rembulan sambil jalan-jalan di pantai, bukankah kamu harus ekstra fit agar bisa menikmati momen seperti ini, lagipula beberapa hari masa cuti kamu juga selesai, Ai," terang Dirgham dengan wajah tengilnya.
"Aku kira...."
"Apa yang kamu pikirkan, Ai."
Arsyila menggeleng pelan, "Tidak ada." Padahal otaknya udah berpikir yang enggak enggak soal ucapan Dirgham yang terkesan sangat ambigu.
Dirgham mengajak Arsyila untuk makan siang lebih dulu di ruang makan, ART yang sudah dipersiapkan oleh Dirgham sangat kompeten dan juga gerak cepat.
"Makan yang banyak, Ai setelah itu tidur, biar tidak kecapean nanti."
Dirgham memberikan instruksi pada istrinya, dia juga akan menyelesaikan pekerjaan hackernya hari itu sebelum malam tiba. Selesai makan siang, Arsyila benar-benar tidur, namun berbeda dengan wanita muda itu. Pemuda itu sibuk dengan komputer yang ada di tangannya. Dia juga memantau hotel yang beberapa hari ini dia tinggalkan. Hanya lewat Kim saja Dirgham sudah melakukan semua pekerjaan dengan baik.
Pemuda itu mengesah pelan, ditatapnya langit biru yang berawan putih begitu cerah dan juga menenangkan. Dirgham yang kini melihat arloji sudah pukul 12 siang tepat, kini membangunkan istrinya.
"Ai bangun, ayo kita sholat dzuhur berjamaah," bisik pelan Dirgham di telinga Arsyila.
Wanita muda itu kini menatap wajah tampan suaminya yang begitu teduh.
"Ada apa, Ai?"
"Kita sholat dzuhur berjamaah, Ai. Ayo kita ambil wudhu dulu dan segera gelar tikar," ucap Dirgham saat dia kini sudah memakai hem lengan panjang lengkap dengan sarung dan juga peci.
Arsyila mengangguk, dia menggelar sajadah setelah selesai bersuci, memakai mukena dan sudah siap untuk menjadi makmum Dirgham.
Keduanya sangat khusuk saat sholat berjamaah, hingga pada salam terkhir. Dirgham mencium pucuk kepala Arsyila dengan lembut, dia memegang ubun-ubun istrinya dan mulai berdoa sesuatu yang baik untuk kehidupan istrinya serta harapan kecil dari dirinya.
Selesai dengan sholat berjamaah, Arsyila segera mengambil Al-Quran dan memberikan kepada Dirgham..
"Iqra' Ai."
Mereka membaca ayat suci seperti biasa lalu keduanya khusuk menyemak satu sama lain.
Disela membaca Al-Quran tiba-tiba dering ponsel milik Dirgham mengusik pemuda tersebut.
Arsyila menutup ayat suci dan melihat suaminya tampak cuek.
"Ai, angkat dulu teleponnya, siapa tahu ada yang penting," ujar lembut wanita muda itu pada suaminya.
Dengan malas pemuda itu akhirnya mengangkat juga ponsel yang berdering sedari tadi.
"Iya Kim, bagaimana?"
"Sudah beres, Tuan."
"Bagus, sekarang kembali ke sini. Tugasmu masih banyak."
Panggilan pun ditutup, Arsyila sudah melepas mukenanya, lalu membaca sebuah cerita dari platform online.
"Kamu sedang apa, Ai?" tanya lembut Dirgham pada istrinya.
"Aku sedang membaca novel online Ai, ceritanya seru!" sahut Arsyila dengan senang.
"Judul apa yang kamu baca?"
Dirgham ikut duduk di samping istrinya tersebut.
"Ini 'Kekasihku Bad Boy Milyuner karya Dian Retno Kustyowanti' alurnya seru dan ringan," jawab Arsyila dengan menyerahkan ponselnya.
"Aku boleh ikut baca, Ai."
Wanita muda itu mengangguk mengiyakan.
Keduanya membaca dengan senyum sendiri, hingga tak terasa sudah mulai sore.
"Ai kita makan malam di luar ya."
Arsyila hanya ikut saja, dia tidak tahu apapun yang akan dipersiapkan oleh suaminya. Menurut wanita muda itu suaminya penuh dengan kejutan.
Setelah bersiap, Dirgham menggandeng erat tangan istrinya, diajaknya wanita muda itu keluar dari villa menuju pantai.
"Sayang i-ini?"
"Ini yang aku katakan dari awal, pemandangan indah itu akan semakin indah saat malam dengan cahaya bulan yang menyinari batu cantik di tepi pantai membentuk sebuah gunung batu yang cantik."
Dirgham menjelaskan kepada Arsyila yang sangat kagum akan ciptaan Yang Maha Esa.
Bagini penamakan pantai yang Arsyila kunjungi.
Arsyila masih terkesima dengan pemandangan di sekitarnya, batu itu seolah bercahaya di tengah kegelapan malam.
Dirgham membawa langkah istrinya masuk ke dalam sebuah taman yang begitu indah.
"Ai ini?"
"Ini adalah taman peri, aku memberi nama itu karena terinspirasi sama animasi peri berwarna hijau."
"Maksud kamu Tinkerbell?"
"Mungkin, tapi aku kurang tahu, aku menemukan taman ini saat merajuk sama Mom waktu kecil, tempat ini adalah favoritku ketika sedang sedih. Dan di sana, kamu akan menemukan kenyamanan." Tunjuk Dirgham pada kursi batu yang hanya ada satu.
"Kamu percaya pada peri, Ai?" tanya Arsyila yang ingin tahu.
"Setiap makhluk hidup pasti ada, mungkin di suatu tempat yang berbeda dengan kita, tetapi hal yang paling aku percayai adanya bidadari tidak bersayap, yaitu kamu dan Mommy," jelas Dirgham jujur.
Arsyila menghentikan langkahnya lalu menatap iris hitam yang tampak begitu tegas dan cerah.
"Aku sangat mencintai kamu, Ai."
Arsyila memeluk tubuh suaminya dengan lembut, "Terimakasih untuk memilihku, Ai, entah apa yang akan terjadi kepadaku saat kamu tidak ada waktu itu."
"Aku hanya perantara saja, Ai harusnya kamu berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dia yang mengikat kita dalam ikatan suci meskipun awalnya kurang baik," ucap Arsyila yang mengenang masa lalunya.
"Iya, Ai kalau itu setiap hari setelah berdoa untuk kamu," jawab Arsyila jujur. Pemuda tampan itu yang mulai salah tingkah mengelus pucuk kepala istrinya dan berkata. "Terimakasih juga sudah mau menerima karyawan magang yang hampir di bully sama karyawan sendiri."
Arsyila yers
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments