Di saat Axel tengah sibuk dengan segala pemikirannya dan rasa sesal yang tiba tiba menyeruak dalam hatinya karena sikap sok tahunya.
Shafeea tengah melangkah dengan begitu lebarnya dan cepat menuju arah jalan raya, ia yang tadinya enggan untuk cepat pulang dan berniat untuk tinggal sedikit lama di taman ini, justru kini ia inhin cepat cepat meninggalkan tempat ini.
hingga ia berniat memesan taksi on line saja ketimbang menunggu datangnya angkot. Ia takut angkot itu datangnya akan lama dan ia khawatir akan kembali bertemu dengan Farugh.
Shafeea baru saja hendak masuk ke dalam taksi yang baru ia pesan ketika tiba tiba sebuah cekalan lumayan kuat terasa pada lengannya.
Seketika ia merasakan tubuhnya terasa beku dan kembali bergetar dengan hebat. Keringat dingin mengucur deras di keningnya.
" lepaskan tanganmu dariku..katakan saja apa maumu, aku akan ikut.." kata Shafeea dengan suara bergetar dan sorot mata yang amat tajam.
Pria itu dengan cepat menundukkan pandangannya.
Seorang pria berpakaian serba hitam yang ia hafal itu adalah seragam khas pengawal keluarganya. Namun wajahnya sangat asing di mata Shafeea.
Pria itu menurut, ia melepaskan cekalannya dan mengarahkan Shafeea ke pada sebuah mobil sedan warna hitam yang sangat ia hafal milik siapa. Setelah sebelumnya memerintahkan pemilik taksi on line untuk pergi tentu saja setelah di beri ganti rugi.
" bibi...." desisnya pelan Shafeea dalam hati.
Mobil mewah berjenis sedan dan berwarna hitam itu segera melaju setelah Shafeea duduk di dalamnya.
Nyaman...seharusnya begitu, karena mobil itu sangatlah mewah.
Fitur fiturnya juga sangat elegant dan exclusive, namun kesan nyaman itu sama sekali tak di rasakan oleh gadis itu.
Dulu...dulu sekali, ia pernah sangat ingin sekali berangkat sekolah di antarkan oleh mobil ini. Saudara saudara sepupunya yang lain seringkali di antar jemput oleh mobil mewah ini.
Sementara dirinya, ia harus puas hanya dengan di antar jemput dengan bis antar jemput sekolah.
Seringkali ia akan melongo di pinggir jalan sedang menunggu bis jemputannya dan mobil mewah berlalu melewatinya begitu saja.
Dan kini...setelah keinginan itu tak lagi hadir dalam sanubarinya, ia justru di izinkan merasakan naik mobil ini.
Namun rasa nyaman itu tiada ia rasakan, yang ada hanya rasa jengah dan kecewa yang begitu besar.
Setelah cukup lama mobil sedan mewah itu melintasi jalan beraspal, kini mobil itu nampak memasuki pelataran sebuah restaurant mewah.
" silahkan nona..." pria berseragam hitam itu segera membuka pintu mobil setelah ia turun lebih dulu dengan cepat.
" meja nomor lima belas nona..." lanjut pria itu setelah melihat Shafeea keluar dari mobil.
" hmm....terima kasih.." kata Shafeea kemudian yang sontak membuat pria itu mendongak dan menatap sejenak kepada Shafeea hingga membuat Shafeea mengerutkan keningnya.
" ada apa ?! " tanya Shafee namun di jawab pria itu dengan gelengan kepala sembari menundukkan pandangannya.
Yang sebenarnya adalah... pria itu merasa terkejut dengan ucapan terima kasih yang terlontar dari bibir gadis itu.
Di matanya wajah Shafeea terlihat begitu dingin dan angkuh tak jauh beda dengan anggota keluarga Latief yang lain. ia tidak menyangka saja jika gadis itu memiliki atitud yang luar biasa.
Berterimakasih kepadanya yang hanya seorang pengawal.
Shafeea segera berlalu meninggalkan mobil beserta pria yang masih termangu di sana karenanya itu.
Sampai di dalam ia segera mencari meja yang di katakan oleh pria tadi.
Segera gadis itu mendekat ketika matanya menemukan seseorang yang mengundangnya.
Dan segera orang itu menatap kehadiran Shafeea yang kini tengah berdiri di hadapannya.
" selamat malam anak haram...apa kabar ?! " sapa orang itu yang tak lain adalah Samira tanpa bangkit sedikitpun dari duduknya.
Tatapan mata wanita itu begitu merendahkan Shafeea,
" baik bibi..." jawab Shafeea singkat dengan wajah datar dan dingin dan masih dengan posisi berdiri.
" sepertinya kau sudah berubah menjadi gadis liar sekarang setelah keluar dari rumah. Atau yang sebenarnya adalah...inilah kau yang sesungguhnya " imbuh Samirah seolah memojokkan Shafeea.
Namun sepertinya kata kata itu tak berhasil memprovokasi Shafeea. Wajah gadis itu sama sekali tak berubah sejak awal.
Datar saja....
" katakan padaku, apa yang bibi inginkan ?! "
Kini, justru Samira yang tersulut emosi karena kata kata gadis ingusan di depannya itu.
" jauhi putraku, jangan mimpi kau bisa kembali kepada kami dengan memperalat putraku. Aku sangat tahu...kau hanya ingin namamu tertulis sebagai salah satu ahli waris keluarga Latief bukan " Samira berkata dengan nada begitu mengintimidasi dan sarat hinaan. Ia sama sekali tak mempersilahkan Shafeea untuk duduk.
Shafeaa diam dan memilih mendengarkan saja ucapan wanita di hadapannya itu.
" di mata kami kau hanyalah sampah tak berguna, jadi jangan berani berani kau berharap bisa bersanding dengan putraku. Aku tahu...selama ini kau menggunakan wajah polosmu yang menjijikkan itu untuk menjerat putraku. Dasar murahan....sepertinya kau sangat berbakat menjadi jalang " lanjut Samira masih begitu merendahkan Shafeea.
Cukup lama keduanya saling menatap tajam dalam kebisuan.
" sudah...kalau sudah aku pergi !! " jawab Shafeea kemudian dan segera memutar tubuhnya hendak berlalu meninggalkan Samira.
Namun baru dua langkah ia melangkahkan kakinya, ia menghentikan langkahnya karena kata kata wanita di belakangnya.
" hei anak haram...kau dengar baik baik dan kau ingat untuk selamanya dalam seumur hidupmu, seumur hidupku aku sangat membencimu melebihi rasa benci ku pada apapun di dunia ini bahkan sejak kau belum di lahirkan.
Wajahmu itu mengingatkanku pada wajah murahan dan menjijikkan ibumu. Kau tahu kau tak ubahnya sama seperti ibumu. Kau bahkan mewarisi sifat munafik dan jalang ibumu..Kehadiranmu hanyalah sebuah cela dalam keluarga kami " begitu menusuk dan menghinanya perkataan Samira kepada Shafeea, hingga mampu menarik atensi perhatian pengunjung kepada mereka.
Shafeea yang tadinya diam tak merespon, kini tiba tiba ia berbalik dan melangkah cepat kembali kepada meja Samira.
Brakkk.....
Shafeea menggebrak meja dengan begitu kuatnya, tak cukup sampai di sana, pada posisi yang sama ia meraih kerah leher baju Samira yang tertutup hijab kemudian menariknya dengan begitu kasar.
Hingga tubuh Samira terangkat dari kursinya.
mata Samira seketika membulat sempurna menatap Shafeea penuh amarah.
" lepaskan aku bocah sialan..." umpat Samira penuh kemarahan sekaligus rasa malu.
" dengar nyonya, aku bukan Shafeea yang dulu kau kenal. Dan dengar baik baik...ambil semua harta yang kau katakan itu, aku sama sekali tidak membutuhkannya walau sepeserpun. Untuk putramu...ambil kembali dia untukmu, aku juga tidak pernah menginginkannya. Namun satu yang harus kau ingat....jangan sekali kali kau berani menghina ibuku. Kau bahkan tak lebih baik darinya atau sebanding dengannya walau secuil " usai mengatakan itu Shafeea menghempas tubuh Samira kembali hingga kembali terduduk di kursi dan ia sendiri segera memutar tubuhnya.
Dan bertepatan dengan itu matanya bertemu dengan tiga pasang mata yang kini menjadikan ia sebagai obyek utama.
Dan salah satu dari pemilik pasang mata itu menatapnya penuh kerinduan.
Tatapan mata yang seolah seketika membuat Shafeea bergidik ngeri.
" Shafeea..." desis Farugh, ya...salah satu dari mereka adalah Farugh dan dua yang lain adalah kakek Latief dan juga tuan Faritz.
Tubuh Shafeea menggigil seketika, bayang bayang perlakuan Farugh kepadanya terakhir kali tiba tiba terus berputar bagai kaset rusak memenuhi memorynya.
Tanpa sadar ia meremas kuat kuat ujung hijabnya.
Farugh sudah hendak menghambur memeluk Shafeea ketika sebuah suara barinton menghentikan langkahnya.
" kendalikan dirimu Farugh...kau tahu apa yang bisa aku lakukan jika kau berani melanggar perintahku " suara tuan Latief bagai palu menghantam jiwanya.
Ia terdiam di tempatnya berdiri..
Sementara Shafeea, setelah ia berhasil menguasai kesadarannya dengan susah payah, ia langkahkan kakinya maju hendak pergi dari sana.
Tak ada jalan lain selain melewati ketiga orang itu.
Berhasil...Shafeea berhasil melewati orang orang itu termasuk Farugh.
Gadis itu melewati begitu saja tubuh pria tampan yang kini tengah menatapnya penuh puja.
Farugh tak kuasa menahan diri, segera ia berputar dan hendak melangkah mengejar Shafeea yang telah melewatinya.
" hentikan langkahmu Farugh...atau kau akan segera menguburkan jasad mamy hari ini juga..." sebuah ancaman dari bibir Samira berhasil menghentikan langkah Farugh, dan tak berapa lama.
Tubuh Samira benar benar ambruk ke lantai, tangannya sudah bersimbah dara.
Wanita itu diam diam telah mengiris nadinya sendiri demi menghentikan sang putra.
Entah apa dan bagaimana ia berpikir, hingga ia nekat melakukan hal itu.
" mamy.." teriak Farugh dan segera berlari kepada Samira.
Begitupun dengan Faritz.
Sementara Shafeea, ia terus melanjutkan langkahnya tanpa berniat menoleh sedikit saja kebelakang untuk sekedar mencari tahu apa yang tengah terjadi.
isi otaknya hanya satu...segera pergi dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mimi Suparmi
aku masih bingung farug ini beneran anak kandung samira bukan sih,.jaraknya dari safeea 7th katanya,tapi pas zahira hamil samira baru tunangan ama fariz,.lier aing thoor!!!!!
2024-07-06
0
Zaitun
kasian safea bukankah sudah tau lejadian yg sesungguhnya kok kakeknya masih dingin dgn safeea
2024-06-21
0
Arie Lestari
semua ucapan samira adalah cerminan hati'y sendiri, kutu diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak
2024-06-17
0