Dirgham Sanjaya

"Putraku, Dirgham Sanjaya Hardhika, pemilik Hotel Star Shine terbesar dan terkenal di kota ini, dia juga yang akan mewarisi semua aset perusahaan Black Star Corporation."

Arsyila membola, pendengarannya tidak salah sama sekali. Lalu atensinya kini melihat sosok tampan dan santai di depannya.

"J-Jadi dia bukan keponakan Tuan besar?"

"Dia putraku satu-satunya, sengaja menyembunyikan identitasnya karena masalah dalam perusahaan yang kurang baik, dia bekerja sebagai mata-mataku dan menyingkirkan musuh dalam selimut," terang pria paruh baya itu ramah kepada Arsyila.

"Tenang saja, Mbak, aku juga akan merahasiakan kamu dari semua hal yang berbahaya, karena bagaimanapun juga Mbak yang akan mendampingiku hingga tua nanti, tapi jika Mbak Syila mau sama aku yang sekarang menjadi bawahan Mbak," ujar Dirgham dengan lembut.

Arsyila diam, dia melihat selimut yang menutupi tubuhnya lalu memegang dengan kuat kain rumah sakit tersebut.

"Apa jika kita menikah semua akan berubah, aku takut jika semua hal itu berubah asam seiring berjalannya waktu, karena kita belum saling mengenal sama lain," jawab Arsyila dengan menundukkan wajahnya.

"Yang berubah hanyalah status kamu dan aku, kita bisa menjalani semua ini sambil menikmati kebersamaan setelah pernikahan, karena aku sendiri belum pernah menjalin cinta setelah dikhianati."

Senyuman Dirgham membuat Arsyila mulai luluh, dia melihat kedua orang tuanya lebih dulu.

"Kami merestui kamu, Nak jika pernikahan ini dilakukan sekarang, tapi semua tergantung dengan diri kamu sendiri, tetapi niat baik seseorang untuk melindungi kamu jangan kamu abaikan," tutur lembut wanita paruh baya yang merupakan ibu Arsyila.

"Kamu bisa memikirkan dulu apa yang ada di hatimu, Mbak, aku juga tidak memaksa, hanya saja aku memaksa Tuhanku untuk menjodohkan Mbak Syila denganku," ucap Dirgham dengan sedikit tawa di wajahnya.

"Kami akan pulang dulu, mungkin Mbak perlu berpikir ulang dan semoga lekas sembuh ya, Mbak."

Ketika pemuda itu hendak berbalik, "Tunggu jangan pulang, a-aku menerima kamu, Ham, tolong jadikan aku wanita yang hanya satu-satunya di hidupmu, dan lindungi aku seperti yang kamu katakan tadi."

Senyum Dirgham mengembang, "Tentu, aku akan melindungi kamu seperti janjiku tadi."

Malam itu Dirgham dan Arsyila mengikat janji di hadapan Tuhan, pemuda tampan itu mengucap ijab qobul dengan sekali tarikan napas.

Akhirnya kedua pasangan itu sudah resmi menjadi suami istri, dan Dirgham memberikan sebuah set perhiasan emas untuk Arsyila.

"Semoga kamu suka ya, Mbak."

Setelah bertukar cincin dan berbincang santai, kedua orang tua Dirgham dan Arsyila pamit, mereka ingin keduanya saling terbuka dan juga saling mengisi satu sama lain. Saat di ruangan itu hanya ada Dirgham dan Arsyila, suasananya terlihat begitu canggung, apalagi Arsyila yang gugup dengan pemuda yang sudah sah menjadi suaminya tersebut.

"Em, Mbak ada yang bisa aku bantu? Mungkin ingin minum atau makan sesuatu?" tawar Dirgham memecah rasa canggung di antara keduanya.

"Em a-aku tidak terlalu lapar, Ham?"

Hening lagi, keduanya masih sangat canggung apalagi Dirgham yang bingung harus bagaimana.

"Em, Mbak bagaimana keadaan kamu sekarang? Apa sudah baikan? Maaf aku membohongi Mbak sebagai keponakan Dad, itu karena Dad tidak mau aku terekspos hingga ada yang berniat mengancam keselamatanku," terang Dirgham pada gadis cantik yang sekarang sudah menjadi istrinya.

"Pak Agung sudah bilang kok, jadi santai saja."

"Em iya."

Kembali suasana hening, hingga ponsel milik Arsyila berbunyi nyaring.

Gadis cantik itu mulai melihat siapa yang sedang menghubungi dirinya. Tampak raut wajahnya Arsyila mulai pucat, dia takut lagi akan orang yang sedang menunggu jawabannya.

"Kamu kenapa lagi, Mbak?"

"Bisakah kamu hapus dan blokir nomor itu, aku takut."

Dirgham tersenyum menyeringai, "Boleh aku angkat, Mbak biar dia yang jadi urusanku, mungkin dia penasaran sama orang yang dia bilang miskin ini," tutur Dirgham dengan santai.

"Silahkan saja, tapi jangan berbuat yang aneh-aneh ya, apalagi berkelahi, aku tidak mau jika....."

"Jika mantan kamu terluka?" goda Dirgham santai.

"Bukan, tapi aku tidak ingin kamu terluka dan juga kelelahan, jika kamu sakit siapa yang akan merawat kamu, jika aku sendiri belum bisa pulang dari rumah sakit," jelas Arsyila panjang lebar.

"Iya, iya... Aku tidak akan berbuat yang bikin aku sakit, Mbak."

Dirgham menggeser ikon hijau itu dengan enteng.

"Sayang, maafkan aku, aku tadi khilaf karena punya bidadari yang sempurna seperti kamu, aku tidak ingin kamu dimiliki siapapun," ucap Argo dengan rayuannya.

Seketika Dirgham tertawa nyaring, "Sayang apa ada pria lain di dekat kamu?" tanya Argo dengan nada tinggi.

"Siapa yang kamu bilang pria lain? Kamu lupa siapa yang menolong Arsyila saat kamu ingin menghilangkan kehormatan miliknya," sahut Dirgham santai, namun syarat akan penekanan.

"Hei orang miskin, jangan pernah berpikir untuk mendekati calon istriku, dia milikku."

Suara Argo tampak begitu marah. Arsyila yang mendengar itu meminta izin pada Dirgham untuk membalas ucapannya.

"Maaf ya, aku bukan lagi tunanganmu, aku sudah menikah dan jangan lagi ganggu aku," tegas Arsyila jujur.

Argo malah tertawa dengan keras, "Siapa yang mau menikah dengan wanita seperti kamu, Sayang, perusahaan orang tuamu itu bangkrut, kamu juga sudah hampir jadi milikku tadi jika saja orang miskin itu tidak menghalangi kegiatan panas kita."

Tangan Arsyila mengepal, buku-buku jarinya terlihat memutih, wajahnya mulai mengeluarkan bulir bening yang meluncur deras.

"Aku bahkan lebih senang saat orang miskin itu menolongku dari orang gila seperti kamu, Ar, orang miskin itu juga yang sekarang menjadi suamiku, jangan pernah menjelekkan dia apalagi merendahkan derajatnya, jika kamu tahu dia lebih baik dari pada orang sombong seperti kamu," jelas. Arsyila panjang lebar.

"Oh ternyata kamu menikah sama orang miskin itu, cocok sih miskin dengan miskin, aku beruntung tidak menikah dengan gadis miskin dan perusahaan keluarganya yang sudah hampir bangkrut seperti keluarga kamu."

"Jika tidak ada yang ingin kamu ucapkan, aku akan menutup panggilan ini, dan terima kasih untuk pujiannya."

Mendengar Arsyila yang sudah bisa membela dirinya, membuat Argo tampak geram.

"Harusnya kamu itu menjadi milikku Arsyila, aku ini anak orang kaya dan aku jamin hidupmu akan bahagia dengan semua harta dan keinginan yang bisa kamu wujudkan," monolog Argo yang kesal dengan Arsyila dan juga Dirgham.

"Apa hebatnya orang miskin itu, dia bahkan tidak bisa melampaui kejayaanku saat ini."

Aarggggh

Semua benda yang ada di kamar Argo dilempar sembarangan, pemuda itu marah karena lagi-lagi kalah dari Dirgham.

"Lihat saja culun, aku akan membuat kamu tidak lagi mendapatkan rasa simpati dari Arsyila, aku pastikan jika Arsyila hanya milikku saja."

Argo tampak menyeringai saat mengingat wajah Dirgham.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!